11. promise : Kutepati Janjiku

919 109 4
                                    

Bila kata maaf mampu menyembuhkan luka,

Maka akan kuucapkan beribu-ribu kali hingga kau bahagia

***

Mansion Hyuuga begitu membentang luas di hadapan mereka. Hinata mengeratkan genggaman tangannya pada jari-jemari pria di sisinya, perlahan mengikuti langkah kakinya memasuki ruangan Hiashi, sang ayah. Mereka telah menemui bawahan pria baya itu terlebih dahulu tadi, dan setelah mengkonfirmasikannya pada sang tuan rumah, mereka akhirnya diizinkan untuk memasuki ruangan pribadi ayahnya.

Dan ketika tangan besar itu telah berhasil membuka pintu di hadapan, tampak lah sosok Hiashi—yang duduk di kursi kebesarannya—terkejut melihat kedatangan mereka.

"Naruto?! Astaga!" Pria paruh baya itu terlihat memijit pangkal hidungnya kala pusing menyerang kepala. Ia tak menyangka jika pria pirang yang telah menghilang bertahun lamanya akan kembali datang.

"Selamat siang, Tousama." Seakan tak menyadari raut wajah tak mengenakkan Hiashi, Naruto menyapa dengan senyuman, kemudian membungkuk sopan. Tentu bersama Hinata di sampingnya.

"Kalian ... Ah!"

Sungguh, kepala Hiashi seakan dihantam palu. Remasan pada keningnya menguat kala melihat sang putri—yang telah menikah—membersamai pria lain, membuat kepalanya terasa semakin berat ia rasa.

Sedangkan Hinata hanya bisa menundukkan kepala. Entahlah ... ia tak berani menatap raut wajah sang ayah sedikit pun. Ia seakan tak punya muka.

"Saya sudah tahu segalanya, Tousama. Mungkin Tousama belum mendengarnya, tapi ... kami berdua telah kembali bersama." Ungkap Naruto, yang sukses membuat pria paruh baya di hadapannya membelalakkan mata.

"Apa maksudmu?! Hinata sudah menikah!" Mata yang begitu mirip dengan milik Hinata mendelik tajam pada si pirang, sarat akan kemarahan. Hiashi tidak habis pikir dengan apa yang kedua anak manusia di depannya ini lakukan.

"G-gaara-kun sudah menceraikanku, Tousan!" Hinata mencicit lirih, perlahan wanita itu menatap lurus pada netra penuh murka ayahnya.

"Dan semua itu karena pria itu?!" Hardik Hiashi. Ia kini berpaling pada wajah cantik sang putri yang memucat. Jari telunjuknya menunjuk wajah tampan Naruto dengan amarah yang jelas terlihat.

"A-aku mencintainya, Tousan."

"ASTAGA!" Hiashi memejam mata erat mendengarnya, jari-jemarinya kembali meremat rambut hitam panjangnya kuat. Tak lama, mata pria paruh baya itu kembali terbuka, memandang Naruto dengan sorot kebencian yang kentara.

"Kau ... kenapa kau kembali ke Jepang, hah?! Setelah sekian lama menghilang seenaknya, sekarang dengan mudahnya kau menghancurkan rumah tangga putriku?!"

Naruto memejamkan mata dengan erat, menahan emosi yang sedari tadi kian memuncak. Cukup sudah ia terdiam, kini saatnya ia pun mengeluarkan suara untuk membela diri, pun membela kekasihnya.

"Saya kembali sesuai janji saya pada Anda, Tousama. Saya menghilang untuk berjuang, dan kini kembali untuk mengambil apa yang sudah seharusnya menjadi milik saya." Ucapnya dengan nada datar, iris bak safir birunya menatap lurus mata ayah wanita tercintanya tanpa rasa takut.

Hinata melirik Naruto dengan pedih, kemudian beralih kembali menatap wajah sang ayah. Kedua telapak tangannya saling bergesek, memohon dengan wajah memelasnya.

"K-kumohon, Tousan ... kami berdua sama-sama bersalah. Berikanlah kami kesempatan untuk memperbaikinya."

"Dan mengorbankan perasaan Gaara?!" Pernyataan retorik meluncur dengan cepat dari bibir sang ayah. "Hinata, Gaara adalah pria yang baik. Kau tega menyakitinya?!"

Promise✔Where stories live. Discover now