Bab 1 (laba laba dan kisahnya)

29 4 2
                                    

selamat membaca

--------------------------------

Suara adzan magrib menginteruksi gadis itu untuk segera masuk ke dalam kamar. Ia masih sadar bahwa hari sudah mulai malam dan udara yang pastinya sudah mulai mendingin.

Masih ingat ucapan mamanya, kalau anak kecil harus masuk ke rumah kala senja sudah mulai turun ke permukaan, takutnya kalau tidak segera masuk akan diculik salah satu hantu yang eksis di telinga anak-anak.

Tidak lucu kan, kalau seorang mahasiswi yang baru datang ke kota orang mendadak hilang.

Selepas masuk dan menutup pintu balkon, tak lupa menguncinya, ia menghela napas lelah. Kamarnya sangat berantakan, barang barang yang direncanakannya akan dibereskan hari ini pun masih jauh dari kata beres.

Ah, semua ini gara-gara senja.

Tanpa sadar netranya nampak photo 3x4 lusuh yang berada di atas kasurnya. Terselip diantara buku buku novel yang ia bawa dari rumah.

"Wih, photo dari jaman kapan nih, burik pol wajahku. Kok bisa  ya, aku kurus krempeng kek gini. Gak makan pirang bulan aku." Alena tertawa melihat wajah zaman SD nya.

Ia pandangi sekali lagi, wajah gadis kecil itu, yang tak lain adalah dirinya sendiri.

"Jadi kangen deh pake baju ini. Dulu tuh rasanya indah banget." Ucapnya kala menatap versi kecil dari dirinya.

Flashback on (Alena pov)

"Hai, nama ku Lena. Nama panjangku Alena Misya Adhitama. Mama ku, mama Yanti dan papa, papa Adhitama. Aku suka main bola. Em.. Aku juga suka nonton upin ipin, dora, juga rudi. Rumah ku di Jalan Anggrek." Suara cempreng ku terdengar jelas di ruangan ini. Aku menatap setiap orang yang berada di hadapanku. Tidak kenal, tidak pernah lihat juga, tapi sepertinya papa kenal dengan salah satu guru baruku itu.

Hari ini adalah hari pertama aku mendatangi sekolah baruku, ah lebih tepatnya calon sekolah baru ku. Saat ini aku tengah berada di salah satu ruangan di sekolah ini, agak nyempil memang tapi lumayan mudah untuk ditemukan.

Setelah berkenalan, aku diajak ke tengah kelas. Di sana terdapat sebuah tangga, tapi tidak seperti tangga lurus yang ada di rumahku. Aku terkikik geli kala melihat bentuknya. Bagaimana mungkin benda ini dinamakan tangga. Bentuknya malah mirip dengan mainan yang kumainkan kemarin di taman kota.

Aku mengolok olok tentang bentuk tangga itu pada mama, eh bukan didukung aku malah dimarahi dan di takut-takuti. Kata mamaku, tangga ini adalah tangga ajaib, siapapun anak nakal yang naik tangga ini akan jatuh.

Awalnya aku takut, bahkan sangat takut hingga tak berani menatap tangga itu. Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak padaku, aku di tuntun untuk menaiki tangga itu oleh guru baruku, ah bukan guru sebutannya, ustadzah, iya itu.

"Ayo dek Lena naik, InsyaAllah bisa." Ucap ustadzah ku sembari menggiringku persis ke depan tangga keramat ini.

Huh, aku pasti bisa. Aku kan anak baik, gak mungkin aku jatuh. Lagian Cuma tangga, biasanya aku naik pohon juga gak jatuh tuh. Batinku menyemangati diriku sendiri.

Kedua tangan ku memegang erat pegangan tangga, aku takut takut menaikkan kaki ku ke tingkatan tangga pertama. Setelah kedua kaki ku naik, aku menatap mama sebal. Apanya yang ajaib, ini Cuma tangga biasa kok, tapi bentuknya aja yang aneh.

"Ayo sayang, naik lagi, kamu pasti bisa." Ucap salah seorang ustadzah yang mengenakan gamis dengan hijab panjang melebihi dada dengan warna oranye tua itu. Ia menyemangatiku dengan heboh. Bahkan sesekali bertepuk tangan tatkala aku berhasil naik tingkatan tangga ini.

Karena banyaknya orang yang menyemangatiku, aku semakin semangat dan bertekad sampai puncak dengan cepat.

Aku kira, misi ku hanya naik tangga ini sampai puncak, ternyata tidak. Aku juga harus turun dari tangga ini juga, tapi melewati sisi tangga yang satunya. Aku bingung, bagaimana bisa caranya aku balik baran, tangga ini kecil sekali. Aku takkan bisa memutar tubuh ku sendiri.

Aku merengek pada papa, belum sempat papa menolongku, guruku atau yang biasa di sapa ustadz itu menahan papa, katanya inilah tes yang sebenarnya.

Aku tetap merengek agar di turunkan dari tangga ini, namun ustadzah yang menyemangatiku tadi tiba tiba mendekatiku.

"Ayo mbalik badannya, dek Lena pasti bisa. Nanti kalau jatuh, ustadzah tangkap. Jangan takut ok" Ucapnya sambil memegangi pegangan tangga.

Aku hanya mengangguk. Tiba tiba saja aku berani berputar. Dan berhasil, aku berhasil berada di sisi tangga yang satunya untuk turun.

Aku senang, senang sekali. Tak lupa aku berterima kasih pada ustadzah baru ku itu.

Aku melihat ada laba-laba di samping tangan ku yang memegang pegangan tangga, tangan usilku itu berniat untuk menjatuhkan hewan itu. Namun, tanpa aku sadari bukannya jatuh ke bawah, laba laba itu malah masuk ke dalam lengan baju ku.

Tiba tiba saja, "akkkhh" aku menjerit keras, tangan ku tiba tiba sakit sekali, seperti ada yang menggigit. Bahkan, ini lebih sakit dari pada jatuh tersandung batu tadi pagi.

Karena aku yang terlalu panik, tanpa sadar aku melepaskan pegangan tanganku pada tangga itu, mendadak tangga yang kokoh berdiri ini jadi bergetar kehilangan keseimbangannya.

Disaat situasi yang buruk ini, aku spontan lompat dari tangga, beruntung papa bisa menangkapku, kalau tidak, mungkin aku sudah berada di rumah sakit sekarang.

Flashback off

Gadis berbaju hitam itu tiba tiba tersadar dari lamunnya. Ia menerjapkan matanya berkali kali dan bergidik ngeri.

"Emang laba-laba tuh makhluk ter engga lucu. Dih, jadi merinding gini kan." Ujarnya sambil mengusap leher.

Duh maaf loh, bahasanya acak pol

btw, siapa yang photo zaman bahulak nya masih ada

pas liat tu ya, seperti anda menjadi .....



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RamangwanaWhere stories live. Discover now