34. Masa Lalu

317 32 5
                                    

Aku dilanda kebingungan dengan apa yang sedang terjadi kepadaku saat ini, kupikir aku sudah keluar dari dimensi tempat kedua makhluk tadi namun nyatanya tidak. Aku berusaha tidak panik dan bermaksud untuk bertanya kepada makhluk ini apa maksud mereka, namun lagi-lagi tubuh dan mulutku tidak dapat digerakkan.

"Jangan-jangan ini adalah sihir standar yang dimiliki oleh makhluk setingkat mereka" gumamku dalam hati.

Kuntilanak yang berada didalam warung tidak melakukan apa-apa, dia hanya menatap kearahku sambil sesekali kepalanya bergoyang kekiri dan kekanan. Kedua makhluk itu kemudian melakukan hal yang sama kepadaku, yaitu memegangi kedua tanganku dan si hantu besar membuka mulutnya lebar-lebar.

Aku berusaha untuk tidak panik dan membuat diriku senyaman mungkin, kubuka mataku lebar-lebar dengan mengumpulkan semua keberanianku, mulut makhluk ini semakin dekat dan mengeluarkan bau yang tidak sedap, aku tetap bertahan untuk tidak panik.

Ketika sudah tinggal sedikit lagi kepalaku masuk kemulutnya, makhluk itu tiba-tiba berhenti. Dia menarik kembali mulutnya seiring kepalanya menjauh, mereka berdua melepaskan pegangannya di tanganku dan badanku bisa digerakkan.

"Kalian maunya apa? Kalian ada maksud apa dengan saya?" aku bertanya dengan lantang tanpa takut.

Mereka bertiga tidak menjawab dan hanya berdiri diam, sementara itu aku merasakan pandanganku mulai kabur seperti akan pingsan. Perlahan pandanganku menjadi redup dan gelap, aku merasa mataku terbuka namun perlahan menjadi sangat gelap.

"Bang Ron, bangun Bang!!"

Aku mendengar suara Yana membangunkanku, dan aku merasa bahuku juga dipegangi. Rasanya aku merasakan hal yang sama beberapa waktu lalu, aku sadar rupanya mataku tertutup.

"Roni bangun, kamu ganteng-ganteng tukang tidur ih!"

Aku mendengar suara perempuan yang tak lain adalah suara Ayu.

"Ron.. bangun...."

Kali ini aku mendengar suara perempuan dengan nada yang nampaknya begit khawatir, suara itu aku sangat yakin adalah suara Popi.

Aku merasa daguku dipegang dan kemudian aku merasakan tubuhku dipeluk dari depan, namun aku sedikit kaget karena yang memelukku dari depan posisinya duduk diatas pahaku. Dan yang membuatku lebih kaget aku mencium parfum wangi, dan aku sangat ingat ini adalah aroma dari parfum Popi.

"What? Popi meluk gue sambil duduk dipangkuan gue, kok gue ngerasa kaget dan ngerasa mustahil yah. Tapi kalo gue inget-inget dulu juga

dia pernah meluk gue tiba-tiba. Tapi bentar-bentar ini pasti bukan Popi soalnya"

Saat itu juga aku menyadari suatu hal yang membuatku yakin ini bukanlah Popi, karena aku tidak merasakan ada benda empuk kenyal yang menempel didadaku. Langsung tanpa ba bi bu kubuka mataku dengan cepat dan mendapati hal yang sudah kuduga, Yana sedang memelukku dan teman yang lain nampak sedang menahan tawa.

"Anjay... awas lu makhluk berbatang!!!" teriakku sambil mendorong Yana kedepan.

"Yaelah kasar banget bang saya ampe didorong keras banget kedepan!!" ketus Yana.

Kulihat kearah Popi dan Ayu mereka nampak menahan tawa melihat kejadian laknat yang barusaja kualami, mereka tampak senang melihatku dipeluk oleh sesama lelaki. Hingga terlintas dibenakku apakah mereka itu menyukai hal-hal berbau "YAOI", dih aku jadi merasa ngeri sendiri.

Kualihkan pandanganku kepada Ipin yang sedang berdiri ditepi Danau, kutatap dia cukup lama dengan mataku yang melotot meskipun aku kesulitan karena mataku sipit.

"Saya gak ikut-ikutan kok bang, yang ngasih ide Mbak Ayu tuh" ujar Ipin dengan wajah ketakutan.

"Udah-udah lah Ron gak usah diambil hati, lagian kamu sendiri yang tidur lama banget ampe 4 jam" ucap Ayu sambil memiringkan kepalanya sedikit.

Mata Batin They Among UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang