C H A P T E R 9

92 54 9
                                        

Mulai hari ini dan seterusnya, gue bakal jagain lo dari orang-orang yang ingin nyakitin lo." — Albara

—————°°—————

Seseorang laki-laki keluar dari ruangan dokter tersebut dengan mimik wajah yang sulit diartikan. Ia pergi melangkahkan kakinya menuju ruangan yang ditempati gadis yang ia temui jatuh pingsan tadi.

Ia membuka pintu ruangan tersebut dan menampilkan seorang gadis yang kini tengah terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit lalu ia mendekati dan berhenti di samping ranjang tersebut.

"Gue janji Atta, gue bakal selalu jagain elu. Mulai hari ini dan seterusnya, karena gue enggak mau elu terus menderita. Karna gue mau beri lu kebahagiaan dengan cara gue sendiri!" ujar laki-laki itu seraya menatap wajah gadis itu dalam-dalam.

Laki-laki itu terkekeh "ternyata lu imut juga ya kalo diliat dari deket. Eh, gue panggil lu Atta aja ya. Anggap aja itu panggilan special dari gue" ujar laki-laki itu seraya duduk disamping ranjang gadis itu yang sejak tadi belum sadarkan diri.

'Cantik' satu kata itu ia deskripsikan untuk gadis yang sekarang terbaring diatas ranjang tersebut. Bagaimana tidak? Lihatlah bulu matanya yang lentik, hidung mancung, memiliki wajah imut. Wanita sepertinya tidak pantas untuk di bully/dicemoohkan, andai saja jika gadis itu sering bersosialisasi pasti ia akan terkenal di sekolahnya itu. Ia jadi teringat perlakuan Resila terhadap gadis yang ada dihadapannya ini, sungguh kejam. Ia sangat-sangat bertekad untuk menjaga gadis tersebut dari gangguan orang.

Ketika asik melamun, ia dikejutkan dengan suara orang yang terbatuk dan lamunannya pun menjadi buyar. Segera ia melihat dan ternyata gadis yang sejak tadi terbaring lemah di atas ranjang kini mulai sadar lalu ia beranjak berniat untuk memanggil dokter.

Seorang yang memakai jas putih akhirnya muncul ketika pintu terbuka dan menghampiri mereka berdua. Laki-laki yang sejak tadi menemani gadis itu pun mengundurkan diri untuk memberikan luang kepada dokter untuk memeriksa keadaan gadis tersebut.

"Gimana dok?" tanya Bara ketika dokter telah memeriksa keadaannya.

"Keadaannya lumayan membaik, sebaiknya pasien dirawat saja dulu untuk sementara agar kesehatannya pulih kembali." ujar dokter itu membuat gadis yang diperiksa tadi diam dan mulai mendengarkan baik-baik penjelasan dokter.

"Kira-kira berapa hari dok?" tanyanya lagi.

"Sekitar 2-3 hari," kini, Bara menatap gadis itu yang diam tidak mengerti obrolan yang ia bicarakan dengan dokter tersebut.

"Baiklah kalau gitu saya permisi." dokter tersebut mengundurkan diri dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

Kini mereka berdua saling menatap, gadis tersebut menatap Bara dengan pandangan heran, sepertinya meminta penjelasan lalu laki-laki tersebut menghampiri gadis itu yang terus menatapnya heran.

"Aku kenapa, kak?" tanya Renatta pada laki-laki itu.
Yupss, gadis yang ada diruangan yang bau obat-obatan ini adalah Renatta.

"Lo gapapa kok, cuma kecapean aja kata dokter." ujar Bara dengan senyumnya yang terukir di bibirnya.

"Oh.. Oh iya, kok aku bisa disini?" Renatta bertanya lagi.

"Gue tadi nemuin elu pingsan di jalan. Lo kenapa kok bisa pingsan?" tanya Bara seraya menatap manik mata gadis tersebut.

"Aku tadi mau beli obat diwarung karena suhu badanku terasa panas." ucapnya sambil menyenderkan tubuhnya di ranjang.

"Oh.. Kenapa gak kasih tau gue?" Renatta mengernyitkan dahinya mendengarkan tuturan dari Bara.

"Kan aku enggak punya nomor kakak." Bara tertawa namun dalam hati.

"Yaudah, sini'in hp lo." ujar Bara sambil menadahkan tangannya kepada gadis tersebut.

"Aku enggak bawa hp, kak." jawabnya dengan nada lugunya.

"Yaudah, sini'in tangan elu." Bara menarik satu tangan gadis itu dan membalikkan menjadi telapak tangannya diatas dan mengambil pena yang tak sengaja ia lihat diatas nakas.

"Eh, eh. Kakak mau ngapain" ucap Renatta dengan was-was.

"Udah diem aja." Renatta mengamati laki-laki itu yang sedang menulis sesuatu di telapak tangannya.

"Udah selesai." ujarnya lalu menaruh pena pada tempatnya lagi. Renatta melihat telapak tangannya dan disitu terdapat angka.

"Ini nomor siapa kak?" tanya Renatta

"Itu nomor gue. Jangan sampe kena air ya, nanti hilang." perkataan laki-laki itu membuat Renatta mangut-mangutkan kepalanya paham.

"Sekarang lo makan dulu. Tuh, dah disiapin." ujar Bara sambil menunjukkan makanan yang sudah tersaji di atas nakas. Ketika Renatta ingin mengambil makanan tersebut, Bara langsung menyerobot piring tersebut dan kini sudah berada ditangan laki-laki tersebut.

"Kok diambil? Tadikan kakak nyuruh aku makan?" ucapan Renatta membuat laki-laki dihadapannya tertawa pelan.

"Gue suapin. Lo kan masih lemes pasti gak kuat megangnya, ntar jatoh, pecah lagi piringnya." mendengar tuturan kata dari Bara ini membuat gadis tersebut menatap heran sekaligus sedikit terkejut.

"Udah jangan natap gue seperti itu, nanti lo suka lagi." Bara terkekeh lagi, lalu menyendok nasi dan menyuapkannya ke gadis itu.

"Aaaa, buka mulutnya." ujar Bara, gadis yang ada dihadapannya ini tak kunjung membuka mulutnya karena masih heran atas sifat laki-laki yang kini bersamanya. Siapa tau dia bukan kak Albara, siapa tau dia jin yang nyamar jadi kak Albara supaya bisa deket-dekat aku. Renatta tertawa dalam hati.

"Ah elah, kok malah bengong. Buka mulutnya, aaaa pesawat dateng nih, aaaa." ujar Bara menirukan gaya ibu-ibu yang ingin menyuapkan nasi ke anak kecil. Renatta tersenyum malu lalu membuka mulutnya, satu suapan nasi ia kunyah. Bara tersenyum simpul melihat Renatta mau menerima suapan darinya.

******

Siapa nih yang mau disuapin juga sama Bara? Hayoo ngaku🤭

Romantis banget sih dia😍

Jangan lupa tinggalin jejak kalian guys😉 dengan menekan bintang🌟 sekalian komen juga biar aku tambah semangat buay ceritanya😊.

Salam manis

Renatta🧡

I'M BROKEN    [ REVISI ]Onde histórias criam vida. Descubra agora