005

14 2 0
                                    

Belum ada kemajuan dari kondisi Aurora. Luka ditangannya sudah agak mengering. Tetapi kesadarannya belum juga kembali.

Mata indahnya senantiasa terpejam. Bibir merahnya kian memucat. Wajahnya nampak tirus.

Mahanta terus membacakan doa untuk keselamatan Aurora. Yang terpenting baginya kini adalah kesembuhan Aurora.

Duncan memasuki ruang rawat Aurora dan duduk disebelah Mahanta.

Tangannya merogoh sebuah surat yang tersimpan didalam saku jas dalam miliknya dan menyerahkan kepada Mahanta.

"Semoga Aurora lekas pulih." Ucapnya lalu meninggalkan ruangan itu.

Mahanta tak percaya melihat stempel Klan Miere yang tercetak jelas pada amplop itu. Amplop itu ditujukan untuknya. Ia tak salah membacakan?

Keterkejutannya masih bertahan ketika ia membaca isi surat tersebut.

Mahanta Lavanya Meidiawan,
Sang putra mahkota

Apa kabarmu pangeran?
Cukup terkejut mendapat surat ini?
Saya harap tidak.

Saya hanya ingin mengingatkan agar engkau tak lupa akan tugasmu.

Saya mengawasimu selalu,
Pangeran.

Miere,
Svante

Mahanta mendengus,
Keberadaannya tak lagi aman. Tak menutup kemungkinan banyak orang yang telah lama mengincarnya saat ini.

Bukan keinginannya untuk menyembunyikan identitas aslinya. Tapi demi keselamatan dirinya dan Aurora lah mengapa ia harus menyembunyikan identitas aslinya.

Ia akan mendiskusikan dengan ayahnya tentang hal ini.

•••

Ruangan itu nampak suram. Dinding dengan nuansa hitam dan emas menyelimuti ruangan itu.

Lampu berlian mengantung sombong diatas sana. Sebuah meja panjang mengisis ruangan itu.

"Salam, Svante."

Svante menyeringai, "sebuah keajaiban anggota lama klan Miere menemui saya."

Orang itu bersimpuh di samping Svante.
"Saya mohon, cabut gelar itu dari putri saya. Saya akan melakukan apapun sebagai gantinya."

"Seorang petinggi bersimpuh kepada saya?"

"Saya tidak akan memberi gelar itu kepada putri anda tanpa pertimbangan, tuan, tapi lelaki bodoh itu ingin bermain-main dengan milik saya."

"Singkirkan lelaki bodoh itu, dan saya akan mencabut gelar itu dari putri anda. Jika tidak..." Svante tersenyum misterius, "saya yang akan melenyapkan putri anda berserta lelaki bodoh itu."

Siapa saja yang melihat ekspresi Svante akan bergidik ngeri. Wajah bak keturunan dewa-dewi Yunani terpahat apik di wajah Svante, ditambah dengan senyum seperti milik Lucifer pada bibir manisnya.

•••

Janganlah merasa tinggi hati

Diluar sana

Ada yang lebih tinggi derajatnya

Daripada dirimu

Daripada dirimu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
G I R I G A H A N A Where stories live. Discover now