Titik Temu

11 1 0
                                    

Jika kamu pernah bilang, Masa Putih Abu-abu adalah masa hidupmu yang paling menyenangkan. Tapi bagiku tidak. Aku sudah dua tahun memakai rok abu-abuku ini. Namun, tak banyak hal yang berubah dari dalam hidupku. Justru hidupku yang abu-abu. Aku akan tertawa, bila banyak yang mengira aku sedang baik-baik saja. Memang sih, memiliki kedua orang tua yang utuh, keadaan ekonomi tercukupi, saudara yang begitu perhatian, hingga teman yang selalu mengerti. Tapi, itu semua hanya gambaran luar tentang kehidupanku.

Semilir angin menerpa wajahku. Memejamkan mata sembari merasakan kedamaian taman belakang sekolah. Saat ini, aku duduk di atas bangku warna putih. Earphone tersumpal di kedua telingaku. Mencoba menulikan keluhan-keluhan jiwaku yang meminta pulang. Aku hanya ingin sebentar saja merasa tenang. Entah berapa lama lagi aku akan pulang ke rumah, yang belum bisa pantas kusebut rumah.

"Azura! Gue cariin lo kemana-mana. Ternyata lo disini." Aku menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Angkasa berdiri setengah membungkuk sembari mengatur deruh napasnya. Mungkin dia habis lari-lari mencariku.

Aku mencabut earphone-ku. "Kenapa lari-lari?" tanyaku heran, mengapa dia sampai lari-lari jika hanya sedang mencariku. Omong-omong, Angkasa adalah teman dekatku di SMA. Dia salah satu bintang lapangan di sekolahku. Namun, bukan karena itu aku mau berteman dengan dia. Karena-

"Lo tuh ya, susah banget dikasih tahu. Ini sudah jam 5, dan lo masih saja nongski disini. Di kira sekolahan kita gak banyak penunggunya. Liat tuh udah sepi!" omel Angkasa. Aku senang dia sangat perhatian denganku. Bukan, bukan maksudku aku menyukai Angkasa. Aku jarang diberi perhatian sekecil itu oleh kedua orang tuaku. Namun, perhatian dari Angkasa yang selalu ada buat aku. Aku selalu dianggap istimewa olehnya.

"Nanggung banget, Sa. Lagian, lo kenapa ganggu saja deh. Nanti kan ada waktunya gue buat pulang," gerutuku karena sebetulnya aku tidak ingin benar-benar pulang. Ya karena, aku malas saja berada di rumah. Bertemu dengan orang-orang yang sudah tidak kukenali siapa dirinya.

Angkasa mendekat, kemudian menggeretku paksa. Menarik salah satu tanganku. Sedangkan tanganku yang satunya mengambil tas-ku dengan terburu-buru. "Sabar, Sa. Ini tas gue belum beres resletingnya," omelku yang tidak dihiraukan oleh Angkasa. Sepertinya memang Angkasa yang sulit diberitahu. Aku menampilkan wajah gondok versiku. Supaya dia merasa bersalah karena telah mengacaukan waktu me time-ku.

Keadaan parkiran cukup dibilang sepi. Hanya tinggal lima motor yang terparkir, mungkin itu sebagian penggunanya anak osis yang sedang rapat. Kami berdua menghampiri motor merah Angkasa yang terparkir paling pojok. Sesampainya disana, Angkasa meraih dua buah helm. Untukku dan dirinya. Setelah helm terpasang, kami berdua bergegas untuk meninggalkan sekolah.

Disepanjang perjalanan, Angkasa yang banyak cerita. Tentang pertandingan futsal minggu depan, nilai fisika dibawah rata-rata, Sarah dan Irlan yang berpacaran di dalam kelas, hingga guru matematika wajib yang masih terlihat muda. Aku hanya mendengarnya dari belakang. Sesekali aku tertawa karena candaan garingnya. Aku juga curhat mengenai obrolan garing di salah satu aplikasi chat dengan mantan gebetanku di SMP. Dia bilang, "Yaelah, Dia lagi dia lagi. Lo enggak kapok, diberi harapan palsu terus sama dia?" Aku memukul helm bagian belakangnya. Enak saja Angkasa berbicara seperti itu.

Sesampai di depan pagar rumahku, aku turun dan menyerahkan helm yang kukenakan tadi. "Gue langsung yak. Sudah mau maghrib, sis," ucap Angkasa. Aku mengiyakan karena memang waktunya sudah malam. Lagian di dalam pasti ada kedua orangtuaku. Aku tidak enak, jika Angkasa tahu keributan yang biasanya akan terjadi.

Setelah pamit, tangan Angkasa melambaikan ke arahku. Senyumku mengembang, Angkasa paling tahu cara menghiburku. Motornya melaju meninggalkan pekarangan rumahku. Aku menatap balik punggungnya, hingga sampai tidak terlihat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Titik TemuWhere stories live. Discover now