part 4

182 19 1
                                    

Aku lagi-lagi hanya bisa diam sambil bertopang dagu. Saat menyaksikan ketiga mahluk berjenis kelamin perempuan di hadapan ku ini sedang asyik berebut omongan.

Pada saat ini mereka bertiga tengah mendiskusikan tentang persiapan pesta pertunanganku. Hal yang sudah dapat dipastikan tanpa melibatkan aku tentu saja. Walau aku sudah mengorbankan waktu berharga ku pakai garis bawah untuk ikut duduk di sini.

Saat ini, ayah dari calon istriku tidak berada bersama kami, dikarenakan beliau sedang ada tugas di luar kota. Alhasil, aku menjadi satu-satunya mahluk berjenis kelamin lelaki yang menemani mereka di ruangan tersebut.

Tapi lihatlah, mereka bertiga malah asyik sendiri, dan sama sekali tidak menganggapku ada.

Lantas, apa gunanya gue ada di sini?

+++

Malam ini aku mendapat tugas untuk mengantarkan Lusi ke kediaman sepupunya. Setelah terlebih dulu menemani mama menuju rumah adiknya yang bernama tante Sita.

Sepeninggal mama kini hanya tersisa kami berdua di dalam mobil. Dan dapat aku duga apa yang terjadi selanjutnya. Lusi yang tadinya terlihat kalem, langsung bermetamorfosis menjadi gadis super cerewet. Wanita itu terus bercerocos tentang segala sesuatu yang sama sekali nggak ada manfaatnya. Akibatnya, kepalaku yang mulai dilanda rasa pusing ini, makin terasa berdenyut karena ocehan tidak bermutunya itu.

Karena tidak mau terus diganggu oleh suara bisingnya yang jelas-jelas sangat mengganggu. Aku lalu mengambil headset di laci dashboard. Memasangkan benda mungil tersebut pada kedua telingaku, dan mulai ikut bersenandung menyanyikan lagu yang tersambung dengan perangkat MP3.

Nah, berhasilkan. Tuh cewek lansung diam. Walau dengan mimik dan tampang yang sama sekali nggak enak dilihat

Gue sih cuek aja. Yang penting tuh cewek diem. Siapa suruh ganggu ketenangan gue.

Setengah jam kemudian kami sampai di sebuah hunian asri bergaya minimalis, dengan pagar yang tidak terlalu tinggi.

Tanpa berkata apapun, Lusi langsung turun setelah mengambil tas berukuran sedang di jok belakang.

Sebelum berangkat cewek itu sempat memberitahu aku, kalau dia akan menginap di kediaman sepupunya. Bersama dengan sepupunya yang lain. Katanya sih kegiatan rutin sebulan sekali yang mereka lakukan, untuk semakin mempererat tali persaudaraan di antara mereka bertiga. Sesuatu hal yang menurutku sangat unfaedah dan terkesan kekanakan

Aku segera melajukan mobil ku kembali setelah Lusi menghilang di balik pagar. Bersama dengan petugas keamanan yang tadi membukakan gerbang untuk nya.

Berasa kayak supir ojol gue kalo kayak gini. Bedanya gue gratis, nggak dibayar sama nggak dapet ucapan terimakasih. Justru yang gue dapetin malah tampang super cemberut, dan sedikit pelototan galak dari si empunya.

+++

"Malam pak Rendi," Sapa seorang pelayan yang baru saja membukakan pintu rumah untuk ku. Pelayan itu tampak bingung saat mendapati kehadiranku yang pulang seorang diri.

"Mama nginep," Ucap ku sambil melangkah masuk.

Aku langsung masuk ke dalam kamar, dan memutuskan untuk mandi dulu sebelum tidur.

Ah segarnya, desahku senang yang saat ini hanya mengenakan handuk. Dengan santai aku melangkah menuju walk in closed, untuk nemilih pakain apa yang akan ku pakai malam ini.

Dokter RendiWhere stories live. Discover now