Lima

3.6K 588 128
                                    

Sore itu gue dan Gea lagi meeting bareng all divisi yang dipimpin oleh Sandi sendiri, lagi bahas performa perusahaan dari banyak sisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sore itu gue dan Gea lagi meeting bareng all divisi yang dipimpin oleh Sandi sendiri, lagi bahas performa perusahaan dari banyak sisi. Dia pengen bikin terobosan baru yang belum pernah dilakukan dimasa ayahnya masih menjabat, termasuk rombak sistem beserta jajarannya.

Sandi tau resikonya besar, tapi kalau dia gak segera bikin gebrakan selamanya dia hanya akan berada dibawah bayang-bayang sang ayah. Oleh karena itu semua divisi diharuskan berbenah dan ikut berkontribusi dalam memajukan perusahaan.

Termasuk bagian HRD, yang pada meeting kali ini diwakili oleh gue dan Gea. Kita diminta mempersiapkan langkah-langkah untuk membantu kemajuan perusahaan, terutama dari sisi sumber daya manusia.

"Saran saya, kita coba dulu untuk mengembangkan potensi karyawan yang sudah kita miliki, merekrut orang baru bukan solusi yang tepat." Giliran gue yang presentasi, sembari menyaksikan tayangan slide demi slide di layar monitor, gue melanjutkan penjelasan. "Saya yakin kita punya SDM yang mumpuni dan compatible, kita hanya perlu menambah skill mereka dan memaksimalkannya."

"Apa pertimbangan kamu sampai bisa seyakin itu?"

"Karena saya sendiri yang merekrut mereka, saya tau sejauh apa kapasitas orang-orang yang masuk perusahaan ini...yah kecuali untuk beberapa orang yang masuk lewat jalur lain, saya gak ada clue karena mereka dites tanpa melewati meja saya." Mata gue sambil mengerling ke arah Kava yang sejak meeting dimulai terus-terusan pasang tampang bosen dan kadang menguap tanpa tau malu, entah dia menyimak atau enggak gue gak yakin.

Tapi sebaliknya begitu giliran gue yang maju, punggungnya langsung dibikin tegak dan berlagak seolah-olah pembahasan gue menarik banget. Terus kadang suka mecah konsentrasi gue dengan senyum-senyum sendiri kayak orang dongo.

Apalagi waktu gue nyinggung-nyinggung penerimaan pegawai jalur lain, Kava terang-terangan nunjuk dirinya sendiri biar dinotice. Bangsat, emang sengaja dia bikin gue gak fokus dan gagal presentasi.

"Saya sebut pengecualian bukan berarti saya lepas tangan-" Kalimat gue terpotong karena Sandi menginterupsi dengan mengangkat sebelah tangannya.

"Memang ada peraturan yang bilang saya tidak boleh rekrut anak buah sendiri? Apa masalahnya kalau saya bawa orang-orang ini masuk ke perusahaan milik saya sendiri? Toh saya tidak asal comot dipinggir jalan. Saya juga punya pertimbangan sendiri kenapa saya pilih mereka." Sialan, kenapa jadi gue yang dibantai. Mana Kava seperti lagi ngeledekin lagi. Gak secara terang-terangan, sih. Tapi lihat aja dari seringainya macam paling benar aja.

"Maksud saya bukan seperti itu, Pak. Saya tidak mempertanyakan hak anda merekrut karyawan sendiri. Saya tau anda cukup objektif menyingkapi hal tersebut. Mohon maaf jika perkataan saya menyinggung anda."

"Lalu bagaimana dengan pegawai yang sudah uzur, kira-kira bisa gak mereka mengikuti ritme kerja kita yang baru?" Tanya Sandi. "Saya sebenarnya lagi mempertimbangkan untuk mengurangi karyawan usia gak produktif dan menggantinya dengan orang-orang yang lebih potensial. Mungkin kita bisa menawarkan pensiun dini dengan pesangon yang besar seperti-"

Step On MeWhere stories live. Discover now