11

3.9K 641 82
                                    

"Mas... Bisa ambilkan handuk nggak?"

Kanos berjalan menuju tempat penjemuran handuk. Ia membawa ke kamar mandi. Dahlina mengambil handuk yang di sodorkan Kanos namun saat hendak ditarik Kanos menahannya.

"Mas... Iihhh iseng deh." Ucap Dahlina. Kanos hanya senyum kecil dengan kelakuannya.

"Mas siniin handuknya." Pinta Dahlina lagi tapi yang ada Kanos menerobos masuk kamar mandi.

"Mas mau ngapain?"

"Minta dimandiin kamu." Ucap Kanos manja. Tapi Dahlina tak keberatan sama sekali.

Ia lalu membantu Kanos melepas pakaiannya dan menyiram tubuh polosnya. Dahlina mulai menyabuni tubuh Kanos, sedikit menggoda di bagian sensitif Kanos. Kanos pun menarik Dahlina yang sudah selesai mandi dan memeluk nya hingga tubuhnya kembali berbusa.

"Mas minta maaf jika mas egois, sayang." Ucap Kanos.
Dahlina menundukkan kepalanya.

"Mas mungkin akan menyakiti kamu, meskipun mas nggak niat. Sekarang Utami lagi hamil, dia pasti butuh perhatian kita berdua. Mas mohon, janganlah karena keegoisan Mas, karena kelalaian Mas, hubungan kamu dan Tami jadi rusak. Bayangkan jika suami Tami itu bukan Mas, tapi lelaki lain, pasti kamu saat ini orang pertama yang paling peduli dan overprotektif padanya. Mas orang yang paling tahu, betapa kamu mencintai dan menyayangi Utami." Ucap Kanos menangkup wajah Dahlina.

Seketika butiran air mata menetes di pipinya. Ya... Entah kenapa dia jadi kacau begini. Cemburu, pasti itu alasannya. Tapi bukankah dirinya yang ingin melepas Utami dari gunjingan orang banyak? Sekaligus ia bisa minta tolong Utami mengabulkan impiannya dan Kanos untuk punya anak.

"Ssttt... Jangan menangis Dahlina. Sampai kapanpun Mas nggak akan tega melihat air mata jatuh di pipimu." Kata Kanos mengusap air mata Dahlina. Dahlina memeluk Kanos erat sambil menangis.

"Aku minta maaf sudah nggak ikhlas ya Mas... Padahal, aku yang minta supaya kamu menyentuh Tami." Ucapnya sambil menangis di dada bidang Kanos.

"Nggak papa sayang. Siapapun pasti mengerti, bahkan Tami. Dia yang minta aku pulang. Kata dia, kak Dahlina lebih butuh aku daripada dia."

Dahlina menatap Kanos seolah minta diyakinkan.

"Jangan Mas. Malah sekarang ini, Tami paling membutuhkan kamu di sisinya. Kita akan sama-sama merawat anak dalam kandungan Tami."

"Alhamdulillah Dahlina. Kamu memang wanita terbaikku, sayang."

Hati Dahlina seketika sejuk mendengar kalimat tersebut.

"Boleh minta sekali sayang, sambil berdiri basah-basahan." Goda Kanos. Dahlina tersenyum malu-malu.

Namun beberapa waktu berikutnya, ciuman keduanya mulai membakar gairah. Kanos meraba tubuh Dahlina, meremas payudaranya dan memasukinya dengan mengangkat sebelah kaki Dahlina.

Dahlina baru kali ini merasakan bercinta posisi berdiri. Selama ini ia dan Kanos selalu bercinta di ranjang. Ternyata sensasinya luar biasa juga. Sepertinya Utami dan Kanos sering melakukan sex yang tidak hanya fokus di ranjang. Dahlina jadi sadar, sisi liar Kanos yang selama ini terpendam.

"Ach..." Dahlina puas sekali setelah mendapatkan pelepasan beberapa kali. Kanos juga akhirnya mencapai puncaknya setelah pelepasan Dahlina yang ke lima.

---

Kanos membuka pintu rumah Utami sambil mengucap salam. Utami sudah meminta Kanos nginap di rumah Dahlina, tapi Dahlina meminta Kanos agar tak menyetujui Utami.

Akhirnya setelah selesai sholat Maghrib, Kanos kembali ke rumah Utami, tapi tak sendiri ia bersama Dahlina.

"Waalaikum Salam. Loh Mas kok balik? Loh Kak?" Utami tampak terkejut.

Perempuan Ke DuaWhere stories live. Discover now