"Pada kenapa sih?" Uri bertanya dengan untaian mie yang ada dibawah bibirnya.

"Kenapa kalian nggak masuk? Kenapa malah di kantin?" tanya Azri.

"Lapar!" jawab Uri tanpa menoleh pada cowok itu dan tetap melanjutkan makannya.

"Kenapa kalian nggak dikelas kalau nggak ada guru?" tanya Azri.

Uri menghentikan makannya menatap Azri dengan tatapan tajam karena beraninya mengganggu waktu makannya. "Kalau lo lapar ngapain?"

"Makan?" jawab Azri bingung tak mengerti dengan ucapan Uri.

"Gue lapar makanya makan," jawab Uri.

"Pergi lo dari sini," usir Uri to the point.

"Lo nggak takut gue laporin ke guru piket?" tanya Azri mengancam supaya mereka masuk kelas.

"Lo manusia, gue manusia, si guru piket juga manusia yang membedakan kita hanya jenis, umur, dan tahta. So, buat apa gue takut," jawabnya enteng.

Azri hanya diam, diam karena kehabisan kata melawan Uri yang lebih darinya. Yang Uri katakan memang benar, dia tidak akan takut jika dia tak bersalah dan dia pun juga bersalah kepada manusia. Kepada tuhan saja ia bersalah apalagi sesama manusia.

Azri duduk disebelah Queen. Mengambil mie ayam milik gadis itu lalu menyuapkan mi tersebut secara tak wajar kedalam mulutnya membuat ia ter-batuk karena tersedak dan sensasi pedas nya mi tersebut.

"Azri, pelan-pelan!" peringat Grizella memberikan minum yang ia punya.

"Makasih," ucap Azri tersenyum, yang di angguki gadis itu dengan senyuman khasnya.

"Lo kenapa?" heran Queen. Sedari tadi Queen menahan agar tidak bertanya kepada Azri masalah cowok itu dan sekarang pertanyaan itu tak bisa lagi ia tahan.

"Malas gue, setiap lawan Uri gue kalah terus." Azri mengucapkannya dengan nafas yang memburu menatap Uri yang bodoamat.

Uri yang ditatap hanya mengangkat bahu acuh tak terpengaruh dengan omongan temannya.

"Azri, maaf ya. Kita bolos ke kantin, habisnya lapar banget tadi," ujar Grizella. Nggak papa sih, sesekali.

Azri hanya mendengus kesal. "Udah terjadi juga. Parahnya gue ikut duduk bareng kalian, yang tadinya gue cuma mau patroli eh malah ke blablasan sampai gue yang jadi nongkrong."

"Wes, ketos kita bolos nih. Wah... wah... udah bisa bolos ternyata si murid tauladan, ya." Gardha cowok itu berucap seolah mengejek Azri.

Azri hanya diam, seolah tak mendengar. Cowok itu melanjutkan makan mie milik Queen yang tadi dimakannya.

Garuda melirik kearah Grizella yang memperhatikan Azri yang diam makan seperti menggerutu kecil.

"Gardha nggak boleh ngomong kayak gitu. Azri itu ketos kita dan patut kita jadikan contoh sikapnya. Tadinya Azri cuma mau ngingatin kita terus dia makan deh bareng kita. Makan mienya Queen." Grizella menjelaskan dengan senyuman menatap Azri yang dibalas dengan senyuman juga oleh cowok itu.

"APA...KURANG DIHAJAR LO HAH? Beraninya lo makan minya Queen lo ciuman ya sama cewek gue. Nggak bisa di biarin nih," emosi Lemuel menggebu mendengar ucapan Grizella yang mengatakan bahwa Azri memakan mi milik Queen.

Lemuel saja belum pernah mencium bibir Queen, biasanya cowok itu mencium pipi saja. Wajar saja ia marah bukan?

"Kamu jangan salah paham deh, Muel. Azri tadi ngambil makan aku yang belum sempat aku makan, lagian kita juga nggak pacaran kok. Sama siapa aja aku dekat ya terserah aku dong," terang Queen menenangkan Lemuel dengan mengusap-usap bahunya.

GARUDA (END) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt