Satu

142K 12.4K 1.7K
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
Budayakan tekan bintang sebelum membaca, karena jejak kalian penyemangat penulis.
.
.
.
.
.
.
.
Hello Bengbeng coming 💜
.
.
.
.
.
.
.
.

"Heh culun! Mata udah empat masih nggak bisa ngeliat, parah banget sih lo."

Sang korban yang disenggol sampai terjatuh, hanya dapat menunduk dan merapikan barang-barangnya yang tercecer.

Merasa terabaikan, sang pelaku merasa kesal.

"Oh! Berani lo ya nggak dengerin gue."

Sang pelaku penyenggolan mendekat, meraih dagu sang kutu buku dan memaksanya untuk mendongak.

"Heh! Denger nggak sih lo?"

Si kutu buku mengerjap, sepasang mata hitam kelam  yang tertutupi oleh kaca mata tebal dipertajam menatap sang pelaku. Ditelisiknya wajah sang pelaku yang begitu rupawan, yang tak disangka-sangka ada di hadapannya dalam jarak begitu dekat.

Mata besar yang dilapisi linangan bening air mata, hidung bangir yang bertengger, kulit bersih tanpa noda, dan bibir merah merekah yang mengingatkannya pada apel matang siap petik pada musim hujan. Manis, menyegarkan.

Tanpa sadar, satu tegukan ludah tak ayal ia lakukan.

"Udah?"

Si kutu buku kembali mengerjap.

"Udah mengaggumi keindahan gue?"

Salah satu teman si pelaku yang berdiri di koridor ikut menyaksikan sandiwaranya menimpali.

"Naksir kali Bar sama lo."

Teman-temannya yang lain pun langsung tertawa.

Barata- sang pelaku, memberi ekspresi jijik pada kutu buku yang masih senantiasa memandanginya. Di dorongnya wajah si kutu buku sampai hampir mendarat di lantai.

"Dasar perusak suasana!"

"Sayang~"

Seorang gadis cantik bertubuh mungil menghampiri dan langsung mengalungkan tangannya pada Barata.

"Ya ampun, nggak bosen apa njailin dia terus?" Gadis tersebut memandangi si kutu buku yang masih setia bersimpuh dilantai.

"Kalau dia nggak nyari gara-gara dulu pasti aku diem aja sayang."

"Halah, palingan kamu yang buat gara-gara. Iya kan?"

"Ya nggak dong sayang, kurang kerjaan banget aku ngelakuin itu. Mending main-main sama kamu yang cantik ini."

Dicoleknya pipi sang gadis yang langsung membuatnya bertingkah malu-malu dengan memukul-mukul pelan bahu Barata.

Kegiatan tersebut tak luput dari pengamatan sepasang mata kelam yang sedikit menyipit.

"Ngapa lo liat-liat? Nggak seneng ngeliat gue punya pacar cantik?"

Barata menatap remeh pada si kutu buku yang hanya diam tak bergeming.

"Makanya cari pacar sono!"

"Modelan kayak dia mah cewek mana yang mau?"

"Ya yang spesies jenis bentukan begini lah."

Dan suara tawa para penonton sandiwara saling bersautan.

"Dasar culun!"

"Nerd!"

"Nggak stylis sama sekali!"

"Perusak mata!"

"Masih ada ya makhluk begini, idup lagi."

Barata tersenyum puas lantaran rencana pertunjukannya berjalan semestinya, walaupun sebenarnya dia masih heran. Entah bagaimana si korban tidak pernah melakukan perlawanan bahkan dalam perundungan yang melibatkan kekerasan sekalipun.

Tapi Barata lebih peduli, melihat si kutu buku terlihat tersiksa dan pasrah.

"Sayang~ kantin yuk!"

"Rik, sikat!"

Barata mengkode pada temannya.

"Ashiap!"

Barata dan gadisnya berbalik badan, berjalan menjauh dari area pertontonan yang kini dipenuhi ledakan tawa.

Entah apa yang mereka lakukan pada si kutu buku yang malang.

.
.
.
.
.

TBC

NERD BOYWhere stories live. Discover now