Part 2

223 34 0
                                    

Di tempat yang lebih bercahaya, Joochan sudah kembali memainkan biolanya, di pagi cerah. Ia memainkan sedikit lagu yang sedikit bersemangat. Begitu menikmati melodi setiap gesekan biolanya. Hingga ia tak menyadari ada kakaknya juga larut dalam melodinya, dengan senyum cantik berdiri diambang pintu, menatap Joochan tengah memainkan biolanya. Ia tidak berani mengganggu sebelum permainan biola Joochan berhenti.

"Waktunya sarapan, kakak sudah menyiapkan masakan kesukaan kamu," ucap Eunbi setelah lagu yang dibawakan Joochan berhenti. Joochan hanya menjawab dengan anggukan, ia memasukan biolanya kedalam tasnya, segera menyusul kakaknya di ruang makan.

"Ada latihan di akademi hari ini?" Tanya Eunbi melihat adiknya datang dan langsung duduk di kursi hadapnnya. Joochan mengambil sebuah note kecil serta bolpoint yang selalu tersedia di atas meja makan. Sticky note ataupun buku catatan kecil harus selalu ada disetiap sudut rumah mereka. Joochan menulis sesuatu di kertas tersebut lalu menyerahkannya ke kakaknya.

"Aku akan ada latihan di opera, mungkin akan pulang telat hari ini"

Eunbi menanggapi tulisan Joochan dengan senyuman, "baiklah, tetap hati-hati ya. Kakak selalu ada di resto hari ini, jadi kalau ada apa-apa segera hubungi kakak, okey" ucap Eunbi yang dibalas anggukan lagi oleh Joochan.

***

Donghyun berdecak kesal, saat membuka data selulernya. Banyak sekali notif yang masuk ke dalam ponselnya. Setelah sampai di kota Milan, Italia kemarin baru hari ini ia kembali mengatifkannya. Lihatlah memang benar kalau temennya Jaehyun tidak menghubunginya, tapi jusru spam gak jelas dari adeknya, Dongyun. Di hari kedua berada di Milan, ia ingin jalan-jalan keluar hotel. Donghyun beranjak dari tempat tidurnya, menuju dapur. Ia ingin minum teh hangat, entah sejak tiba disini hawanya terasa dingin, padahal ini juga bukan waktunya musim dingin. Di meja dapur hotel ini ada berbagai macam brosur rekomendasi tempat wisata di kota Milan, yang harus dikunjungi. Donghyun melihat satu persatu brosur itu, hingga ia menemukan tempat yang menurutnya sangat cocok untuknya.

Selepas menghabiskan minumannya, ia segera menuju ke kamar mandi dan bersiap pergi keluar. Kali ini ia memilih pergi menggunakan Milan metro atau kereta bawah tanah, yang nantinya akan turun di stasiun Duomo. Setelah berjalan kaki melewati Galleria Vittoria Emanuele dan menuju ke taman alun-alun Piazza Della Scala, disana terdapat Patung Leonardo da Vinci. Donghyun berhenti sebentar persis di depan patung Leonardo da Vinci, ia mengamati lamat-lamat patung tersebut sebelum mengerahkan lensa kameranya kearah patung dan gedung super megah yang paling bersejarah itu.

Teatro alla Scala atau La Scala, menjadi tempat tujuan Donghyun kali ini, salah satu gedung opera yang paling terkenal di dunia dan bersejarah di kota Milan. La Scala sendiri diresmikan pada tanggal 3 Agustus 1778, di bawah nama Nuovo Regio Tetro alla Scala dengan pertunjukan pertama opera house yang bertajuk Europa Riconosciuta karya Antonio Sallieri. La Scala rutin dibuka setiap harinya, La Scala Theater yang selalu menjadi tempat yang tak pernah sepi pengunjung yang ingin menyaksikan pertunjukan teater di gedung yang paling megah, di kota Milan ini.

