• I found you! •

723 85 3
                                    

Sebelum hari ke 7 Ichiro di Shibuya, ia memutuskan pulang lebih awal karena dirasa ia sudah sedikit lebih baik dari biasanya.

Sebagai hadiah kepulangannya, ia membeli dua box berisi donat dan roti melon kesukaan adik-adiknya dan juga Kuko. Biar bagaimanapun Ichiro mana bisa melupakan sahabat dekatnya itu karena ia sudah cukup merepotkan Kuko selama di Nagoya, jadi, hanya inilah yang bisa ia berikan.

Setelah perjalanan yang membosankan dari Shibuya ke Nagoya, akhirnya Ichiro bisa bernapas lega dan senyum yang tercipta di wajah. Ia senang karena sebentar lagi akan melihat wajah-wajah adiknya yang antusias dengan kepulangannya. Itu sudah pasti.

Senyuman Ichiro belum juga luntur. Disela jalan kakinya sambil menenteng apa yang tadi dibelinya, ia mengernyit karena jalanan yang ingin dilaluinya mendadak riuh digerumuni orang.

Karena penasaran Ichiro menghampiri kerumunan tersebut walaupun beberapa kali terhempas seseorang di depannya dan suara yang sangat ia kenali.

“Jangan dipukuli terus, lebih baik kita kembali ....”

“TIDAK AKAN SAMPAI AKU MENGHABISI KEPARAT INI, SIALAN!!”

‘DEG!’ Jantung Ichiro serasa berhenti berdetak saat mengenal perkataan toxic yang baru saja ia dengar.

Mulutnya sedikit terbuka karena tak percaya apa yang tadi ia dengar, betapa ia rindu suara itu tapi saat ini tak ingin diakuinya.

Dan Ichiro juga mengenali seorang yang tengah membujuk Samatoki yang sedang mengila, Sasara Nurude.

Raga Ichiro terdiam kemudian matanya tanpa sengaja bertemu dengan Samatoki, ia terkejut.

Lalu kedua kakinya reflek mundur 3 langkah dari kerumunan itu, ketakutannya muncul dan kepalanya mengeleng tak percaya.

Samatoki yang melihat Ichiro (seseorang yang sudah sekian lama dicarinya) saat itu langsung teralihkan, menyeruak kasar kerumunan itu, keluar dari sana tanpa mempedulikan Sasara yang memanggil namanya diselingi permintaan maaf pada korban amukan Samatoki. Itupun karena hal sepele, tapi dasar Samatoki, ia tak bisa terima akhirnya menghajar orang tersebut seeenak jidatnya.

“ICHIRO!!!”

Kakinya terus mempercepat larinya dan Ichiro tak mempedulikan Samatoki yang sudah memanggilnya.

“YAMADA ICHIRO!!!”

Jangan ... dan pergilah!’ batin Ichiro.

Karena hari sudah malam, penglihatan Ichiro juga terkadang buruk, ia tanpa sadar tak memperhatikan jalan karena di depannya ada sebuah batu yang membuatnya tersandung.

“Akh ... shh ....” Ichiro merintih sakit dan saat mencoba berdiri ... Samatoki sangat dekat dengannya.

Dapat didengarnya ... bagaimana napas Samatoki yang terengah.

“Akhirnya aku menemukanmu ....” Ucap Samatoki selembut mungkin, ia hendak membantu Ichiro untuk bangun.

“JANGAN SENTUH AKU, ORANG TUA JELEK!!” Teriak Ichiro, untuk beberapa saat ia jadi kesal karena objek yang kemarin membuatnya pusing kini malah ada di hadapannya.

Mendengar hal itu, Samatoki bukannya ingin marah karena dikatai 'orang tua jelek' oleh Ichiro, ia malah tersenyum dan merasa  lucu.

Begitu Samatoki ingin semakin dekat dengan Ichiro, bocah itu malah menekuk dan memeluk lututnya lalu terdengar isak tangis yang mungkin sudah tak bisa dibendung Ichiro.

“A-ak ... aku sudah lelah dan ... mati-matian untuk melupakanmu t-t—”

Samatoki tak berkata apapun karena ia akan mendengarkan Ichiro sampai selesai, jadi, ia hanya berjongkok di dekat Ichiro tanpa menyentuh bocah bersurai hitam itu meski dirinya ingin sekali menyentuh puncak kepala Ichiro.

“—tapi sulit ... lelah sekali pikiranku selalu dibayangi olehmu ....” Lanjut Ichiro dan tangisnya pecah sejadi-jadinya.

Sampai sini tentu saja Samatoki langsung paham, memang di masa lalu juga adalah murni ke salahannya karena tak memperjelas dan membiarkan Ichiro berbicara tetapi sukses membuat Ichiro pergi. Menyesal dan kini ia berharap Ichiro bisa memaafkan dan menerima kembali keberadaannya.

“Maafkan aku, sejak dulu memang salahku karena tak mendengarkanmu.” Kali ini Samatoki yang berbicara, tubuhnya tak kuasa untuk tak memeluk Ichiro.

Dan berakhir memeluknya.

“Sekali lagi ... maafkan aku, Ichiro.” Samatoki lagi, “Aku merindukanmu.”

Kata Samatoki merindukan Ichiro membuat pemuda itu terasa disihir, tangisnya berhenti tetapi ia tak sanggup mengangkat kepalanya.

Ia sangat malu.

“Ichiro ....”

Ichiro mengangkat kepalanya perlahan tapi tak bisa dipungkiri ... bocah itu tetap menutupi wajahnya yang memerah.

Dan Samatoki harus bersabar dengan Ichiro, jelas meski 19 tahun, Ichiro masih memiliki sifat bocahnya yang tak ia tunjukan pada adik ataupun sahabat dekatnya.

Perlahan Samatoki meraih tangan-tangan Ichiro yang memang menutupi seluruh wajahnya dan terlihatlah Ichiro dengan wajah sembab yang memerah.

"Kau mau memaafkan dan menerimaku kembali 'kan, Ichiro?”

Ichiro mengangguk pelan sebagai jawabannya, wajahnya tak bisa bohong ... rautnya terlihat ingin kembali menangis saat memberanikan diri untuk menatap Samatoki.

“Terima kasih, Ichiro, aku lega sekarang.” Samatoki sekarang senang bukan main. “Dan aku mohon jangan hilang atau pergi lagi karena ....”

Samatoki membawa Ichiro ke dalam pelukannya dan mendekapnya seerat mungkin.

“Karena baru aku sadari bahwa aku sudah mencintaimu saat aku kehilanganmu.”

Bagaimana dengan Ichiro yang mendengar pernyataan tersebut?

Tak mampu berkata-kata meskipun kedua inderanya terbelalak, Ichiro hanya mampu membalas pelukan Samatoki.

Lalu Samatoki anggap pelukan Ichiro itu tanda bahwa bocah itu juga merasakan hal yang sama dengannya.

Wallflower; Samaichi Where stories live. Discover now