3

6.7K 690 46
                                    

Kanos membuka matanya mengerjap beberapa kali. Tampak dalam pandangannya Utami yang tengah mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk.

Saat Utami menoleh ke arahnya entah kenapa ia malah menutup matanya dan pura-pura tidur.

Kanos bisa merasakan jika Utami mendekat ke ranjang, ke tempatnya berbaring saat ini. Ia juga bisa merasakan Utami tengah memandanginya. Atau perasaannya sajakah?

Kanos penasaran ia putuskan membuka matanya dan ternyata Utami memang berada di hadapannya saat ini. Keduanya bertemu pandang.

"Ada apa?" Tanya Kanos bersikap dingin. Sebenarnya pria itu selama ini baik pada Utami, bersikap hangat dan ramah, tapi sejak kemarin, sejak jadi suami Utami dia berubah. Bagi Kanos, cara satu-satunya agar ia terbebas dari perasan mengkhianati Dahlina adalah ia harus bersikap dingin pada Utami.

Utami menggelengkan kepalanya.

"Mas mau sarapan apa? Aku nggak tahu kebiasaan mas." Kata Utami.

Kanos memperhatikan Utami. Rambut panjangnya yang masih basah tergerai, ia memakai handuk mandi yang menutupi tubuhnya dan sebagian pahanya hingga kaki sama sekali tak tertutup.

Terkutuklah Kanos, gairah nya bahkan tersulut tanpa Utami harus menggodanya. Ataukah memang selama ini ia lelaki brengsek yang sok setia pada Dahlina?

Perempuan ini sudah sah istrinya, dia tentu boleh melakukan apapun bersamanya, tapi perasaan bersalah sekaligus marah langsung muncul setiap ia teringat Dahlina.

Ya... Dahlina membuatnya dalam situasi seperti ini. Dia tentu marah saat ini, tapi cintanya juga besar sehingga ia tak bisa melampiaskan pada Dahlina melainkan Utami. Meskipun tampak baik dan ikhlas, Kanos tahu jika Dahlina pasti sangat terluka melihatnya dengan perempuan lain, meskipun itu atas permintaannya sendiri.

Saat Utami akan beranjak meninggalkan dirinya, tangan Kanos menangkap lengan Utami, menatapnya tajam, tatapan yang tak pernah ia berikan sebelumnya pada perempuan itu.

Utami menatap suaminya penuh tanda tanya. Sebenarnya ini sulit juga baginya, menatap Kanos sebagai pria. Dalam artian, baginya Kanos selama ini bukan sosok pria yang bisa dipandang dengan perasaan pada lawan jenis tetapi sebagai saudara, dan sekarang...

"Aku tidak bisa mencintai kamu. Berada di dekatmu seperti ini, membuatku merasa sebagai pria brengsek yang menyakiti perempuan yang ia cintai. Kamu tahu kan kalau aku mencintai kakak mu?"

Utami tersenyum. "Ya tau lah mas. Kamu ini ada-ada aja deh mas. Kamu nikahin aku juga karena permintaan kakak kan?" Utami berusaha bersikap manis dan mengabaikan sikap Kanos yang ia rasa agak kasar.

"Lalu, kenapa kamu menggodaku? Pagi-pagi basahin rambut, pakai kimono mandi yang seksi dan menatapku lekat tadi?" Kata Kanos dengan ekspresi kesal pada istri keduanya tersebut.

Utami memutar bola matanya lalu memilih duduk di tepi ranjang sambil miring menatap Kanos yang bisa dikatakan setengah berbaring karena ia masih tiduran di ranjang tapi dengan posisi setengah duduk.

"Pertama, aku nggak berniat godain kamu. Aku memang setiap pagi keramas kalau sore ngga sempat. Semalam kita nyampe kan udah malam mas. Terus, kimono mandi ini memang ukurannya seperti ini, belum pernah dipake sih, soalnya di kampung kamar mandi kan cuma satu, kalau sekarang ada kamar mandi di kamar. Nah soal aku menatap mas lekat tadi, karena aku mau mastiin mas udah bangun atau belum soalnya tadi aku lihat di cermin mas udah bangun bahkan menatapku tapi pas aku menoleh mas terpejam. Ya aku samperin lah buat mastiin." Jawab Utami.

Glek.

Kanos menelan saliva yang tersangkut di tenggorokannya dan refleks melepas cekalan tangannya di lengan Utami. Tengsin karena sudah ke geeran.

Perempuan Ke DuaWhere stories live. Discover now