Lihatlah setelah Donghyun sampai di depan gedung La Scala ini, begitu banyak sekali pengunjung yang datang. Donghyun lebih memilih ke gedung museum gedungnya persis di samping gedung utama La Scala, yang antriannya tidak terlalu panjang seperti bagian teater tadi. Selain terdapat museum, La Scala juga terdapat Perpustakaan yang bernama Livia Simon Library yang terdapat buku-buku klasik dan juga terdapat kostum-kostum tradisional khas Milan.

Saat memasuki ruang Museum, Donghyun terkagum-kagum melihat benda-benda yang sangat luar biasa yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Museum yang lebih mengemukakan tentang sejarah Italy ini. Asyik melihat seisi museum, Donghyun hingga tidak sadar telah menghabiskan waktu 30 menitnya, mengelilingi keseluruhan isi museum.

Donghyun kembali keluar gedung museum, menuju ke alun-alun untuk istirahat sejenak. Ia duduk disalah satu bangku dekat pohon yang kelihatan sangat rindang itu. Seraya kembali melihat potret foto yang baru saja ia ambil. Memandangi keseliling yang tampak bangunan yang sangat megah itu. Samar-samar ia mendengar suara alunan biola yang membuat Donghyun berhenti sejenak dari aktivitasnya, seperti terhinoptis, ia terdiam mendengar alunan merdu dari gesekan biola tersebut. Tanpa sadar ia berjalan mencari sumber suara tersebut.

***

Setelah kelas akademi, Joochan tidak langsung pulang. Ia mampir sebentar di depan alun-alun Piazza Della Scala yang menjadi salah satu tempat favoritnya hanya untuk sekedar bersantai. Ia menulis not-not baru dibuku musiknya. Mencoba membuat sebuah lagu, tapi masih belum sempurna. Maka dari itu setelah kelas barusan ia ingin kembali memperbaiki lagu ciptaannya. Sebenarnya menciptakan lagu dengan gitar atau piano lebih mudah ketimbang dengan biola yang sangat sulit.

Perlahan ia menggesekan biolanya. Menciptakan serangkaian nada yang menyatu. Segala macam kenangan hidupnya lambat laut berputar dalam benaknya. Mencoba bertahan diatas segala kenangan menyakitkan yang pernah ia alami dan terus mencoba menahan segala gemuruh jiwanya agar tidak kembali goyah. Karena ia sudah lelah jika terus bersembunyi dalam ketakutannya.

Sekali lagi ia berhasil melewatinya. Nada itu berhenti dan kenangan itupula dalam sekejap menghilang. Joochan berusaha mengatur nafasnya, dan betapa terkejutnya dia saat mendengar sebuah tepuk tangan dari seseorang yang ternyata sedari tadi menyaksikan permainan biolanya. Seseorang mendekat sambil sesekali mengusap air matanya. Membuat Joochan cuma bisa terdiam menatapnya bingung.

"Wah itu lagu yang sangat keren sekali, astaga," serunya tersenyum manis membuat suasana hati Joochan berangsur membaik hanya sekali melihat senyuman orang yang yang baru saja ditemuinya. Joochan meletakan biolanya diatas bangku, lalu mengeluarkan buku notanya, menulis sesuatu disana.

"Are you Crying?" tulis Joochan lalu diberikan ke seseorang itu.

"Astaga aku tidak menangis sedih, tapi ini tangisan terharu aku mendengar permainan biola kamu," sahutnya

"Eh sebentar, kelihatannya kamu orang korea juga kan. Kenalin aku, Kim Donghyun" Donghyun mengulurkan tangannya kearahnya, tapi Joochan hanya terdiam menatap tangan itu. Entah kenapa, Joochan merasakan perasaan aneh saat mendengar namanya. Ia tidak membalas uluran itu tapi, ia segera membereskan peralatan biolanya, lalu berangsur pergi dari hadapan Donghyun.

Donghyun sontak kaget melihat, kepergian Joochan secara tiba-tiba itu. Ia mencoba mengejarnya tapi dengan cepat ia menghilang di tengah keramaian jalanan. Tanpa Donghyun sadari dia bersembunyi disalah satu gang toko yang ia lewati.

"Ck! Sial" umpat Donghyun berlalu.

~¤ECCEDENTESIAST¤~

ECCEDENTESIAST || DONGCHAN || SHORT STORY || END✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora