37; Prison

4.5K 682 152
                                    

Sepagi ini, seharusnya ia tak berkelana dengan pikirannya. Selepas mereka tertidur sangkin lelahnya, Hyoji dihadiahi bunga tidur yang teramat memuakkan. Jadi setelah ia mengambil persediaan air di dapur, ia tak bisa memejamkan mata sebab takutnya diancam mimpi. Saat itu Jungkook juga bangun dan membuat Hyoji terlelap lagi dengan usapan di Bu punggungnya.

Perihal semalam, Hyoji hanya berusaha membuat Jeon Jungkook tidak meninggalkanya. Sebab tak ada lagi yang menjadi sandaran baginya setelah semua orang terasa layaknya singa yang tengah kelaparan, yang siap menerkamnya kapan saja.

Melihat bagaimana tubuh serta mata Jungkook yang bergetar ketakutan saat lehernya dicekik tali, juga saat lelaki itu bersimpuh, dan untuk pertama kalinya Hyoji menyaksikan ia menangis di pangkuannya. Hal yang tak ia sadari, bahwa Jeon Jungkook enggan melihatnya terluka, sama seperti ia yang merasa takut kehilangan lelaki itu.

Hyoji tak pernah mengungkapkan perasaannya secara gamblang, bahkan setelah Jungkook berkata lelaki itu mencintainya, ia tak membalas perkataan serupa. Sebab rasanya begitu berat, juga takut bila lelaki itu pergi setelah mendapat pengakuan bahwa Jeon Hyoji juga mencintai Jeon Jungkook. Ia tak yakin perasaan itu sebesar apa, tetapi ketika Jungkook membuktikan dengan merawat dirinya yang hancur berantakan, perasaan itu tak bisa diukur atau dibandingkan dengan yang lain.

Ketika lelaki itu memberinya tempat bersandar, merengkuh dan memberi segenap kasihnya, Hyoji merasa, Ah, iya, kehangatan seperti ini yang ia butuhkan, perasaan begini yang ia cari sejak dulu. Bahwa Jeon Jungkook, yang membuatnya sadar untuk berhenti menaruh perasaan pada Kim Taehyung. Bahwa sudah selayaknya ia menerima suaminya dan memperjuangkan kehidupan mereka.

Seperti kata Jungkook tadi malam, "Terkadang aku seperti orang bodoh bila mencemburui lelaki yang dekat denganmu. Terkadang juga kamu selalu berpikir macam-macam tentangku dan jadi meragukanku. Padahal kamu sadar bahwa cara berpikir manusia tak pernah sepenuhnya tepat. Kalau kamu keras mencari kebenaran dengan cara berpikir, apakah Jeon Jungkook mencintaiku? kamu hanya akan mendapat keraguan. Tetapi, Sayang, bila kamu menanyakannya pada hatimu, kamu akan tahu-" Jeon Jungkook mengeratkan pelukannya. "Aku mencintaimu. Tidak ingin kamu terluka."

Ia tak pernah melewatkan pendar tulus milik suaminya waktu berkata demikian. Saat itu pula ia menghilangkan segala asumsi buruk dan bertanya pada hatinya. "Apakah aku benar-benar mencintai lelaki ini?" Jantungnya berdetak keras dan cepat, ia lantas menenggelamkan kepalanya di ceruk leher lelakinya seraya menikmati perasaan yang menggila itu.

Aku mencintai Jeon Jungkook, tetapi tidak tahu bagaimana caranya mengungkapkan.

Menarik lagi kesadarannya, ia menatap Jeon Jungkook yang sudah rapi dengan setelan jas dan dasi yang diselampirkan di bahu-menghampirinya yang sedang menyiapkan sarapan. Hyoji refleks menyapa, "Selamat pagi, Honey."

Jeon Jungkook tersenyum, setengah ingin tertawa tak menyangka. Ia memeluknya dari belakang, mengusap perut istrinya dan membalas, "Iya, Sayang. Selamat pagi untuk si Nona Manis yang sudah membuat jantungku berdebar pagi-pagi." Ia juga menghirup aroma sabun di leher dan melanjutkan, "Wangi sekali, sih. Kamu tidak sedang memancingku lagi, kan?"

Padahal dia yang membuat jantung Hyoji serasa ingin terlepas dari tempatnya. "Kamu juga tidak sedang mencari kesempatan, kan?" Hyoji berbalik, memegang kedua pundak Jungkook dan saling beradu tatap. Lelaki itu meremat pinggulnya dan mengecup bibir Hyoji.

"Jung." Hyoji melepaskan ciuman Jungkook, menatapnya dengan raut bimbang. Ah, iya, ada kejadian tadi pagi di ruang kerja suaminya.

"Hm?"

Suaminya mencoba tak terusik, ia hendak meraih lagi bibir Hyoji tetapi terhenti ketika Hyoji berbisik, "Wine yang semalam kamu minum-"

"Kenapa?"

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Where stories live. Discover now