12. promise : Tak Selalu Berakhir Indah

2.3K 160 78
                                    

Bukan tentang apa yang kita inginkan,

Namun ... tentang sesuatu yang sudah Tuhan tentukan

***

Setelah pintu benar-benar terbuka, hal pertama yang Hinata tangkap adalah raut wajah terlampau cemas prianya. Mata biru calon suami barunya menatap meneliti setiap sisi wajahnya yang pasi.

"Kau sakit? Kau pucat sekali, Sayang." Pertanyaan dengan nada khawatir itu meluncur dari bibir merah kecoklatan si pria. Tangan besar pria itu terangkat spontan membelai sisi wajah wanitanya. Sedang Hinata hanya diam saja, banyak hal yang berkecamuk dalam kepala cantiknya.

Hinata mencoba melengkungkan senyuman sebelum menjawabnya, berharap rasa kekhawatiran Naruto segera mereda.

"Aku hanya sedang masuk angin, tak perlu ada yang dicemaskan." Ungkap wanita itu, memang sengaja menutupi fakta jika ia tengah berbadan dua.

"Kita ke rumah sakit?"

Sungguh, Naruto masih sangat mengkhawatirkan wanitanya. Seingatnya akhir-akhir ini Hinata menjadi gampang sekali jatuh sakit. Ia hanya takut jika Hinata terlampau stres dengan segala masalah yang menimpanya, sehingga imunitas tubuhnya menurun seketika.

"Tidak perlu, Naruto-kun. Aku tidak apa-apa." Lagi, Hinata menolak pelan niat baik sang calon suami dengan senyum terkembang. Netra indah wanita itu menatap dalam pada kedua netra safir prianya, mendongak karena perbedaan tinggi badan yang lumayan jauh. "Sungguh, ini hanya penyakit ringan. Aku tidak akan mati hanya karena ... masuk angin bias—mmhhh!"

Sebelum Hinata menyelesaikan apa yang hendak ia katakan, Naruto memotong ucapan wanita tercintanya dengan ciuman dalam. Ia melumat kemudian memagut bibir sewarna buah cherry itu dengan perlahan, hingga pekikan tertahan Hinata mengalun memecah keheningan.

Pria itu sedikit membungkuk, memperdalam pagutan yang ia berikan. Tangan kanannya menekan pelan tengkuk wanitanya, memberikan lumatan-lumatan intens pada kedua belah bibir merah Hinata dengan penuh cinta.

Sedang Hinata meremas pelan bagian depan kaos putih polos Naruto dengan kedua tangan mungilnya, menyalurkan segala perasaan intim yang ia rasa terhadap pria yang masih saja menginvasi bibirnya. Decakan lidah keduanya yang saling membelit terdengar menggema. Wanita itu terhanyut, seperti biasanya.

Setelah beberapa waktu berlalu, pria pirang itu menyudahi ciuman panasnya. Kepala pirang itu menjauh, kemudian menatap dalam kedua netra Hinata dengan wajahnya yang memerah.

"Aku tidak suka ucapanmu, Sayang. Bisakah bibir ini hanya mengatakan yang manis-manis saja seperti rasanya?" Lirih Naruto, ibu jari tangan kanannya menyentuh sensual kedua belah bibir wanitanya. Sebelum ia kembali memagutnya ulang.

Sungguh, ia kecanduan.

"Mmhhh ..." desahan lembut Hinata kembali lolos, apa lagi ketika tangan besar Naruto meremas kedua pantatnya perlahan. Wanita itu mengalungkan kedua lengannya pada leher si pria dengan berjinjit, kembali memperdalam ciuman mereka. Sesaat perempuan itu seakan terlupa dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya.

Setelah merasa puas menyatukan mulut, pria itu menyudahi ciumannya segera. Sungguh, jika hal itu terus berlanjut sudah pasti mereka akan berakhir memadu kasih di atas ranjang. Dan ia sebisa mungkin menahannya, ia tidak ingin melakukan hal hina itu lagi sebelum dirinya resmi mempersunting Hinata.

"Kita harus segera berkemas." Kedua tangan besar Naruto membingkai wajah cantik Hinata, dengan senyuman secerah mentarinya.

Hinata mengerutkan alisnya tidak mengerti, "Huh, berkemas?"

Promise✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang