4. promise : aku ... bermimpi?

1.1K 131 32
                                    

Jika aku bermimpi tentangmu, tolong jangan bangunkan aku

Karena di dalam sana aku dapat menggapaimu
Berbeda dengan kenyataannya, kuharus terus menanggung rindu

***

Hinata tampak berdiri di depan jendela kaca kamarnya seorang diri, menatap lurus ke depan, pada padang ilalang yang tumbuh subur di hadapannya. Semilir angin yang menerpa, menerbangkan beberapa helai rambut hitamnya.

Namun, tak lama kemudian pekikan kecil lolos dari celah bibir ranum itu ketika merasakan kedua lengan memeluk tubuhnya dari belakang. Ia menunduk, menatap tangan berkulit eksotis yang melingkari perutnya. Dan Hinata tak mampu menahan senyum bahagia merekah di kedua belah bibirnya, diiringi sebutir air mata.

"Naruto-kun ..."

"Aku pulang, Hinata. Aku sangat merindukanmu." Suara berat itu berbisik di telinga kanan sang wanita.

Hinata segera membalikkan tubuhnya, menatap wajah yang sangat ia rindukan dengan mata berkaca-kaca. Tangan mungilnya menyentuh permukaan wajah pria yang ia cintai. Dimulai dari dahi, kelopak mata, pipi, dan kemudian terhenti pada permukaan bibirnya. Sedangkan pria itu memejamkan mata menikmati setiap sentuhan wanita yang ia cinta.

"Kenapa lama sekali, Naruto-kun? Kau tahu, aku hampir mati karena terus merindukanmu." Suara feminim itu bergetar, seiring meluncurnya tetes demi tetes air mata pada pipinya---yang seketika di hapus oleh tangan hangat kekar pria di hadapannya.

"Maafkan aku, Sayang. Kuharap kau masih setia menungguku. Sesuai janjiku, aku sedang berjuang untuk mendapatkanmu. Dan sekarang ... aku telah kembali." Ungkap Naruto, mengecup lembut kening Hinata dengan menutup netra birunya.

"Aku selalu menunggumu kembali, Naruto-kun." Hinata mendongak setelah kecupan hangat pada keningnya terlepas. Wanita itu meraih tangan kanan pria di hadapannya, kemudian menyentuhkannya pada dada kirinya. Sedangkan sang pria tampak menatap intens dirinya. "Di sini ... masih ada namamu. Hanya dirimu."

"Hinata!"

Wanita itu tersentak ketika terdengar suara lain yang memanggil namanya. Dengan refleks Hinata menoleh ke asal suara. Di sana ... tepat di depan pintu kamarnya, berdiri pria berambut kemerahan menatapnya dengan ekspresi terluka.

"Siapa dia, Sayang?" Naruto bertanya ketika melihat wanitanya menatap pria yang baru saja datang itu dengan mata membelalak.

"Gaara-kun ..."

"Siapa pria itu, Hinata?" kali ini giliran Gaara yang bertanya. Pria Sabaku itu masih mematung memandang istrinya bersama pria lain yang tidak ia kenal.

Kening pria asal Kanada itu mengerut. Ia menatap Gaara sekilas, kemudian berganti menatap wanita di hadapannya dengan tatapan yang menyiratkan pertanyaan. "Katakan padaku, Sayang. Jujurlah ..."

"N-naruto-kun, a-aku ..." Air mata wanita itu mengalir dengan sendirinya.

Sedangkan Gaara terlihat memejamkan mata erat, menahan sakit hati kala sang istri tampak lebih mencintai pria lain yang bukan dirinya. "Hinata ... aku kecewa padamu."

"Jangan, kumohon ..." sungguh, Hinata bimbang. Di satu sisi ia mencintai pria di depannya, namun di sisi lain ada suami yang mencintainya. Ia tak tahu harus memilih siapa.

"Kau ... mengkhianatiku?"

Hinata menggeleng kencang, ketika Naruto menatap dirinya nyalang. "Tidak. A-aku ..."

Promise✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang