Delapan

79K 8K 1.9K
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Budayakan tekan bintang sebelum membaca, karena jejak kalian penyemangat penulis.

.
.
.
.
.
.
.
.

Bengbeng coming 💜

.
.
.
.
.
.
.
.
.


Barata berusaha membuka kedua kelopak matanya, melawan rasa letih dan pegal-pegal yang masih ia rasakan.

Dilihatnya sebuah pasang mata yang tengah tertutup, dengan jarak minim yang pemiliknya sedang menciumi Barata.

Inilah penyebab tergangunya istirahat Barata.

Barata mengeluh, seraya mendorong tubuh Gibran yang sedang terbaring menindih dan asik memberi hujan kecupan.

Mengetahui Barata telah terbangun, Gibran menjadi sumringah.

"Pagi sayang. Mandi dulu yuk."

Mendengar ucapan suara berat serak milik Gibran, Barata agak kaget. Lama sekali ia tertidur.

Tak mendapat jawaban, Gibran kembali bertutur.

"Hey, sayang."

Menghiraukan sapaan hangat yang diberikan oleh Gibran. Barata berbalik, berusaha memunggunginya seraya tidak merespon.

"Kamu marah?"

Sialan!

Aku kamu katanya?

Apa maunya anak ini?

Barata semakin tidak bergeming sama sekali, dan kembali menutup matanya.

Gibran mendekat, merengkuh tubuhnya dari belakang dan mengecupi lehernya.

"Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak ngelawan. Aku pasti nggak kayak gitu."

Barata masih diam saja, menutup matanya dan berpura-pura tertidur kembali.

"Bara sayang, ayo mandi dulu."

Mengetahui kalau usahanya akan sia-sia, ia memiliki cara sendiri.

Gibran mengangkat tubuh Barata, menggendongnya, dan membawanya ke kamar mandi untuk dimandikan.

Dalam proses pemandian, Barata tetap saja diam. Tidak mau menatap, atau bahkan menjawab segala macam rayuan yang diberikan oleh Gibran ketika memandikannya.

Barata merasa marah, ia malu plus jengkel atas apa yang dilakukan Gibran terhadapnya. Jadinya ia tidak mau bersitatap dengan sang pelaku yang kini dengan sangat lembut dan perhatian tengah memandikannya. Apalagi sampai bercakap-cakap dengannya.

Di antara kejengkelannya, Barata juga merasa aneh pada perilaku Gibran yang seperti berbeda kepribadian. Lihatlah, bagaimana dengan hati-hatinya pemuda itu mengusap-usap tubuhnya sekarang. Seolah-olah takut akan menghancurkan tubuhnya, sembari bersenandung menyanyikan lagu anak-anak.

NERD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang