• That just how it goes •

512 71 5
                                    

“Heeh ... kau yakin nak?”

Ichiro mengangguk mantab. “Saya ingin mencari pengalaman baru maka dari itu ... saya ingin berhenti.”

Hitoya Amagumi, sang bujang sekaligus bos Ichiro bekerja di konbini kecil. Pria ini terdiam sejenak dan merasa Ichiro tidak terlihat seperti biasanya.

“Apa kau tidak kasihan jika Kuko tak ada partner?” Hitoya lagi. “Jika kau merasa sedang penat, kau bisa ambil cuti beberapa hari atau sebanyak yang kau inginkan.”

Sekarang gantian ... Ichiro yang terdiam dengan segenap pikiran mempertimbangkan antara berhenti bekerja di tempatnya Hitoya atau memilih cuti, otaknya dipaksa berpikir keras detik itu juga. Urusannya akan panjang jika Hitoya memakai Kuko sebagai senjata.

Dengan begitu, Ichiro bisa luluh dan mengurungkan apapun yang ingin dilakukannya termasuk saat ini.

“Baiklah, aku akan ambil cuti selama seminggu.” Final Ichiro. “Selama itu aku ingin melepas dan merefresh pikiranku.”

“Baik, permintaan diterima, Yamada-san.”

“Arigatou, Amagumi- san!”

• • “ ......... ” • •

Tidak ada yang tahu dengan alasan rinci cutinya Ichiro bahkan Hitoya yang merupakan bos-nya. Alasan lainnya yang diketahui orang sekitarnya adalah Ichiro butuh liburan sejenak dari pekerjaannya itu, padahal ada alasan lainnya yang lebih spesifik.

Berjalan gontai setelah meminta izin cuti dari konbini, rencananya ia akan pergi ke Shibuya dan menemui teman lamanya (selain Kuko, Ichiro juga punya teman dekat saat dulu masih bekerja disekitaran Shibuya) dengan begitu ia bisa berharap temannya itu bisa membawanya ke sana kemari dan mungkin bisa menghilangkan beban pikirannya yang penuh.

Saat sampai di tempat tinggalnya, di sana tak ada siapa pun karena kedua adiknya pergi ke sekolah dan Kuko sedang mendadak merangkap jadi supir truk yang mengangkut persediaan barang di konbininya.

Ichiro tak ingin membuat adiknya ataupun Kuko khawatir, jadi, ia membuat surat sebagai izin sekaligus pamitan agar mereka tahu kemana Ichiro pergi dan berapa lama ia akan berada di sana.

Setelah suratnya selesai, diletakannya di meja makan tepat dekat tumpukan piring dan mangkuk yang jadi satu.

Ichiro juga membawa beberapa pakaian gantinya dan juga segenap uang yang ia miliki serta meninggalkan beberapa lembar uang yang cukup untuk adik-adiknya, setidaknya soal makanan selama Ichiro tak ada juga tidak membebani Kuko. Ichiro beruntung kedua adiknya bukan tipe tukang pilih-pilih makanan.

Di rasa persiapannya sudah cukup, Ichiro langsung bergegas meninggalkan rumah dan melesat menuju Shibuya menemui teman Gambler-nya.

• • “ ......... ” • •

Skip time >>

Sesampainya di Shibuya.

Dadanya naik saat Ichiro menghirup udara segar di Shibuya. Rasanya juga sangat sudah lama ia tak menginjakan kaki di tempat yang penuh hiruk-pikuk keseharian warganya.

Dan Ichiro baru tersadar, ia berada di wilayah Ramuda berasal.

Lalu ia berharap jalan-jalan solonya ini berjalan lancar tanpa ada hal-hal yang tak diinginkannya, Ichiro hanya ingin menghilangkan kekalutannya tentang Samatoki sekaligus penatnya dalam pekerjaan.

Berjalan tanpa tahu tujuan awal sampai sebuah pelukan erat menghujamnya dari belakang dengan erat. Ichiro terkejut tapi ia mengenali siapa orang yang memeluknya hanya melihat dari pergelangan tangan jaketnya.

“ICHIRO!! HISAHIBURI !!!”

“Ha'i, aku pun, Daisu!”

“Kalau begitu mari ke tempatku, Ichiro.”

“Baiklah, ayo, kalau begitu ....”

Keduanya pun berjalan beriringan sembari mengobrol menuju tempat yang dimaksud Daisu, entah itu tempat tinggalnya atau markas gengnya dengan Ramuda dan Gentaro.

Ada sekitar memakan hampir setengah jam (itu pun ditengah jalan Ichiro mengajak untuk naik bus karena sebelumnya Daisu mengajaknya berjalan kaki) Ichiro dan Daisu sampai di sebuah rumah sewa yang bisa dibilang agak kumuh, namun Ichiro tak mempermasalahkannya.

Daisu menuntunnya masuk ke dalam, isinya tak seburuk yang Ichiro pikir sebelum memasuki rumahnya dan yang ia tangkap hanya ada beberapa bungkus makanan dan cup ramen instan yang berserakan, yang lainnya ... seolah tak pernah dijamah Daisu.

Kemungkinan pemuda gambler itu hanya menarik kasur, makan lalu tidur begitu saja tanpa membersihkannya.

“Kalau kau tak keberatan ... kau bisa membersihkannya hehe~” Cengir Daisu tanpa dosa.

Sementara Ichiro mengeleng kepala, ia 'sih tak masalah kalau sudah urusan pekerjaan rumah, tapi ia tak bisa bayangkan sampah yang Daisu hasilkan akan menumpuk berbulan-bulan.

“Akan kubersihkan tapi kau harus mengizinkanku tinggal disini selama 1 minggu sebagai gantinya.”

“Kalau soal itu serahkan padaku, tenang saja!”

Tercipta cengiran paling lebar Daisu di wajahnya dan Ichiro sangat-sangat memaklumi sahabat gembelnya itu meskipun terkadang tak tahu diri, Ichiro tetap menganggap Daisu sahabat terbaiknya juga setelah Kuko. Karena saat beberapa tahun lalu selama Ichiro bekerja di Shibuya, Daisu lah yang menjadi temannya.

• • “ ......... ” • •

Menghitung hari dan menyadari sudah hari ke-5 Ichiro berada di Shibuya.

Setelah menelfon adik-adiknya dan Kuko, ia jadi lega sekaligus rindu keberisikan mereka di rumah setiap harinya. Namun karena kondisi batin Ichiro bisa dibilang tidak baik saja jadi terpaksa ia harus mengatasi dengan caranya ini.

Ichiro masih berdiam dalam rumah petak Daisu, sementara sang penghuninya pergi entah kemana, padahal Ichiro berharap si gambler itu mengajaknya pergi kemanapun seperti kemarin. Sayangnya, saat terbangun ... Ichiro hanya seorang diri dengan sekitarnya yang berantakan, ulah dirinya dan Daisu yang bermalam dengan menonton sambil memakan-makanan yang mereka punya.

Aku harus membereskan ini terlebih dahulu.’ Gumam Ichiro dalam hati.

Ia beranjak dari duduknya dan membereskan bungkus makanan yang berserakan.

Wallflower; Samaichi Where stories live. Discover now