"Kamu dimana?"

"Baru sampai rumah Mas." Setelah nya sambungan telepon terputus.

Aneh. Kanos merasa dirinya aneh. Ia terus teringat pada Utami, tetapi setelah menelepon tetap saja rasanya tidak puas.

Padahal, jika ia teringat Dahlina dan merindukan istrinya itu, setelah telepon sebentar ia akan merasa cukup puas, tidak penasaran lagi.

"Aku tidak boleh mengikuti perasaan ini." Ucapnya mengusap wajahnya gusar. Namun tak sampai setengah jam kemudian...

Utami baru selesai masak. Ikan goreng, sambal, lalu sayur kangkung tumis dan ada juga tempe goreng tepung. Namun saat ia mulai berniat melahap pintu rumahnya di ketuk.

"Loh Mas? Udah pulang kerja?" Tanya Utami bingung.

Kanos tak menjawab, ia hanya menatap wajah Utami lalu turun ke area dadanya, langsung tahu jika istri keduanya ini tak memakai bra.

Kebiasaan... Pikirnya.

Kanos masuk ke dalam rumah sementara Utami mengunci pintu baru setelahnya menyusul.

"Mas udah makan? Mas mau makan? Tami baru sele--" ucapan Utami terhenti kala Kanos tiba-tiba mencium bibirnya dan merapatkan tubuh mereka.

Terkejut. Utami benar-benar terkejut. Kanos ini jarang sekali bicara tapi tindakannya sangat tak terduga.

Setelah saling membalas ciuman, Kanos melepas bibir mereka. Kanos masih memeluk pinggang Utami, berusaha menetralkan jantung nya yang berdebar hebat akibat ulah tak terduga yang ia lakukan.

Utami juga sangat terkejut. Tapi ia lantas memahami posisinya sebagai istri yang tak boleh menolak keinginan suami. Lagipula ia juga merindukan kehangatan Kanos.

Utami membelai sayang kepala Kanos sambil menyugar rambut lelaki itu, dengan tatapan mata saling mengunci satu sama lainnya. Dan reaksi tak terduga Kanos membuat Utami jadi berdebar tak karuan.

Kanos menutup matanya seolah sangat menikmati sentuhan Utami.

"Kenapa kamu terus mengacaukan pikiran ku, Utami? Kenapa tak cukup hanya mendengar suaramu? Kamu membuat ku jadi lelaki brengsek." Ucapnya kesal tak mampu menahan diri.

Utami mengecup bibir Kanos lembut membuat pria itu membuka matanya menatap senyuman di wajah cantik Utami. Ya, istrinya ini sangat cantik dan manis, parasnya menggetarkan hati dan kelakuannya mendebarkan jiwa.

Kanos mengangkat tubuh Utami ke meja makan kayu di dekat mereka, mendudukkan nya di dekat makanan yang sudah disajikan Utami tapi tak menarik perhatiannya sama sekali, lalu ia mencium bibir Utami yang merah karena polesan lipstik. Warna merah yang sangat menggodanya sejak pagi.

Ciuman keduanya sarat akan gairah dan dahaga di bagian sensitif mereka masing-masing.

Setelah beberapa menit berciuman panas dan saling melumat, Kanos pun mengakhiri pemanasan mereka dengan menggendong Utami ke kamar dan membaringkan Utami di ranjang.

Kanos melepas dasi dan kemeja kerjanya demikian juga dengan celananya hingga ia polos. Utami sendiri sudah melepas dasternya, seolah tahu benar suaminya ini kelaparan.

Tanpa buang waktu Kanos segera menikmati makan siangnya yang sudah disajikan Utami di depan matanya.

---

Utami membuka matanya yang terasa berat. Ia melihat ke sekelilingnya dan sepi. Ia sendiri berbaring di ranjang dengan tubuh ditutup bedcover.

Seingat Utami, ia tadi bercinta dengan Kanos. Ia beberapa kali pipisin Kanos dan kelelahan hingga tertidur.

"Mas?" Panggilnya. Utami celingak-celinguk dan tak menemukan Kanos dimanapun. Seketika ia berkecil hati. Utami berbaring kembali dan tak terduga matanya menitikkan air. Perih sekali ulu hatinya dan perasaannya berkecamuk.

Ia merasa seperti perempuan murahan yang habis dipakai langsung buang. Utami menggigit bibirnya kuat menahan perih di hatinya.

---

"Kok wajahnya berseri sekali Pak Kanos? Makan siang plus-plus ini lagaknya..." Goda rekan kerjanya. Seorang pemuda berstatus mahasiswa yang menjalankan bisnis sebagai pemborong yang bekerja sama dengan Perusahaan kontruksi tempat Kanos bekerja sebagai arsitek.

"Makanya menikah. Kamu ini memang masih muda, tapi nggak ada salahnya nyari wanita yang tepat lah, jadikan istri, supaya kerja kerasmu nggak sia-sia."

Rekannya tertawa. "Tanggung kuliahnya dikit lagi kelar. Soal wanita udah ada sih yang di incar. Dosen cewek baru di kampus." Ucapnya.

"Wah... Bagus itu. Pepet terus jangan kasih longgar." Ucap Kanos disambut tawa rekannya tersebut.

Kanos kembali bekerja dengan wajah tersenyum. Entah kenapa rasanya bersemangat sekali. Mungkinkah karena Utami?

Dia kembali tersenyum tak jelas mengingat Utami. Entah kenapa, sekarang sudah rindu lagi. Ingin lihat wajahnya lagi. Istrinya itu mungkin masih terlelap karena kecapean bercinta. Ia bahkan tak tega membangunkannya hanya untuk pamit bekerja kembali.

Kanos mengambil ponselnya lalu memilih menu galeri. Ia tadi mengambil foto Utami saat tertidur karena kelelahan. Pose miring ditutupi bedcover dengan wajah kelewat manis. Senyum terukir di wajahnya sambil ia mengusap lembut layar ponsel tepat di wajah Utami.

"Bagaimana ini Dahlina..? Hatiku benar-benar sudah goyah sekarang... Aku mulai merindukan Utami di setiap waktuku... Bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan lelakiku, tapi karena ia membuat ku jatuh cinta. Dari awal aku sudah bilang, jangan paksa aku dan jangan memohon kepadaku, karena aku tahu, pesona Utami mampu membuat lelaki bertekuk lutut padanya."

---

Kanos pulang ke rumah Utami, sesuai jadwalnya. Malam ini ia ada undangan ke pernikahan temannya tetapi ia putuskan pulang dan mandi sebelum pergi. Tadi siang sehabis bercinta, ia tidak sempat mandi hanya bersih-bersih saja.

Kanos membuka pintu dengan kunci serep karena tadi ia mengunci Utami yang terlelap.

Sepi.

Kanos mencari wanita penuh senyuman itu namun tak tampak. Ia lalu masuk ke kamar dan mendapati Utami masih bergelung dalam bedcover. Senyuman kecil terukir di wajahnya.

"Kamu kenapa belum--- Utami? Kamu nangis?"

---

TBC

..sesuai jadwal aku UP ya.. tapi selanjutnya mungkin seminggu sekali karena kesibukan saya banyak. Besok aku UP WEDDING PLANNER.

Aku tahu kalian udah ga sabar kannnnnnnn....

Minta VOTE yang banyak gaiiiissss.... BANYAK!!!!

Perempuan Ke DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang