Chapter 5

2.1K 133 9
                                    


Satu minggu kemudian...

Hanin duduk di halte depan rumah sakit, ia berniat untuk pulang naik bus saja dikarenakan motornya yang mogok. Tadi pagi bahkan dia harus naik ojol supaya datang tepat waktu ke rumah sakit.

Tin..Tin..Tin..

Kepala Hanin langsung terarah ke mobil bmw hitam yang menyalakan klaksonnya dan berhenti tepat di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepala Hanin langsung terarah ke mobil bmw hitam yang menyalakan klaksonnya dan berhenti tepat di depannya. Kaca mobil tersebut terbuka dan memperlihatkan sosok di depannya.

"Hanin! Ayo saya antar pulang." ajak Carrol kepada Hanin.

Karena tidak ingin menyebabkan kemacetan, Hanin pun langsung saja masuk ke dalam mobil.

"Tumben naik Bis Nin?" tanya Carrol sambil mulai melajukan mobilnya.

"Motor aku mogok tadi pagi. Untung masih di rumah Dok." ucap Hanin sambil terkekeh pelan.

"Shift pagi ya?" tanya Carrol.

"Iya." jawab Hanin.

"Sebenarnya ada banyak yang ingin aku tanyakan, tapi takutnya kamu malah gak nyaman nanti Nin." ujar Carrol.

"Tanyain aja Dok, gak papa kok." ucap Hanin sambil tertawa.

"Kamu ada apa dengan Bian?" tanya Carrol sukses menghentikan tawa Hanin.

"Dok, jangan salah faham ya. Saya dengan Dokter Bian gak ada apa-apa kok." jawab Hanin buru-buru. Ia gak mau jika terjadi salah faham antara dirinya dan Dokter Carrol.

"Tapi Bian kayanya udah kenal banget gitu sama kamu. Dikit-dikit yang dia omongin itu kamu." ucap Carrol sambil terkekeh pelan.

Hanin membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Dokter Bian ngomongin apa Dok?" tanya Hanin mulai was-was.

"Dia tiba-tiba sering mengumpat namamu atau menceritakan seseorang yang menurutnya begitu menyebalkan. Tapi aku tahu itu pasti kamu kan?" tanya Carrol.

"Ya ampun, kekanakan sekali Dokter Bian. Ia rupanya masih dendam dengan saya yang mengatakan bahwa dia tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi Kepala Departemen." ucap Hanin sambil memandang ke depan.

"Hahahaha itu yang saya maksud, ceritanya gimana sih sampai kamu mengatakan hal-hal itu pada Bian?" tanya Carrol sambil tertawa anggun.

Hanin memandang cara Dokter Carrol yang sedang tertawa. Dipandang dari sudut manapun Dokter Carrol begitu menarik, Hanin yakin semua pria yang bertemu dengannya akan jatuh hati. Dokter Carrol merupakan perempuan cantik, cerdas, dan dari keluarga terpandang. Jika Hanin harus saingan dengan Dokter Carrol sepertinya dia akan langsung menyerah saja.

Hanin tertawa dalam hatinya, saingan? Dalam hal apa ia bisa saingan dengan Carrol?

"Nin, kok malah ngelamun sih? Cerita dong!" pinta Carrol.

Rencana [Telah Terbit]Where stories live. Discover now