5. promise : Kau Kembali

1K 122 6
                                    

Sesuatu yang bisa mengenyahkan rasa rindu adalah sebuah pertemuan

***

Remang cahaya lampu tidur menjadi satu-satunya sumber penerangan kamar itu. Setelah membantu sang istri merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk, Gaara membelai mesra rambut panjang wanita yang ia cintai, pandangan pria itu tampak teduh tepat pada wajah pucat Hinata. Namun, jika dilihat dengan teliti, ada raut kekhawatiran yang nampak jelas pada matanya.

Ya, Hinata baru saja keluar dari rumah sakit saat hari sudah menjelang malam. Dan selama ia sakit, Gaara lah satu-satunya orang yang paling khawatir. Pria itu tak pernah sedetik pun pergi meninggalkan istrinya saat wanita itu terbaring lemah di ranjang pesakitan.

Tentu saja, Gaara sangat mencintai Hinata.
Meskipun tanpa ia ketahui, tiada rasa yang sama yang Hinata rasakan padanya. Miris sekali.

"Kau harus banyak istirahat, Sayang." Ucap pria itu setelah memberikan kecupan singkat di kening istrinya.

"Uhmm ..." memejamkan mata, Hinata mengangguk kemudian menyamankan posisi tidurnya.

Pria dengan rambut kemerahan itu tersenyum simpul, menatap lekat pada mata jernih istrinya yang perlahan kembali terbuka. "Bagaimana perasaanmu? Dokter bilang tensi darahmu sangat rendah, apakah sekarang sudah merasa lebih baik?" tanyanya.

Hinata terdiam menatap suaminya, lama. Sejujurnya ia senang saat mendapatkan perhatian tulus dari pria itu, tapi ... sekaligus merasa berdosa karena sampai saat ini jantung hatinya tak sedikit pun ada nama pria baik itu bersarang di sana.

Hanya Naruto, pria itulah yang sejak dulu selalu saja mendiami relung hati terdalamnya. Pria satu-satunya yang teramat ia cintai, dan juga mencintainya.

Ah, sejujurnya Hinata sedikit ragu jika pria pirang itu masih mencintai dirinya, karena hingga saat ini belum ada sedikit pun kabar yang datang dari sang pria asal Kanada. Tapi entah kenapa rasa cinta itu tidak pudar sedikit pun meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi pada Naruto saat ini.

Memang beberapa kali alam bawah sadarnya memikirkan kemungkinan jika pria pirang itu kini telah melupakannya, dan mungkin saja kini telah menemukan wanita lain pengganti dirinya. Namun, secepat mungkin otaknya menolak pemikiran tersebut.

Ia percaya Naruto. Ia percaya akan janji yang diucapkan pria itu.

Lalu, jika memang Naruto memang masih setia dengan janjinya, lantas bagaimana dengan dirinya?

Ironisnya, dia justru menikah dengan lelaki lain.

Namun, sedetik kemudian wanita cantik itu menggeleng singkat, mengenyahkan segala pemikiran yang sempat melintas di otaknya tadi saat melihat wajah tampan Gaara masih setia menatap lekat dirinya. Hinata memaksakan senyuman terbaiknya untuk suaminya.

"Aku baik-baik saja, Gaara-kun ... hanya sedikit pusing dan lemas, itu saja." Jawabnya.

"Kalau begitu kau harus rajin meminum obatmu, Sayang." Gaara tersenyum simpul, kemudian mendudukkan diri di tepi ranjang. Kembali, tangan kekar itu mengacak pelan rambut Hinata. Pandangan mata jade itu menelisik pada tubuh sang istri, "Ah, bagaimana jika sekarang kau kubantu berganti baju?" tawarnya kemudian.

Sontak saja Hinata terkejut dengan ucapan Gaara, "E-ehhh??!!"

"Kenapa?" tanya pria itu, dengan ekspresi tak berdosa. "Aku yakin kau tak akan nyaman jika tidur memakai baju itu. Lagi pula aku ini suamimu, Hinata. Akan sangat wajar jika aku membantu istriku sendiri berganti baju. Bukankah kau masih merasa lemas?"

Hinata terdiam cukup lama, sedangkan Gaara masih saja menunggu jawaban sang istri dengan sabar, dengan senyuman meneduhkan.

Memang benar, baju yang saat ini wanita itu kenakan tidak akan nyaman jika dipakai untuk tidur. Ia belum berganti baju semenjak kepulangannya dari rumah sakit, dan baju yang saat ini ia kenakan juga sudah lengket oleh keringat.

Promise✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang