8

4.6K 764 78
                                    

"Ada apa?"

"Mas pergi nggak bilang-bilang. Tami hanya sedih."

Kanos tersenyum kecil. "Jadi ngambek ceritanya?" Tanya Kanos. Kanos jadi gemas lalu ia gigit pundak kanan Utami.

"Ach..." Utami meringis kesakitan. Gigitan Kanos cukup kuat meskipun tak sampai melukai Utami.

"Kamu pasti belum bangun sejak tadi kan?" Tanya Kanos. Utami menggelengkan kepalanya.

"Belum makan siang juga?" Utami kembali menggelengkan kepalanya.

"Makanya, jangan baperan. Tuh, mas ninggalin pesan di meja makan buat kamu. Mas lihat kamu pulas, nggak tega bangunin. Jadi mas pergi kerja lagi dan ninggalin pesan di meja makan. Apa sih yang kamu pikirkan sebenarnya?"

"Aku ngerasa seperti perempuan murahan yang habis dipakai lalu dibuang." Ucap Utami malu. Ternyata ia salah paham. Kanos bahkan meninggalkan pesan baginya di meja makan.

"Kamu lebih cantik kalau tersenyum Utami." Ucapnya tulus membuat Utami jadi merona dan berdebar-debar saat menatap wajah Kanos yang berkharisma.

"Mas mau ke undangan pernikahan, kamu siap-siap juga ya, temani mas."

"Apa??!! Tapi - tap..." Kanos meninggalkan Utami menuju kamar mandi. Lama-lama dekat dengan Utami ia takut lepas kendali. Dia tak menduga, Utami ternyata sangat berpengaruh pada nya.

---

Selesai mandi Kanos memilih menunggu Utami di ruang depan sambil menonton TV. Ponselnya berdering. Dahlina...

Astaga... Bagaimana bisa dia melupakan Dahlina seharian ini?

"Halo sayang?"

"Mas kamu udah pulang kerja? Aku lihat mobil kamu di depan, tumben nggak ngabarin aku?"

"Iya tadi mas agak sibuk. Ohya, ada undangan pernikahan teman, mas izin pergi ya sama Utami. Teman-teman juga sudah tahu mas poligami dan mereka ingin kenalan dengan Utami."

-Hening-

"Kalau kamu nggak ijin mas akan pergi sama kamu aja." Ucap Kanos.

Langkah Utami terhenti. Ia sudah siap, tinggal berangkat saja. Tapi kenapa Kanos malah tega seperti ini?

"Bukan nggak ijin mas, tapi takutnya kamu jadi bahan olok-olok mereka. Aku juga nggak tega kalau Tami nanti jadi bahan gunjingan di sana."

Kanos tampak berpikir lalu ia sadar ada Utami di belakangnya.

"Baiklah. Kalau gitu, kamu siap-siap ya, temani mas ke undangan itu."

"Iya mas. Aku tutup sambungan teleponnya ya... Sepuluh menit lagi mas jemput aku." ucap Dahlina bersemangat lalu memutuskan sambungan telepon.

"Ehm Tami..."

"Nggak apa-apa Mas. Lagipula ke acara seperti itu sebaiknya dihadiri dengan istri sah." Ucapnya lalu kembali ke kamar.

"Tunggu..." Ia menahan lengan Utami.

"Mas temani kamu makan malam dulu sebelum mas pergi." Ucapnya. Kanos mengajak Utami duduk di meja makan, ia dengan cekatan memanaskan sayuran yang sempat di masak Utami siang tadi.

Kamu begini baiknya ternyata mas... Pantesan aja kakakku cinta sekali sama kamu. Ucapnya dalam hati.

Utami lalu melangkah mendekati Kanos dan memeluk tubuh tinggi pria itu. "Jangan berbalik mas, aku cuma ingin meluk kamu sebentar." Ucapnya.

Kanos berbalik, tak mengindahkan ucapan Utami lalu mencium bibirnya lembut. Berharap ciumannya bisa mengobati kekecewaan Utami yang tidak jadi pergi mendampinginya.

"Jangan sedih lagi, kakakmu meminta mas menikahi kamu supaya kamu kembali ceria dan bersemangat." Ucap Kanos.

"Apa karena itu kamu baik padaku mas?"

Kanos menggelengkan kepalanya. "Karena kami juga istriku, sama seperti Dahlina. Kamu berhak dapat perlakuan yang sama."

"Kemarin-kemarin kamu kemana nyuekin aku terus. Di kasih jatah baru jinak. Dasar lelaki." Ucap Utami.

"Mas hanya berusaha menjaga hati Mas pada tempatnya Utami. Menahan diri dekat wanita secantik kamu itu susah. Mas takut jatuh cinta sama wanita secantik kamu. Kamu juga memiliki energi positif, yang seolah mampu menarik hati kaum pria. Tapi, Dahlina malah terus meminta Mas menyentuh kamu, dia nggak sadar itu bisa membuat benteng pertahanan hati mas runtuh. Suami mana yang tahan berbulan-bulan tak menyentuh istri seperti kamu, Utami?" Suara Kanos serak, matanya juga berkilat.

"Nanti cepet pulang ya mas." Ucap Utami.

"Kamu menggoda mas?"

Utami mengangguk. "Aku mau begadang sama kamu, besok kan mas pulang ke rumah kak Dahlina." Ucapnya.

"Rayuan kamu terlalu menggiurkan. Iya. Nanti mas cepat pulang. Ini sayur nya sudah dihangatkan. Kamu makan jangan sampai sakit." Kata Kanos mengusap lembut pipi Utami lalu mengusap kepalanya sayang.

Utami cantik sekali malam ini, apalagi ia sudah berdandan rapi, tapi ia tak mau membuat Dahlina cemburu atau sakit hati, terpaksa hati Utami yang ia korbankan.

Utami mengantarkan Kanos ke pintu depan tetapi Kanos masih urung keluar. "Sekali lagi." Ucapnya mencium dan melumat mesra bibir Utami.

Keduanya berciuman mesra, saling membelit lidah dan bertukar liur.

"Udah mas nanti kak Dahlina kelamaan menunggu." Utami menghentikan ciuman mereka. Lalu ia bersihkan bibir Kanos dari bekas lipstik. Keduanya tersenyum sebelum Kanos menghilang dari pandangannya.

Kanos mengeluarkan mobil dari pekarangan rumah Utami mundur ke halaman rumah Dahlina lalu memanggil wanita itu.

"Gimana mas?" Tanya Dahlina mempertanyakan penampilannya.

"Cantik sayang." Jawab Kanos jujur. Dahlina memang cantik, meskipun jujur Utami lebih cantik dan imut. Sebelumnya, Dahlina yang tercantik di hatinya, meskipun banyak yang lebih cantik di matanya. Tapi sekarang, Dahlina tampak cantik di matanya, sementara Utami yang tercantik di mata dan hatinya.

Sial! Dia sungguh sudah jatuh cinta. Dia benar-benar sudah melewati ambang batas sadarnya. Lalu jika sudah begini, bagaimana ia harus bersikap pada kedua wanitanya?

Ini benar-benar sulit, saat hatinya bukan lagi milik Dahlina seutuhnya...

---

TBC

Agak pendek yaaaa sekedar ngobatin rindu aja euy.... Soalnya Gigiku masih linuuuu....


Aku tunggu VOTE dan Komennya ya say... Kayaknya kalo masih ngilu gini GIGIKU aku UP next week ya... Tapi kalo aman ntar Senin. KALAU YAAAA..... Jangan PAKSA aku....

Perempuan Ke DuaWhere stories live. Discover now