BIRENDRA

55 7 0
                                    

Tuan muda Janardana, begitu ia kerap dipanggil. Tapi siapa sangka pemuda dengan paras bak porselen, kepintaran yang tak perlu di ragukan lagi, ia tak pernah berniat menyentuh usaha keluarga yang telah merambat di berbagai sektor.

Sejatinya hidup dengan bergelimang harta tak membuat ia senang. Banyak penjilat dan wanita ular yang datang silih berganti dalam hidupnya.

Ia dibesarkan dalam lingkungan yang keras. Dituntut bisa menjaga keselamatan diri sendiri adalah modal utamanya untuk bertahan dalam keluarga ini.


Menjadi putra satu-satunya keluarga Janardana membuatnya bergelimang harta.  Jangan tanya berapa digit angka yang tertera dalam rekening bank nya. Belum lagi sejumlah saham yang beratas namakan dirinya.

Ah, membayangkan kekayaan keluarga Janardana sepertinya tak akan ada habisnya ini membuat pusing kepala.

Tapi bagi Alfa Janari Birendra Janardana— si tuan muda Janardana— ia sangat sial hari ini. Ia menyesali keputusannya untuk pulang pada hari ini.

Pasalnya, ia dipaksa untuk melakukan perjodohan yang telah diatur oleh kedua orang tuanya. Sebagai anak yang berbakti ia tak menolak. Tapi bagi seorang pemuda yang menganut kebebasan ia jelas menolak. Ah, ia menurut saja pada kemauan kedua orang tuanya. Begitulah pikir si tuan muda yang tampan ini.

•••

Kini Birendra, sang tuan muda. Tengah bersiap. Tubuh semampainya dibalut dengan suit berwarna hitam. Sangat kontras dengan kulit putihnya. Dengan tampilan seperti ini, Birendra akan menjadi pusat perhatian.

Dengan mobil pabrikan Lamborghini berwarna merah, ia menyusul orang tuanya ke kediaman calon tunangannya. Bisa dibilang seperti itu, kan?

Manor bergaya Inggris berdiri megah didepannya. Mungkin manor ini akan terlihat seram dimalam hari. Tapi sungguh nilai artistiknya begitu ketara. Batin Birendra berteriak, mengingat ia pecinta seni.

Kedatangannya disambut oleh seorang gadis, mungkin tinggi gadis itu hanya sebatas dadanya. Gadis itu melihat kedatangan Birendra dengan sedikit terkejut. Matanya membulat lucu.

Birendra mengangsurkan tangannya, "Birendra, namamu?" Tanya Birendra.

Gadis didepannya ini tersenyum kikuk. Bagaimana tidak, lelaki didepannya begitu tampan. Walau Maitreya tetap yang paling tampan bagi gadis itu.

"Aurora, Jayashree Fraurora. Masuk dulu, udah ditunggu di ruang keluarga." Namanya indah seperti orangnya, seru batin Birendra.

Perempuan itu, Aurora menuntun Birendra menuju ruang yang ia sebut ruang keluarga. Semakin masuk kedalam nilai artistik semakin menonjol walau kediamannya tak kalah mengagumkan.

Mama dan papanya tengah berbincang dengan orang yang Birendra taksir adalah orang tua Jayashree, panggilan khususnya kepada si gadis pemilik mata sedalam lautan itu.

"Ma, pa. Selamat malam om, Tante." Sapa Birendra, ia menundukkan kepalanya dan duduk di samping sang mama setelah dipersilahkan.

Percakapan terjadi, awal mulanya hanya tentang bisnis. Sang papa memang terbaik jika harus memulai percakapan.
"Jadi, Aurora mau kan tunangan sama Birendra? Ya, walaupun anak ini sukanya keliling dunia, tapi dia bertanggung jawab atas masa depan pasangannya." Jelas papa panjang lebar.

Jayashree terdiam. Matanya berkaca-kaca, kalo boleh ku tebak Jayashree mungkin telah memiliki pasangan, yang biasa dipanggil pacar—pikir Birendra

"Maaf om, tanpa mengurangi rasa hormat. Aurora menolak pertunangan ini. Aurora pamit undur diri, Aurora harus mengurus pekerjaan. Terimakasih dan selamat malam." Kakinya melangkah meninggalkan ruang keluarga.

Refleks Birendra mengejarnya hingga depan manor.
"Jayashree!" Panggil Birendra.

Ia menoleh sekilas, menambah kecepatan langkahnya.

"Tunggu sebentar, kita perlu bicara." Tangan Birendra menahan lengannya.

"Apa yang mau kamu bicarain?" Tanyanya, matanya jelas mengatakan ia tak mau diganggu. Tapi Birendra bersikeras menahannya.

"Aku mohon kamu pertimbangin pertunangan ini. Demi orang tua kita." Mohon Birendra.

Aurora melepaskan cengkraman tangan Birendra pada lengannya. Ia melanjutkan langkahnya, memasuki mobil dengan warna rose gold miliknya.

Ah, dia bodoh atau apa. Jelas-jelas mobilnya terpasang chip pelacak di spion kiri. Dan ia tak tahu?
Batin tuan muda Janardana.

Birendra kembali masuk kedalam manor. Masa bodoh dengan si gadis. Yang ia pikirkan ia telah jatuh pada pesona si puan.

•••

Dialah sang ksatria, senyumnya menyejukkan jiwa yang dilanda kekeringan. Ketulusannya bagai air yang mengisi danau.

 Ketulusannya bagai air yang mengisi danau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





G I R I G A H A N A Where stories live. Discover now