Chapter 9

1.8K 145 6
                                    

Yang manis-manisnya kakak , wkwkwk

Happy Reading ^^


Hanin membuka matanya perlahan. Ia menatap sekeliling, tunggu! Kenapa ia terbaring di ranjang rumah sakit?

Hanin menoleh pada tangannya yang terpasang selang infus ia benar-benar bingung sekarang, seingatnya ia tadi berdiri setelah pusingnya reda dan setelah itu Hanin tidak ingat apa-apa lagi.

"Udah sadar lo." Rere temannya tiba-tiba datang ke tempat Hanin.

"Re gue kenapa sih? Kok bisa ada disini?" tanya Hanin pada Rere.

"Elo tadi pingsan Nin. Kata Dokter lo demam, anemia, dan dehidrasi. Lo ada apa sih sampai segitunya, emang gak nyadar ya kalau lagi sakit?" sindir Rere gemas karena Hanin selalu merasa baik-baik saja walaupun kenyataannya tidak.

Hanin memegang kepalanya mencerna semua yang telah terjadi.

"Tadi suhu badan lo panas banget Nin, untungnya sekarang udah mendingan." lanjut Rere.

"Tapi kenapa gue di ruang rawat inap sih?" tanya Hanin.

"Dokter nyaranin supaya lo dirawat aja semalam ini. Katanya lo gak boleh kecapean dulu." jawab Rere.

Hanin menghembuskan napasnya. Setelah bekerja dua tahun di rumah sakit kejadian juga giliran dirinya yang di rawat.

"Gue balik lagi ya Nin, waktu istirahat udah mau abis." pamit Rere.

"Oke Re. Makasih ya." ucap Hanin dan hanya dibalas anggukan oleh Rere.

---

Bian berjalan dari ruangannya menuju ke counter farmasi. Ia berniat mengembalikan sapu tangan Hanin yang kemarin tertinggal di mobilnya.

Para perawat tersenyum ketika berpapasan dengan Bian, ia masih mengenakan jas Dokternya dan itu membuat aura tampannya bertambah berkali-kali lipat.

"Siang Dok." sapa seorang Apoteker sambil memperlihatkan senyum termanisnya.

"Siang. Hanin nya ada?" tanya Bian.

Apoteker itu tampak berpikir sesaat kenapa Bian menanyakan Hanin?

"Hanin sakit Dok, dan sekarang sedang dirawat." jawab Apoteker tersebut.

Bian mengerutkan keningnya. Hanin di rawat? Kemarin wanita itu memang kurang enak badan, tapi apa perlu sampai di rawat?

Bian pun segera menanyakan di ruangan mana Hanin berada.

Setelah mendapatkan informasi di ruangan mana Hanin di rawat, Bian pun bergegas untuk menemuinya.

"Kamu sakit?" tanya Bian tiba-tiba saat datang.

Hanin terlonjak kaget ketika mendengar suara Bian.

"Dok bisa gak sih kalau datang jangan langsung nanya. Saya kaget tahu." gerutu Hanin.

Bian duduk di kursi yang berada di samping Hanin. Di ruangan Hanin di rawat terdapat 3 pasien lainnya. Bian memandang sekilas dan ternyata para keluarga pasien yang sedang menunggu tengah menatap ke arahnya. Jelas saja Bian menjadi pusat perhatian, selain dari tampangnya yang memang tampan ia juga masih mengenakan jas kebanggaannya.

Karena tidak enak dilihat banyak orang Bian pun menutup gordyn yang memisahkan kasur Hanin dengan pasien lainnya.

"Saya gak nyangka lho efek dari nikahan mantan jadi gini." ucap Bian dengan tampang seriusnya.

"Maksud Dokter?" tanya Hanin waspada.

Hanin segera mempersiapkan telinganya supaya kebal terhadap apa yang ingin pria ini katakan.

Rencana [Telah Terbit]Where stories live. Discover now