3 | Konser

57 13 2
                                    

Nayyan dan Jehyan memasuki kelasnya yang sudah ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nayyan dan Jehyan memasuki kelasnya yang sudah ramai. Padahal, ini masih jam setengah tujuh dan KBM dimulai tepat pukul tujuh. Tapi hampir 80% penghuni Laspaji sudah berada di kelas ini. Ada yang tengah sarapan menikmati bekal dari rumah, beberapa cowok bermain game online di pojokan dengan mulut mengeluarkan kata-kata toxic, ada yang sibuk selfie memburu cahaya matahari pagi yang mereka sebut "cahaya illahi", yang mengerjakan PR, yang baca buku, yang sibuk dengan HP. Ya beginilah keadaan Laspaji.

Urusan kedisiplinan anak-anak di sini memang patut diacungi jempol. Sudah sebulan satu kelas bersama tak pernah ada yang kesiangan.

Sepagi ini kelas juga sudah diramaikan dengan Cicha, Tara, dan Juwan yang tengah melakukan konser, membangkitkan jiwa konser Nayyan juga. Lagu "Armada-Harusnya Aku" mengalun dari mulut anak-anak tukang rusuh ini. Diiringi gebukan Juwan pada meja guru seolah-olah itu sebuah drum, dan suara beatbox yang Tara lakukan.

"HARUSNYA AKU YANG DI SANA DAMPINGIMU DAN BUKAN DIA, HARUSNYA AKU YANG KAU CINTA DAN BUKAN DIAAAAAA."

"HARUSNYA KAU TAU BAHWA CINTAKU LEBIH DARINYA, HARUSNYA YANG KAU PILIH BUKAN DIAAAAAA." Nayyan melanjutkan paling keras dan penuh penghayatan. Tanpa menyimpan tasnya lebih dulu dirinya langsung bergabung dengan ketiga temannya.

Sedangkan Jehyan hanya melengos ke tempat duduknya di belakang Siana yang terlihat fokus pada layar ponselnya. Sudah dibilang, hanya mereka berdua yang waras di kelas ini.

"Eyoo, wassap gaiss!" Lucas yang baru datang mengalihkan atensi teman-temannya. Bagaimana tak mencuri perhatian jika helmnya masih bertengger manis di atas kepala.

"Sianjir itu helm ngapain dibawa ke kelas, kampret! Masih dipake pula," tegur Tara.

Lucas nyengir. "Takut dicolong, masih baru."

"Cih, pamer," celetuk Nayyan.

"Mana ada di sekolah maling helm, njir," timpal Cicha.

"Suka-suka gue dong. Ngapa kalian ribut sih, dasar woman." Lucas berbicara santai dan berjalan menuju kursinya. "Eh lanjutin dong konsernya, sambil nunggu bel."

"Gassss."

"Pagi-pagi jangan lagu galau elahh, dangdut aja," seru salah satu murid yang duduk di pojok, Izan.

"Jangan jangan. Gue gak bisa nyanyi dangdut."

Lucas melirik sebal pada Nayyan. "Cih, gak profesional."

Nayyan memajukan bawah bibirnya, mencibir. Kemudian perhatiannya teralih pada anak-anak kelas, berdehem sebentar dan mulai membuka suara. "INGINKU BERDIRI DI SEBELAHMU MENGGENGGAM ERAT JARI-JARIMU."

"MENDENGARKAN LAGU SHEILA ON 7 SEPERTI WAKTU ITU, SAAT KAU DI SISIKU." Cicha dan Juwan kompak menyambung.

Sebelum sampai reff, Lucas berteriak, "AYO SEMUANYA, ANGKAT TANGAN DAN KELUARKAN SUARA EMAS KALIAN." Yang disambut kompak anak-anak Laspaji menyanyikan bagian reff dengan semangat.

"DAN TUNGGULAH AKU DI SANA MEMECAHKAN CELENGAN RINDUKU, BERBONCENGAN DENGANMU MENGELILINGI KOTA MENIKMATI SURYA PERLAHAN MENGHILANG, HINGGAAAA KEJAMNYA WAKTU MENARIK PAKSA KAU DARI PELUKKU, LALU KITA KEMBALI MENABUNG RASA RINDU SALING MENGIRIM DOA--"

"SAMPAI APA GAISS?" teriak Lucas.

"SAMPAI NANTI SAYANGKUUU."

Anak-anak Laspaji kompak bertepuk tangan dan tertawa-tawa nggak jelas ketika mengakhiri lagu. Ada euforia khusus yang mereka rasakan.

"Ehem." Suara dehaman itu membuat perhatian Laspaji teralih, lantas buru-buru berhenti dari kerusuhan walaupun masih berdiri di tempat masing-masing.

"Eh, Ibu," sapa Lucas, tersenyum manis pada wali kelasnya.

Bu Dewi, perempuan berusia 30-an yang menjadi wali kelas Laspaji itu menggelengkan kepala kecil dan tersenyum geli. "Kalian ini, udah kelas 12 masih kaya anak PAUD aja. Sampai nggak dengar suara bel masuk saking asiknya."

Laspaji tersenyum sedikit meringis. Untung saja wali kelas mereka adalah Bu Dewi, sosok yang lembut, penyabar, dan pengertian yang super super. Bu Dewi lantas berjalan dengan tenang menuju meja guru membuat anak-anak segera beranjak ke tempat duduknya masing-masing.

"Siap!" Jehyan memberi aba-aba kepada teman-temannya, dan dengan kompak mereka semua duduk dengan tegak. "Beri salam."

Seperti sebuah koor, suara salam lantas bergema dari mulut anak-anak Laspaji ini.

"Sebelum belajar, alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai."

Ke 26 orang di dalam ruangan itu kompak menundukkan kepalanya masing-masing. Sebuah rutinitas sebelum belajar ini selalu dilakukan dengan khidmat. Karena sebarbar dan serusuh apa pun mereka, perihal berdoa dan memberi salam bukan sesuatu yang harus dilakukan main-main.

"Selesai."

Hari Kamis diawali oleh pelajaran wali kelasnya. Pelajaran fisika. Bu Dewi mulai mengabsen satu persatu sebelum memulai pelajaran.

"Bu, saya izin ke toilet sebentar, boleh?" Lucas tiba-tiba menghampiri Bu Dewi. "Sakit perut, Bu. Gara-gara konser dengar suaranya Nayyan."

"EH?! KOK GUE?!"




"Anak PAUD", julukan kelas aku:')
Kangen deh  sama suasana sekolah huhu

Are you enjoy with this chapter? I hope you love it. Terima kasih sudah membaca❤
Jangan lupa vote+komen karena itu sangat berarti banget buat aku yg masih belajar.

Follow akunku juga ya;)

Senin, 26 Oktober 2020

©AraaFe

KLMN (ON GOING)Where stories live. Discover now