🍰 5. Minta tolong ala Yogi🍰

124 24 2
                                    

Sementara aku sibuk dengan kendali mobil, Yogi hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Kesal sih, tapi dia 'kan memang seperti itu. Lagi pula tak ada juga yang bisa kami bicarakan. Pada waktu seperti ini, jalanan padat, macet karena memang jam pulang kerja para masyarakat +62. Aku menyalakan musik BTS-DNA jadi teman dalam perjalanan. Musik yang bertempo cepat juga akan menambah semangat dari jenuhnya perjalanan.

"Nggak ada lagu lain?" Yogi buka suara.

"Ini enak kok," jawabku.

"KPop."

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa." Ia masih fokus dengan ponsel. Aku bisa melihat ia sibuk bermain game.

Kenapa sih dengan penggemar K-Pop? Ada yang salah? Apa kami berdosa? Nyebelin. Ucapan Yogi benar-benar bikin sensi. Apa bedanya coba, yang suka K-Pop sama penggemar anime atau penggemar bola? Sama-sama suka hal yang menyenangkan menurut mereka kan? Terus kenapa cuma penggemar K-Pop yang dipandang sebelah mata. Di Twitter bahkan akun pengguna ava Korea kena sindir habis-habisan. Sialan memang.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Benar-benar buruk mood-ku sekarang. Sementara Yogi malah memejamkan mata. Bagus! Jadi sopir malam ini.

Perjalanan yang seharusnya memakan waktu tiga puluh menit menjadi lebih dari yang seharusnya. Rasanya sepi dan menyebalkan. Sebab, kumatikan musik beberapa saat lalu saat Yogi tertidur.

Kami tiba, tepat di depan pagar rumah besar Tante Nindi. Aku ingin menghentikan mobil sebelum Yogi melarang aku melakukannya.

"Masuk aja," katanya masih dengan memejamkan mata.

Mobilku melaju masuk setelah pagar terbuka. Melaju ke depan rumah lalu terhenti.

"Udah sampe ya, Tuan."

Yogi membuka matanya, merapikan tas miliknya kemudian berucap, "masuk sebentar."

Aku diam, niatnya mau langsung pulang.

"Sekarang, atau saya berubah pikiran." Ia melirik menatap dengan menyebalkan.

Baiklah aku turuti maunya kali ini. Mobil tak ku parkir dengan baik. Karena katanya hanya sebentar 'kan? Yogi berjalan cepat masuk ke dalam rumah; sementara aku mengikuti dari belakang. Aku memilih berdiri di teras rumah menunggu, seraya mengedarkan pandangan ke taman yang ada di hadapanku.  Tak lama Yogi keluar lagi lalu menyerahkan sesuatu.

"Buat kamu."

"Ini apa?"

"Saya  nggak tau, mau enggak?"

Aku menerimanya, album BTS hyyh part 2. Tunggu, dia ARMY juga? Aku menatap Yogi.

"Itu punya sepupu ketinggalan. Dia balik ke Australi. Katanya, udah beli lagi daripada saya buang. Keinget tadi pas kamu setel lagu BTS di mobil."

"Buat aku?"

"Kalau mau." Ia menjawab ketus. "Kalau nggak buang aja nanti pas kamu keluar."

"Kamu ikhlas enggak sih?"

"Ikhlas." Ia lalu bersandar pada tiang.

Mau diambil tapi, yang ngasih ngeselin; enggak diambil sayang. Ateuh, bingung.

"Udah pulang sana, udah malem," usirnya.

Sumpah ya, dia itu ngeselin banget. Beda banget sama mamanya.

"Makasih albumnya, aku balik."

Belum sempat aku melangkah tangan Yogi memegang pergelangan tanganku, aku menoleh. "Kenapa?"

"Bantuin ajarin  saya bikin brownies bisa?"

Ia lalu mendekat, jarak kami sekitar tiga puluh sentimeter. Sumpah demi apapun. Yogi ganteng, manis dedek gemes lagi.

Valentines (Valentine and Sweet Brownies) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang