Part 11

179 26 5
                                    

Kim Jibeom baru saja membuka restoran. Hari ini adalah gilirannya buat membuka restoran. Tengah sibuk menurunkan bangku-bangku. Ia merasa ada yang masuk ke dalam. Jibeom sekilas melihat orang tersebut lalu melanjutkan kesibukannya. Jibeom tengah membersihkan lantai restorannya, beberapa karyawan lain baru datang beberapa saja. Sebelum di buka Jibeom sendiri juga yang selalu memastikan keadaan restorannya sudah bersih.  Jadi ia tak segan buat ikut turut ambil dalam membersihkan restorannya. Meskipun ia jadi wakil manager, tapi Jibeom sendiri lebih suka jadi pelayan dan membaur dengan para pengunjung restorannya.

Saat asyik membereskan, Jibeom melihat ada seseorang yang datang ke resto dan langsung duduk saja di salah satu meja. Jiebom hanya menghela nafasnya, melihat orang itu, ia melanjutkan acara bersih-bersihnya dulu sebelum menghampirinya.

"Pagi bener Bong, kesininya. Masih tutup juga dan para pelayan baru pada datang dan masih menyiapkan bahan masakan hari ini," ucap Jibeom yang sudah beres sama aktivitasnya, lalu ikut duduk di hadapan Bong Jaehyun

"Gak papa, gue juga engga mau makan kok," jawab Jaehyun, membuat Jibeom mengernyitkan keningnya, "Beom gue mau ngobrol sesuatu sama lo," lanjut Jaehyun

"Ngomong aja kali, sok formal banget deh sama gue," jawab Jibeom ketawa garing "Ya udah mau ngobrolin apa nih?"

Bong Jaehyun yang memang sengaja datang lebih pagi ke restorannya Eunbi. Bahka ini belum buka, d an para pegawai juga belum ada yang datang. Jaehyun asal masuk aja tadi, karena ia melihat Jibeom yang datang dan masuk ke dalam.

"Suruhan gue, udah nemuin orang yang lo cari," ucap Jaehyun mengawali pembicaraan

"Oh iya, Cepet banget nemuinnya, thanks buat bantuan lo,"

"Itu sih hal kecil kalo cuma nyuruh suruhan gue buat nemuin seseorang,"

"Kapan lo balik ke Korea? Lo gak kangen nyokap bokap lo?" Ucap Jaehyun hati-hati. Bisa dilihat perubahan ekspresi Jibeom pas dia menyebutkan nyokap bokapnya. Wajah hangat dan ceria seorang Kim Jibeom seketika hilang tergantikan dengan raut wajah dingin.

"Nyokap bokap yang mana, gue gak pernah merasa punya orang tua disana, jadi buat apa gue kangen sama manusia egois yang menamakan dirinya orang tua itu" jawab Jibeom membuat Jaehyun hanya menghela nafas. Jaehyun tahu betul bagaimana hubungan orang tua dan anak yang sejak dulu sudah tidak pernah akur ini.

"Sampai kapan lo akan terus melarikan diri seperti ini, permasalahan lo sama orang tua lo gak bakal selesai kalau akan seperti terus?" Ucap Jaehyun

"Apa yang harus diselesaikan, semuanya udah selesai,"

"Tapi lo gak tau kan bagaimana menyesalnya orang tua lo,"

"Menyesal? percuma. Penyesalan mereka tidak akan membuat Jihae hidup lagi," ucap Jibeom tegas, membuat Jaehyun tak bisa berkata apa-apa lagi kalau sudah menyangkut nama Jihae. Jaehyun mengeluarkan sesuatu dari balik jas mahalnya, lalu menaruhnya di depan Jibeom. Jibeom yang melihat benda tersebut hanya mengernyitkan keningnya bingung.

"Waktu lo nyuruh gue buat pergi ke makam Jihae, gak sengaja gue berpapasan dengan nyokap lo. Nyokap lo ngira kalau lo pasti bakalan datang ke makam Jihae tepat dihari kematiannya, berharap bisa ketemu lo untuk menjelaskan semuanya," Jaehyun berhenti sejenak melihat wajah Jibeom lekat, "tapi lo gak pernah datang. Jadi dia menitipkan ini ke gue, dia minta memberikan ini, kapanpun gue bertemu dengan lo. Terserah lo mau menyimpan ini atau lo mau buang juga terserah. Yang penting gue udah menyampaikan ini," lanjutnya

Jibeom masih tidak mau menyentuh benda di hadapannya ini. Pikirannya menerawang kisah-kisah beberapa tahun lalu. Sebelum akhirnya dia tiba di kota Milan, Italia ini.

"Beom, kasih gue minum atau apa kek ini, udah seret nih tenggorokan gue ngomong mulu," ucap Jaehyun membuyarkan lamunan Jibeom

"Mampus! Suruh siapa lo ngomong terus," balas Jibeom sambil berdiri buat mengambilkan minuman buat Jaehyun

ECCEDENTESIAST || DONGCHAN || SHORT STORY || END✔Where stories live. Discover now