17. Kematian Linda

407 27 3
                                    


"Kamu kenapa Dek ?"

"Kakak pokonya pulang sekarang,,,aku takutt"

Part 17

Kematian Linda

"Dek jelasin kamu kenapa?"

Aku mencoba mencari tahu apa yang menimpa Sheril, namun Sheril tidak menjawab pertanyaanku. Yang kudengar hanya suara menangisnya saja, tanpa menunggu lama aku langsung memacu motorku untuk segera pulang kerumah.

Selama perjalanan aku ngebut bak sedang kesetanan, beberapa kali aku hampir menabrak pengendara dari berlawanan arah. Kekhawatiranku mengalahkan rasa takutku dijalan, yang ada dipikiranku hanya ada Sheril. Apalagi dia menelfonku sambil dibarengi isak tangis.

Perjalanan yang biasanya membutuhkan waktu 1.5 jam kini aku hanya perlu 1 jam karena saking ngebutnya, sesekali aku merasakan HP ku bergetar tanda telfon masuk. Aku tak menghiraukan karena Sheril lebih penting, dan tetap memacu motorku.

Akhirnya aku sampai dirumah, dengan cepat aku memarkirkan motor dan segera masuk. Didalam Rumah aku tidak mendapati siapapun, hanya om six pack yang berdiri ditempat biasanya. Kakek dan Nenek pun tak terlihat diruangan tengah, aku mendapati pintu kamarku terbuka.

"Dek....Dek!"

Aku masuk kedalam kamar sambil memanggil Sheril, kulihat Laptop ku menyala dan menampilkan video VLOG yang kubuat tadi pagi. Aku langsung keluar kamar dan menuju kamar Sheril, kubuka pintu dengan kencang hingga terbentur tembok.

"BRAK!!"

"Dek kamu kenapa Dek?" ujarku berteriak.

"Eh kakak udah pulang" jawab Sheril dengan santai.

Sontak aku merasa heran dan melongo melihat Sheril yang berbicara dengan santai, berbeda sekali dengan ketika dia menelfon.

"Kamu gak apa-apa Dek? Tadi kenapa nelfon sambil nangis?"

"Gak apa-apa kok kak, tadi aku takut Cuma sekarang udah enggak!"

Jawaban Sheril tentu saja membuatku tambah bingung, karena dia menjawab tanpa beban. Aku lantas berjalan masuk kekamarnya dan duduk disampingnya.

"Kamu kenapa dek? Cerita aja sama kakak"

Baru saja aku beres bertanya, aku mendengar suara Yuli dan Rian saling memanggil nama dan mereka berlarian masuk ke kamar Sheril. Ada satu hal yang berbeda dari mereka berdua kali ini, rupa mereka tampak seperti manusia biasa dengan warna kulit yang tidak begitu pucat, bahkan bola mata Riana terlihat normal.

"Hei kalian jangan lari-lari dikamar, nanti nabrak terus sakit" ujar Sheril.

Otomatis aku terkejut bercampur heran, diawali dengan melihat Sheril yang nampak gembira, penampilan Yuli dan Rian yang tidak seram dan Sheril yang bisa melhat mereka.

"Kita kan hantu mbak, jadi gak bakalan nabrak" ujar Rian.

"Eh iya mbak lupa" Sheril menjawab dengan tawa kecil.

Aku melongo untuk beberapa saat melihat mereka bercengkrama layaknya adik kakak.

"Dek kamu bisa liat Rian sama Yuli?"

Sepertinya Sheril tidak mendengar omonganku dan malah asyik bercanda dengan Rian, sedangkan Yuli malah asik tiduran di Boneka beruang besar milik Sheril.

"Dek kamu denger kakak ngomong gak?" ujarku sambil menarik tangannya.

"Eh apa kak?"

"Tadi ditelfon kamu nangis ketakutan terus kenapa sekarang malah tenang banget ngeliat mereka?" aku menyeritkan dahi dan melepaskan genggamanku.

"Oh maaf kak aku tadi gak denger"

Kemudian Sheril duduk dikasur dan menatapku dengan senyum, diapun melanjutkan.

"tadi aku takut banget pas pertama ngeliat Rian sama Yuli kak, tapi aku kaya sering ngeliat Yuli entah dimana, Rian juga terus aku coba nginget-nginget "

Sheril berhenti untuk sejenak karena Rian merengek ingin memakan kue bolu Sheril yang ada di meja komputer. Sheril pun melanjutkan.

"Akhirnya aku inget, mereka itu yang suka muncul dimimpi ngehibur aku kak. Aku inget dari baju mereka"

"Mimpi ? kok kamu gak cerita?"

"Ya emang aku harus ceritain mimpi aku ke kakak?" ujarnya sambil menyiratkan dahi.

Lalu kulihat Rian dan Yuli mendekat kekasur dan duduk dipangkuan Sheril, Sheril pun mendekap mereka seolah mereka adalah anak manusia biasa.

"Terus gimana lanjutannya sampe kamu bisa ngerasa gak takut lagi?"

"Pas aku lagi selimutan sambil nangis, aku ngedenger suara Yuli sama Rian manggil aku Mbak imut . aku langsung yakin mereka yang suka muncul dimimpi aku kak"

Jika kulihat, mereka bertiga sangat akrab satu sama lain. Dan yang mengejutkan adalah ternyata mereka bisa menampakan diri dengan penampilan yang tidak menyeramkan.

"Terus aku coba ngeliat mereka dan buka selimut aku, aku takut ngeliat rupa Rian sama Yuli dan ngomong Yuli sama Rian gak kaya kalian"

"Terus terus de..." perlahan rasa khawatirku lenyap bersamaan dengan mengalirnya cerita Sheril.

"Terus aku ngedenger Rian sama Yuli kayak debat gitu, gak lama Rian ngomong ke aku buat ngeliat dia lagi, katanya sekarang udah gak
serem kok Mbak Imut..... dan pas aku buka lagi selimut Rian sama Yuli gak serem lagi. Dan mirip sama yang aku temuin di mimpi"

"Terus kamu gak takut ? mereka kan bukan manusia Dek?"

Aku masih merasa heran dengan Sheril yang hanya dalam waktu satu jam bisa seakrab ini dengan Rian dan Yuli.

"Ya pas aku yakin itu Rian sama Yuli aku gak takut kak, lagian di Mimpi mereka udah ngasih tau aku kalo mereka bukan Manusia" jawabnya santai.

"Bukannya kamu takut banget sama hantu Dek?"

"Sebenernya aku udah beberapa kali ngeliat hantu, tapi aku gak pernah cerita ke Kaka karena takut kakak khawatir.."

Aku hanya tertegun mendengar penjelasan Sheril, karena dia tidak pernah bercerita mengenai didatangi makhluk Ghaib. Dan sekarang muncul pertanyaan dibenakku bagaimana Sheril bisa melihat Rian dan Yuli.

"Kamu tadi habis ngapain dek? Kok sekarang bisa liat Rian sama Yuli?"

"Aku gak ngapa-ngapain kak, tadi Cuma mainin laptop kakak sambil ngemil beng-beng yang malah hambar. Terus pas aku mau buang beng-beng hambar yang kakak curi kemaren aku ngeliat mereka"

Beng-beng hambar? Jangan-jangan Sheril memakan Beng-beng bekas Rian dan Yuli, memang aku pernah mendengar cerita seseorang yang tak sengaja memakan sesajen yang dihidangkan khusus piaraan. Dan ketika dia memakannnya dia dapat melihat sosok yang memakan sesajen itu.

"Kamu makan beng-beng mana Dek?"

"Beng-beng yang yang kakak ambil waktu itu, kan tadi udah aku bilang"

Aku menarik tangan Sheril dan mengajaknya keruangan tengah, lalu aku meminta Sheril untuk melihat kearah gudang tempat Om Sixpack berdiri.

"Didepan gudang keliatan gak Dek?"

"Keliatan apa kak? Gak ada apa-apa?"

Rupanya Sheril hanya bisaa melihat Rian dan Yuli, karena dia hanya memakan Beng-beng bekas mereka. Aku merasa tenang karena aku tidak bisa membayangkan jika Sheril melihat makhluk yang seram-seram.

"Eh Kakek sama Nenek dari mana?" ujar Sheril.

Kembali aku terkejut mendengar perkataan Sheril, dan ketika aku menoleh kearah Sheril melihat aku melihat Kakek-Nenek yang biasanya berdiri diruang tengah sedang berjalan dari ruang tamu kearah kami. Dan ternyata penampilan mereka juga berbeda, kali ini mata mereka NORMAL tidak hitam seperti yang kulihat biasanya.

"Kamu bisa ngeliat Kakek-Nenek juga Dek? gimana ceritanya?"

"Oh kalo itu aku dikasih tau sama Yuli, kata Yuli kalo mau liat Kakek-Nenek aku disuruh makan Kue kering yang ada Dilaci dapur, tuh kue udah kadaluarsa kayaknya kak bekas yang punya rumah sebelum kita... tapi demi bisa liat Kakek-Nenek ya aku makan"

Nah kali ini aku kembali bingung, bukan bingung bagaimana Sheril memakan kue kadaluarsa, tapi bagaimana dia mengenal Kakek-Nenek ini.

"Kamu kenal Kakek-Nenek dimana Dek? DI mimpi juga?" ujarku dengan heran.

"Kalo Kakek-Nenek aku udah sering ngobrol sama mereka dari masih tinggal dirumah lama kita Kak, mereka baik sama aku. Soalnya aku gak tau rasanya punya Kakek-Nenek"

"Tapi kan mereka bukan manusia, kamu gak takut?"

"Kan tadi dah aku bilang aku juga suka liat jadi kalo yang gak serem gak takut" jawabnya dengan kesal.

Lalu Sheril kembali kekamarnya dengan setengah berlari, diikuti oleh keempat Hantu yang penampilannya berubah dengan tiba-tiba. Aku penasaran kenapa mereka bisa berubah bentuk, akupun teringat salah satu artikel yang aku baca bahwa jin bisa merubah bentuk mereka dengan ilmu dan tenaga mereka.

Aku berjalan kekamarku untuk memeriksa Laptop, khawatir Sheril menemukan file RAHASIA-ku. Karena sepintas aku melihat dia berhasil masuk ke menu utama, pasti dia berhasil membuka passwordnya. Aku lalu duduk dan mengecek video yang kusembunyikan dan....

"NOOOOOOO!!!" aku berguman dalam hati.

Video koleksiku lenyap tanpa jejak, bahkan Video Tante dan Anak kecil yang belum lama ku download dengan mencari susah payah juga lenyap.

"Sheril kamu tega banget sih ngehapus file kakak, mana belum kakak tonton yang Tante vs Anak Kecil " aku berbicara pelan.

Kuganti password laptopku dengan hal yang sulit ditebak dan kumatikan. Aku segera menghampiri Sheril ke kamarnya untuk menanyainya lebih lanjut. Dikamarnya aku mendapati Sheril sedang diapit oleh Kakek dan Nenek, sementara Rian dan Yuli duduk di Boneka Beruang Sheril.

"Dek, kakak mau nanya. Selain mereka, kamu didatengin siapa lagi di mimpi?" ujarku sambil berdiri dekat pintu.

Mendengar pertanyanku, wajah Sheril yang tadinya tersenyum. Kini tertutup rapat dengan matanya yang memandang kearah lain.

"Kenapa gak dijawab Dek?"

"Ada satu hantu lagi yang datengin aku sih"

Sheril menghentikan omongannya, dari raut wajahnya dia seperti keberatan memberitahuku.

"Aku,....Aku...pernah didatengin Teh Linda Kak"

"Linda Dek?" tanyaku dengan antusias.

Namun wajah Sheril berubah menjadi cemberut ketika melihatku antusias menanyakan Linda..

"Iya... aku pernah didatengin Teh Linda..sehari sebelum acara disekolah..dia nitip pesen buat kakak,,tapi aku belom sempet bilang"

Aku langsung berjalan mendekati Sheril dan mengambil kursi komputer, kemudian duduk didekatnya.

"Linda ngomong apa sama kamu?"

Sheril beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah jendela dan membukanya, kemudian dia bersender dijendela menghadapku. Wajahnya lesu seperti ragu, aku tidak bicara dan hanya menunggunya.

"Teh Linda ngomong sama aku supaya kakak lebih baik lupain dia, soalnya kakak punya kehidupan. Dia gak mau kakak terus-terusan gak move on,kakak juga harus berkeluarga..dia bakalan seneng kalo kakak bisa bahagia dengan orang lain"

"Masa Dek dia ngomong gitu?"

Sheril tidak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya saja, hatiku merasa tidak 100% percaya dengan apa yang dikatakan Sheril, meskipun aku tahu dia tidak pernah berbohong.

"Terus dia juga pesen, kakak gak usah menyesali kejadian pas Di Danau, katanya itu bukan salah kakak...sebenernya..."

"Itu salah kakak Dek.."

Belum beres Sheril menjelaskan aku memotongnya dilanjutkan dengan air mataku yang kembali mengalir jika teringat hari itu, hari dimana Linda meninggal karena kebodohanku yang sangat-sangat tidak perlu dilakukan.

5 Tahun Lalu

Aku masih bisa mengingat jelas hari itu, sangat jelas bak baru saja terjadi kemarin.Siang itu aku mengajak Linda ke Danau seperti biasanya, kami selalu menaiki perahu sampan kecil yang disediakan oleh pemerintah setempat.

Siang itu Danau sedang Sepi, hanya ada penjaga warung saja yang berada dipinggir Danau. Aku dan Linda langsung menuju sampan berukuran panjang 4 meter dan lebar 1,5 meter, sampan yang biasa kami pakai. Dan dengan semangat aku mendayung sampan ketengah danau yang sangat jernih airnya.

Sebenarnya sampan kami tidak terlau ketengah, mungkin hanya 15 meter dari tepian. Air danau disini sangat jernih sekali,sampai aku bisa melihat dengan jelas ke kedasar danau, aku berhenti mendayung dan mulai mengobrol dengan Linda.

Sebenarnya kali ini aku memiliki tujuan terselubung, Linda itu tidak bisa berenang, dan aku ingin mengujinya. Apakah jika dia melihatku seperti akan tenggelam dia akan berani terjun ke air untuk menolongku? Aku akan berenang dan pura-pura keram, disaat dia menceburkan diri aku akan berenang seperti biasa dan menolongnya.

"Lin, enak kali yah berenang siang-siang gini"

"Jangan Ron, kan gak boleh berenang Di Danau"

"Kita liat aja nanti"

"BYURR"

Aku menceburkan diri kedanau dan berenang menjauh mungkin sekitar 10 meter dari sampan, Linda hanya meihatku dan mengingatkanku untuk segera naik khawatir dimarahi penjaga. Lalu aku memulai aktingku bahwa kaki ku keram dan pura-pura panic seperti akan tenggelam.

"Lin,,,bllrrrp..Kaki aku keram Lin"

Aku mulai menjalankan aktingku, kulihat Linda panic. Dia berteriak minta tolong. Untuk beberapa saat aku terus berakting pura-pura keram, kulihat Linda memegang dadanya dan melihat sedih kearahku. Lalu dia menceburkan diri atau mungkin terlihat tercebur.

Aku merasa senang Linda mau bertekad menyelamatkanku biarpun dia tidak dapat berenang, namun kesenangan itu malah berujung petaka. Linda yang kukira akan berusaha berenang ternyata tidak banyak bergerak dan hanya menggerakan tangannya beberapa kali dan tenggelam.

Aku yang menyadari terjadi sesuatu yang tidak beres lantas berenang kearah Linda yang mulai tak bergerak dan tenggelam, aku merasa Panik melihat Linda tenggelam dan.

"AAHHHhhhh"

Aku merasakan kaki-ku keram sungguhan, bahkan tanganku juga menjadi keram. Aku panic karena merasakan keram dan melihat Linda yang dengan jelas tenggelam, aku bisa melhatnya karena beningnya air. Aku berusaha berenang namun apadaya Kaki dan tanganku keram seluruhnya.

Aku merasakan sesak nafas karena wajahku terlalu lama di air, dan muncullah keegoisan rasa ingin hidup. Aku menahan nafas dan tidak menggarakan tubuhku, tubuhku pun mengambang dan dengan sedikit usaha aku berhasil membalikan tubuh menghadap ke permukaan dan berteriak minta tolong.

Pemilik warung yang mendengar teriakanku langsung bergegas berteriak minta tolong juga, dan aku melihat ada orang yang lewat menghentikan kendaraan mereka dan turun untuk menolongku. Beberapa menit kemudian mereka datang dengan menggunakan sampan yang lebih besar ukurannya.

Mereka dengan segera mengangkatku, aku langsung berteriak memanggil-manggil nama Linda sambil menangis histeris. Orang yang menolongku menyadari ada jasad yang tenggelam lantas menceburkan diri dan mengangkat jasad Linda.

Dan tak berapa lama kemudian jasad Linda berhasil diangkat, aku mengingat dengan jelas jasad Linda dibaringkan didekatku karena ukuran sampan yang tidak terlalu besar. Orang yang menolongku buru-buru mengecek keadaan Linda dan melakukan pertolongan pertama CPR dengan menekan dada Linda dan memberi nafas buatan. Aku hanya bisa merengek dan menangis histeris melihat Linda.

Beberapa detik kemudian orang yang memberi CPR kepada Linda wajahnya berubah menjadi hopeless, yang dimana menandakan Linda sudah tidak bernyawa lagi. Dan aku tidak dapat berbuat apapun selain menangis menyesali kecerobohan dan kebodohanku,

BERSAMBUNG.

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang