C H A P T E R 10

92 50 8
                                        

Masalalu biarlah menjadi masalalu. Masalalu jangan terus diingat, tapi jadikan masalalu menjadi sebuah pelajaran untuk masa depan." —Albara


—-————°°—————

Pintu ruangan rawat itu terbuka lebar menampakkan sosok laki-laki bertubuh jakung dan melangkahkan kakinya menuju gadis yang sedang sibuk menatap layar ponselnya. Gadis itu terkejut ketika tiba-tiba ponselnya di rebut oleh laki-laki yang kini berada di ruangan nya.

"Eh, kok diambil sih kak?" tanya Renatta dengan sedikit kesal.

"Lo lagi sakit, jangan main hp terus. Cahaya yanv di pantulkan dari hp tuh gak baik buat mata lo." ujar Bara seraya menyimpan benda pipih tersebut di atas nakas.

"Ish, tadi itu lagi seru-serunya baca wattpad tau enggak sih." protes Renatta dengan wajah yang ditekuk.

"Nanti lagi bisa kan?" namun gadis itu tak menjawab perkataannya, karena dirinya kesal terhadap laki-laki itu.

"Sudah minum obatnya?" tanya Bara terhadap gadis yang berada di depannya. Tak ada sahutan dari sang empu , laki-laki itu menghela nafasnya pelan.

"Udahlah kaga usah ngambek, jadi orang kok ambekan sih." Renatta hanya memainkan bibirnya seperti memengotkan bibirnya ke kanan dan ke kiri , kadang memanyunkan bibirnya kedepan membuat Bara gemas sendiri melihat tingkah laku gadis tersebut.

"Mau gue cium tuh bibir?" Renatta langsung menoleh dan melototkan matanya ke arah Bara, laki-laki itu hanya terkekeh melihat respon dari gadis yang didepannya ini.

"Bercanda elah, serius amat." mendengar perkataan dari Bara membuat ia bernafas lega.

"Kalo lo mau juga gapapa kok, nanti gue kasih" dan lagi-lagi Renatta menatapnya dengan horor dan mencubit lengan Bara, membuat laki-laki tersebut meringis kesakitan.

"Eh, udah dong. Iya maaf, cuma bercanda. Lepasin, ini sakit loh." mendengar lenguhan dari Bara membuat Renatta merasa kasihan dan melepaskan cubitan tersebut.

"Maaf," ujar Renatta seraya menundukkan kepalanya kebawah.

"Eh, eh. Kok kepalanya nunduk sih? Gapapa kok, gue juga tadi cuma bo'ongan doang. Cubitan elu tadi kaga kerasa." merasa dibohongi Renatta menatap tajam kearah laki-laki itu.

"Gak sakit ya, kak? Sini kalo mau yang lebih kerasa."

"Eh, jangan. Iya-iya ampun,"

"Tadi obatnya udah lo minum belum?" tanya nya lagi pada Renatta. Gadis itu tampak sedang berfikir dan kepalanya menggeleng.

"Udah makan?" lagi-lagi Renatta menggelengkan kepalanya.

"Kenapa belum makan? Oh... Jangan-jangan mau gue suapin lagi ya? Kayak kemarin? Iya?" alis Bara naik turun keatas dan kebawah, menggoda gadis didepannya ini. Renatta segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia tidak mau jika kejadian yang kemarin terulang lagi, bisa-bisa ia spot jantung.

"Kenapa?" tanya Bara dengan heran.

"Gapapa kok, kak. Mau makan sendiri aja," Bara menganggukkan kepalanya dan mengambilkan mangkuk berisi bubur yang sudah tersaji di atas nakas.

"Kak?" Bara menoleh merasa dirinya dipanggil dan menatap Renatta seolah-olah menjawab apa?

"Kakak gak sekolah?" tanya Renatta seraya mengambil bubur yang dikasih laki-laki itu tadi.

"Kakak bolos ya?" tuduh Renatta karena tak mendapat jawaban dari Bara. Laki-laki itu  menganggukkan kepalanya.

"Kenapa? Emang gak di marahin?" tanya Renatta lagi.

I'M BROKEN    [ REVISI ]Onde histórias criam vida. Descubra agora