Part 3

172 32 0
                                    

Hari selanjutnya, Donghyun kembali berjalan-jalan. Semalam dia mendapat sebuah rekomendasi dari Jaehyun bilang kalau ada temannya yang punya restoran ternama di Milan. Donghyun bergegas pergi kesana, ia juga ingin kembali mencari seseorang kemarin yang bermain biola didepan alun-alun. Ia masih bertanya-tanya kenapa orang tersebut lari saat melihatnya. Bukan ia lari saat dia tahu namanya.

"Padahal katanya muka gue ini imut enggak serem, tapi masih ada aja yang takut sama gue?" gumam Donghyun.

Akhirnya dia sampai di depan resto sesuai alamat yang diberikan. Ia segera memasuki restoran tersebut yang ternyata sangat diluar ekspetasinya. Nuansa klasik italia sederhana menyelimuti dekorasi keseluruhan ruangan, tempat ini tidak terlalu besar layaknya restoran mewah lainnya ini, restoran ini bisa dibilang tempat yang paling pas untuk menyendiri atau menenangkan diri karena suasananya yang sangat menenangkan ditambah musik instrumental piano yang menggema dikeseluruhan ruangan. Siapa yang menyangka, luar restoran yang tampak biasa saja ternyata didalamnya sangat menakjubkan sekali. Ada satu hal lagi yang membuat Donghyun takjub, tatanan meja restoran disini tidak seperti biasanya, meja disini ditata mengelilingi salah satu panggung kecil yang ada di tengah ruangan ini.

Donghyun disambut ramah oleh salah satu pelayan yang menghampirinya, menuntun Donghyun untuk menempati salah satu kursi yang masih kosong. Entah kenapa, Donghyun merasa tidak asing saja dengan wajah sosok pelayan ini.

"Pasti anda Kim Donghyun bukan?" ucapnya membuat Donghyun mengernyit bingung, bagaimana pelayan ini bisa tahu namanya.

"Bagaimana kamu bisa tau nama saya?" Tanya Donghyun to the point

"Ah iya lupa mengenalkan diri. Saya Kim Jibeom, kita satu rumpun negeri ginseng dan sepertinya kita seumuran juga," ucapnya membuat Donghyun hanya mengangguk, pantas saja ia merasa tidak asing saja dengan wajah orang ini, ya ternyata berasal dari negeri yang sama juga "Bong Jaehyun si sultan itu temanku. Semalam dia menghubungiku kalau ada temannya yang ada di Milan ingin berkunjung kesini, jadi dia buat reservasi khusus buat kamu. Saya tau sekali perkembangan perusahan Bong itu, dan tidak menyangka kalau salah satu orang yang paling penting di perusahaan Bong itu bisa berada disini. Itu sebuah kehormatan tersendiri untuk saya," lanjut Kim Jibeom

"Jangan terlalu berlebihan, aku disini hanya menjadi tamu biasa," ucap Donghyun

"Haha, baiklah. Ini adalah menunya, kamu bisa melihatnya dulu, aku akan segera kembali lagi. Permisi" Jibeom berlalu dari hadapan Donghyun menghampiri seseorang yang baru saja datang dengan tas biola di punggungnya.

"Oh hay, Juchi. Apa hari ini jadwalmu buat tampil?" tanyanya yang tampak sangat akrab sekali, orang yang dipanggil Juchi itu tidak menyahut tapi malah menulis sesuatu dinote yang ia bawa, lalu menyerahkannya ke Jibeom. Jibeom yang menerimanya lalu membaca singkat.

"Oh dia sedang ada di ruangannya. Kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu panggil saja gue, oke" ucap Jibeom yang hanya dibalas anggukan oleh orang yang bernama Juchi itu.

Setelah makan, makanan pembuka tiba-tiba suasana dalam resto ini tampak berubah, keadaan ruangan yang tadinya begitu ramai kini berubah, sunyi. Lampu juga sedikit diredupkan hanya satu sorot lampu yang masih terang, yaitu arah panggung kecil ditengah ruangan ini. Donghyun yang tidak mengerti apa yang terjadi hanya bisa terdiam bengong.

Tiba-tiba suara gesekan biola itu terdengar keseluruhan ruangan, lagu yang pernah Donghyun dengarkan di alun-alun kini kembali terdengar diseluruh ruangan resto ini. Membuat suasana yang hening kini semakin hening tidak ada yang bersuara sedikitpun, mereka seperti terhinoptis dengan alunan merdu dari biola tersebut.

Sepanjang lagu, lagi Donghyun kembali menangis mendengarkan lagu ini, ia tahu sekali ini bukan lagu romansa seperti biasanya, tapi ini merupakan lagu yang menunjukan sebuah cerita kesedihan dan keputusasaan seseorang akan suatu hal. Membuat siapapun yang mengerti, pasti akan terasa ikut larut dalam kisah sedih dalam lagu tersebut.

Lampu utama kini telah menyala seiring dengan berakhirnya gesekan lagu tersebut, tepuk tangan meriah memecah keheningan seluruh ruangan ini. Sosok yang meainkan biola itu menatap satu persatu pengunjung yang menatap takjub dirinya. Siapa lagi kalau bukan Hong Joochan yang memainkan biolanya dan mampu menghipnotis keseluruhan pengunjung di restonya.

Ia tersenyum lalu membukukkan badannya 90 derajat, sebagai tanda terima kasih atas apresiasinya. Segera ia turun dari atas panggung tapi langkah Joochan terhenti di salah satu meja, ia menatap lama, salah satu pengunjung yang juga lekat menatapnya. Perasaan itu perlahan kembali hadir pada dirinya. Beberapa detik kemudian, Joochan memutuskan kontak mata dengan Donghyun, bergegas pergi dari hadapannya, tapi kali ini Donghyun lebih gesit, menghalangi langkah Joochan.

"Hai, tunggu dulu. Akhirnya aku menemukanmu. Masih ingat denganku kan?" ucap Donghyun, namun lagi Joochan menghiraukannya. "Hey, aku mau tanya sama kamu, apa muka aku nyeremin ya, kenapa sih setiap melihatku kamu kabur?" lanjutnya. Joochan hanya menggelengkan kepalanya

"Terus kenapa kamu kabur setiap melihatku sih, aku hanya ingin berteman denganmu," Joochan hanya menatap Donghyun, lalu pergi gitu saja, kali ini Donghyun lengah jadi ia tidak sempat menahan Joochan lagi.

"Hey Joochan-ssi, aku akan terus mengikutimu sampai kamu mau menerimaku jadi temanmu, pokoknya. Tunggu aja besok" teriak Donghyun yang sebenarnya masih terdengar jelas oleh Joochan yang hanya bisa menghela nafasnya.

~¤ECCEDENTESIAST¤~

ECCEDENTESIAST || DONGCHAN || SHORT STORY || END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang