~2~

54 12 9
                                    

Kaki Jere turun dari dalam bus, kemudian berlari kecil menuju gedung tinggi di depan sana. Kemarin Jere dihubungi secara tiba-tiba oleh atasannya — Manajer Jang untuk segera datang ke perusahaan. Katanya Jere akan mulai bekerja lebih awal dari yang telah ditetapkan. 

Sebenarnya Jere sedikit kesal karena jadwal yang telah ia susun untuk merapikan barang ekspedisi dari Canada akan sedikit terhambat. 

Di dalam lobby Jere mengeluarkan tanda pengenal sekaligus kartu akses untuk memasuki gedung. Dia memiliki kartu yang baru sejak sebulan yang lalu, saat ia mengurus dokumen kembalinya bekerja.

"Apakah anda ingin ke lantai tiga?" Jere menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seorang laki-laki yang menepuk bahunya sekilas.

Mata Jere melirik dari atas hingga bawah menggunakan ujung matanya. Tampak normal. 

"Lantai tujuh," jawab Jere singkat. 

"Aku seorang trainee di sini. Tapi aku lupa membawa kartu akses. Bisakah aku meminta tolong?"

Aneh, bagaimana bisa seorang trainee lupa kartu akses yang setiap hari ia bawa saat datang untuk berlatih. Saat ini sangat banyak penipuan yang berkedok orang lain hanya untuk mencari informasi dalam perusahaan. 

"Tidak ada jaminan kalau kamu seorang trainee atau hanya bualanmu saja," ucap Jere sinis kemudian berjalan meninggalkan laki-laki itu. 

Jaman sekarang sulit mempercayai ucapan orang lain, bukankah wajar? Boleh saja mempercayai, tapi jangan berlebihan. Bisa saja kamu hanya dimanfaatkan. 

Hal ini perlu diantisipasi karena bisa membahayakan perusahaan. Merugikan banyak pihak bila Jere tidak berhati-hati. 

Tidak, Jere tidak akan tertipu. 

Untung saja laki-laki tadi tidak memaksa Jere untuk membantunya. Akan menjadi merepotkan bila Jere menjadi pusat perhatian di awal ia bekerja kembali. Apalagi bila terjadi keributan dan memicu perdebatan. 

Lantai tujuh tampak hening nan tenang, tidak ada interaksi yang berlebihan karena memang sedang memasuki jam kerja bukan jam istirahat lagi. Ada banyak yang sedang sibuk dengan komputer yang ada di depannya. Sedangkan beberapa lagi ada yang berjalan ke sana ke mari untuk melakukan sesuatu. 

"Masuklah ke ruang meeting, Manajer Jang menunggumu." Kalimat pertama yang diucapkan Manajer Kim, partner ia bekerja sebelumnya. 

Bukannya menyapa dan menanyakan kabar satu sama lain. Ini malah langsung diminta untuk bekerja. Membuat Jere sedikit terkejut dengan kedatangannya yang terkesan tiba-tiba. 

Jere tidak menanggapi Manajer Kim dan memilih berjalan menuju ruang meeting yang berada di ujung koridor. Namun Jere merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Ia menoleh sekilas dan mendapati Manajer Kim berjalan dengan tangan membolak-balikkan kertas.

"Kenapa Kak Hyungmin ikut?" tanya Jere sengit ketika Manajer Kim atau Kim Hyungmin ini mengikuti Jere dari belakang. Laki-laki itu berumur 30 tahun, yang mana sembilan tahun lebih tua darinya. 

"Aku akan menemanimu." Jere hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Terserah saja apa kata Manajer Kim saja. 

Ketika Jere membuka pintu ruang rapat, ia melihat Manajer Jang sudah duduk di ujung meja besar ini. Dia tampak sibuk membolak balikkan tumpukan kertas di depannya. Dia tidak menoleh bahkan sampai Manajer Kim menutup pintu sekalipun

"Duduklah dengan nyaman, aku akan berpidato jadi dengarkan," kata Manajer Jang seraya melihat kedua tangannya di atas meja setelah mengangsurkan setumpuk kertas yang dijepit jadi satu. Sekarang terlihat seperti buku laporan. 

A Song Written Easily 🎶Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora