Bagian 13 : Galih

Start from the beginning
                                    

Kinar juga ingin memberi selamat. Akan tetapi dia malu. Nanti saja kalau Galih sudah mengenakan seragam putihnya.

Galih adalah first love Kinar. Kinar mengamati betapa berbedanya anak itu dengan anak SD seusianya. Dia begitu tenang duduk di sana, memakan bekal buatan ibunya. Saat anak-anak yang lain mengejeknya Anak Mama.

Galih juga bersedia membantu. Saat Persami (kegiatan Pramuka) , anak-anak perempuan kelas 6 SD tergopoh-gopoh membawa ember berisi air. Dia langsung turun tangan membantu. Tidak seperti anak laki-laki lain yang harus diteriaki dulu.

Dia juga membiarkan orang lain bersinar. Seperti apa yang dia lakukan saat ini. Seluruh isi kelas mengelu-elukan Radit. Tanpa umpan dari Galih. Gol itu tidak akan tercipta.

Galih sudah duduk di sampingnya berseragam putih biru. Bau samar keringat masih tercium. Tapi itu tak menjadi masalah bagi Kinar.

Waktu mengetahui bahwa dia akan sekelas dengan Galih, Kinar sangat bahagia. Lebih bahagia lagi belum lama ini, dia dipindahkan menjadi semeja dengan Galih.

Kinar tidak tahu apakah dia bisa menjaga jantungnya tetap tenang sepanjang kelas berlangsung. Akan tetapi sampai sekarang bulan ke 7 dia sanggup mengatasinya.

Kinar tidak tahu apakah dia akan mengaku perasaannya kepada Galih. Dia sudah menulis surat itu sejak lama. Dan menyimpannya di dalam buku di tempat terdalam laci kamarnya. Kertas surat itu awalnya wangi. Sekarang wanginya sudah hilang. Kinar mempertimbangkan untuk membeli kertas surat yang baru. Dan menulisnya ulang.

Galih sedang mempersiapkan buku pelajaran dan buku catatan di atas meja. Juga tempat pensil sederhana dari kain miliknya.

Kinar rasa, dia harus memberi selamat Galih sekarang. Nanti keburu Ibu Guru datang.

"Galih selamat ya." Kinar mengulurkan tangan.

"Oh iya terima kasih." Galih menyambut uluran tangan Kinar. Telapak tangannya terasa agak lembab dan kasar, akan tetapi sanggup membuat telinga Kinar terasa hangat.

"Berarti tinggal tanding lawan 3B ya?" tanya Kinar melanjutkan basa-basinya.

"Iya benar. Wah mereka tu jago-jago banget. Ambisius juga." Itu adalah maksud tersirat dari bermain kasar. Poin keempat yang dia sukai dari Galih. Tidak pernah menjelekkan orang lain.

"Kau juga Kinar. Kau tinggal melawan kelas 3A bukan?" Kinar merasa senang sekali. Selama ini Galih melihat permainan dirinya. Dia tidak meremehkan sepakbola wanita seperti anak laki-laki yang lain.

"Hati-hati sama kak Citra. Badannya kecil tapi lincah banget. Tau-tau ada di daerah penalti."

Iya. Kinar tau kakak kelasnya yang bernama Citra. Waktu itu bibirnya mengerucut saat Kinar menyamakan kedudukan 1 :1 dengan lututnya.

"Iya pasti asik banget kalo kita sama-sama juara di final." Galih terlihat antusias. "Kita bisa pindah ke lapangan sebelah."

Lapangan sebelah adalah lapangan sepakbola dengan ukuran standar internasional yang beralaskan rumput. Lapangan itu benar-benar memiliki gawang besi yang akan dipasang net dari kain saat event-event penting berlangsung.

Seperti contohnya event pertandingan TNI AU atau kalau mereka juara final. Mereka akan bertanding mewakili SMP mereka dalam kejuaraan sepakbola se-Jakarta Timur.

Raising meWhere stories live. Discover now