Empat Belas

66.4K 7.1K 1.1K
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Budayakan tekan bintang sebelum membaca, karena jejak kalian penyemangat penulis.

.
.
.
.
.
.
.
.

Bengbeng coming 💜

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yah.

Suasana di kelas seketika berbeda.

Tatapan acuh atau remeh yang dulu sering didapat oleh Gibran kini menjadi berbalik. Hanya tatapan terpukau, tak percaya, dan iri yang sekarang berkelebat.

Kedatangannya kini menjadi pusat perhatian setiap orang yang ia lewati. Mengundang berbagai pandangan dari tiap mata memandang.

Tapi satu tatapan yang ia harapkan, tak kunjung juga didapat. Orang yang ia perhatikan masih saja menunduk memandang ke bawah.

Masih menolak, untuk melihatnya.

Gibran melangkah, menggerakan kakinya untuk melaju ke tempat duduk, di belakang Barata. Yang tempatnya begitu dekat dengannya.

"Hai.. Gibran..."

"Gibran.... "

Sapaan pelan akan ragu nan centil dari beberapa siswi dikelasnya, segera membobardir telinganya.

Padahal dulu, mereka sama sekali tidak peduli pada keberadaanya. Namun sekarang, terlihat sekali mereka tengah mencari perhatian.

Gibran hanya sedikit menunduk, untuk membalas sapaan beruntut mereka. Namun cukup untuk menimbulkan pekikan girang dari para penyapa.

Dan entah kenapa, mengetahui Gibran yang tengah berjalan mendekat. Membuat Barata sedikit gugup. Sebisa mungkin Barata tidak melirik, atau menunjukan raut penasaran dan ingin tau pada penampilan baru Gibran, yang sukses membuat semuanya terpukau.

"Sayang, liat deh! Gibran jadi lain banget sekarang."

Maria menyingkut lengan Barata, agar ikut memperhatikan perubahan Gibran.

Namun Barata enggan menuruti dan hanya berdecak.

"Gitu aja heboh! Kirain, dia bakal berubah jadi ultramen ribut."

Maria terkikik.

"Ih, kamu ini!"

"Peduli amat." Ucap Barata masa bodoh.

Ia sama sekali tak ingin terusik akan apapun itu yang sedang terjadi. Namun tiba-tiba, aroma harum yang familiar menyapa indra penciumannya.

Ini.....aroma Gibran.

Perpaduan aroma pekat kopi dan harum coklat adalah ciri khas wangi tubuh dari Gibran, yang sangat Barata hafal dalam indra penciumannya. Gibran sangat senang merokok, jadi dengan aroma ini tubuhnya dapat menetralisir aroma asap yang tertinggal. Namun dengan begitu, malah menjadi daya tarik tersendiri dari dirinya. Begitu menenangkan dan menggoda dalam waktu bersamaan.

Dan kini aroma tersebut, berselubung disekitarnya. Berbagi dengan yang lain.

"Sayang, aku balik ke kelas ya. Udah mau masuk ini."

Mendongak pada Maria yang duduk di sebelahnya, Barata tersenyum.

"Iya sayang, belajar yang pinter ya."

NERD BOYWhere stories live. Discover now