1

5.4K 634 25
                                    

Utami mengganti pakaian pengantinnya yang berwarna putih gading yang melekat pas di tubuhnya setelah mendengar berita buruk dari pihak kepolisian beberapa waktu lalu.

Ia harus segera ke rumah sakit, melihat langsung pada jasad yang dikatakan sebagai suaminya.

Tok.tok.tok

Suara ketukan pintu berulang kali membuatnya berhenti membuka kancing kebaya, sebaliknya ia kembali mengancingkan kebaya pengantin nya lalu membuka pintu yang digedor tanpa henti.

"Tami..."

Utami menatap sosok Dahlina tanpa mampu bergerak, kakak perempuan satu-satunya. Ya, begitulah Dahlina baginya. Sementara perempuan itu langsung berlari memeluknya.

"Kamu yang tenang... Kamu yang tenang..." Ucap sang kakak.

Utami tahu kenapa kakaknya begitu cemas padanya. Ia mencoba tersenyum. "Tami baik-baik aja kok kak." Ucapnya.

Dahlina menggeleng.

Beberapa saat lalu ada berita dari pihak kepolisian jika Muhammad Fadillah, pria yang baru menikahinya beberapa jam lalu meninggal karena tertembak teroris di Kantor Polisi.

Pasalnya, sang suami yang memang seorang Polisi dan baru menikahinya tersebut meninggalkan tiket pesawat bulan madu mereka di kantor. Dia meninggalkan Utami di kamar hotel, dan menjemput tiket pesawat yang besok pagi rencananya akan di pakai ke Bali.

Merasakan dekapan hangat membuat Utami menyerah. "Kenapa bisa terjadi kak? Kenapa aku harus mengalaminya dua kali? Ini hari pernikahanku kak, apa salahku..." Tangisnya akhirnya. Dahlina memeluknya lebih erat lagi.

"Kamu jangan berpikir yang tidak-tidak Tami. Ini takdir, sudah jalan Nya. Kita nggak boleh nyalahin diri sendiri. Kakak tahu isi pikiran kamu saat ini." Kata Dahlina. Ia yakin adiknya pasti mengecap diri sendiri perempuan pembawa sial.

Lalu Dahlina pun mengajak adiknya kembali masuk ke kamar lalu menghapus riasan wajahnya.

Sekitar dua puluh menit, suami Dahlina, yaitu Kanos datang dengan membawa pakaian hitam juga jilbab hitam. Dahlina memang menyuruh suaminya pulang mengambil pakaian itu sementara ia menemani adiknya di kamar hotel.

Rumah mereka tidak terlalu jauh dari hotel tempat Utami dan Fadil menginap usai menghela akad nikah dan resepsi.

Kanos menunggu di luar kamar saat Dahlina membantu sang adik berganti pakaian.

---

Butuh dua tahun meyakinkan Utami agar mau menikah lagi setelah kejadian miris yang menimpanya.

Dua tahun lalu, saat Utami dan Rifky, almarhum suami pertama Utami sedang melakukan perjalanan menuju daerah Puncak, Bogor sehabis akad nikah dan pesta resepsi sebuah kecelakaan terjadi.

Mungkin karena lelah atau memang sudah sialnya, mobil yang dikendarai sang suami tabrakan dengan sebuah mobil sport di tol menuju puncak dari Jakarta.

Utami sempat dilarikan ke rumah sakit dan koma selama dua hari lalu kesehatannya berangsur-angsur pulih, sedangkan sang suami dinyatakan meninggal di tempat.

Utami hanya bisa menerima takdir yang terjadi padanya dua tahun lalu. Tapi hari ini, hal buruk itu kembali terjadi. Suami keduanya meninggal.

Utami menerima pakaian hitam yang disodorkan kakaknya dengan air mata yang tak terbendung.

"Kak... Aku udah bilang aku nggak mau nikah sama dia, karena aku takut dia akan ketularan nasib sialku. Tapi Bapak dan Ibuk malah setuju dengan bujukannya untuk menikahiku meskipun ditentang orang tuanya sendiri. Tapi lihat, mas Fadil sekarang kena sialku kan..? Dia meninggal kak... Meninggal?!" Utami histeris.

Perempuan Ke DuaOn viuen les histories. Descobreix ara