Bagian 01 : Sadar

397 37 4
                                    


Pria berhodie hitam abu-abu dipadukan dengan celana jeans bersiul kecil ketika berjalan masuk ke sebuah cafe langganannya. Dia menyibakkan poni rambutnya sambil menunggu giliran memesan minuman. Karena antrian yang cukup panjang, bermain gawai ia pilih tuk membunuh kebosanan.

Maniknya kemudian tertarik melirik sekitar. Lantas segera dihentikan ketika terpaku pada satu sosok. Senyum--tidak, lebih tepatnya seringai terbit di wajahnya.

Gilirannya tiba. Pria itu, Kuroo Tetsurou, segera memesan minuman favoritnya, Cappucino latte. Setelah menerima pesanan, ia berjalan mencari tempat duduk yang pas untuk menikmati minuman. Sengaja melewati sosok yang membuatnya terpaku tadi.

Tetsurou tahu, sosok itu menegang karena dirinya. Tapi ia mengambil tempat duduk di dekat sosok itu, Shinohara Naomi. Ia duduk hanya berjarak beberapa kursi darinya. Sama-sama menghadap ke arah jalan dengan pikiran masing-masing.

Dengan santainya Tetsurou menopang dagu menggunakan tangan dan menyedot minuman. Sedangkan Naomi tampak gelagapan sendiri. Gadis itu menggigit bibir, menggaruk kepala yang tak gatal, dan beberapa kali menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Anu..." ia sukses berjengit kaget. Itu suara Tetsurou. Lelaki itu bicara dengannya?, demi apa! Naomi meneguk ludahnya dan memegang dadanya yang berdegup kencang, perlahan menoleh pada sang empu.

"I-iya, ada ap-,"

"Saya boleh tahu sekarang jam berapa?" Naomi segera menghentikan ucapannya kala melihat punggung Tetsurou. Ternyata lelaki itu tidak bicara dengannya, melainkan seorang pria paruh baya yang berada di sebelah kanan Tetsurou.

Gadis itu memerah malu dan menunduk dalam. Sangat-sangat memalukan! Salahnya sendiri tidak memastikan apakah Tetsurou memang bicara padanya atau tidak karena terus menunduk.

Sementara Tetsurou segera mendapat jawaban dari pria paruh baya yang ia tanyai, "Ah, sekarang jam 9 lewat 30 menit."

"Terima kasih banyak." Tetsurou tersenyum lebar yang ditanggapi dengan ulasan senyum si pria tua.

Ia terdiam kemudian. Sebetulnya sangat-sangat ingin tertawa lepas mendengar Naomi menyahutinya. Meski gadis itu bersuara kecil, telinga Tetsurou cukup tajam untuk mampu mendengar ucapannya.

Terang saja, Tetsurou berniat mempermainkan gadis itu. Ia tahu sedari tadi gadis itu menunduk tak mau menatapnya, jadi ia memutuskan bersuara saja siapa tahu Naomi menoleh ke arahnya. Tapi ternyata kenyataan melebihi ekspektasinya, gadis itu malah bicara padanya. Jadilah sekarang ia mati-matian menahan tawa.

'Tahan Tetsurou, tahan!'

Itu batinnya, sambil menutup mulut dengan tubuh gemetar menahan tawa.

'Dia menarik sekali.'

Batinnya lagi. Maksudnya menarik dalam artian untuk dijahili.

Naomi menyukainya, Tetsurou tahu itu. Sudah cukup lama saat ia berkunjung ke cafe ia sering bertemu gadis itu. Yang mengherankan adalah dari apanya gadis itu bisa menyukainya. Mereka kenal saja tidak, pernah terlibat dalam suatu insiden juga tidak. Tetsurou awalnya yang tidak percaya disukai gadis asing mulai merasa hal itu memang benar adanya.

Ketika dia tak sengaja bersitatap beberapa detik dengan Naomi, wajah gadis itu langsung memerah dan dipalingkan. Tetsurou sampai mengedip beberapa kali, meyakinkan diri salah lihat atau tidak.

Pasalnya, gadis asing yang tidak sengaja ia lihat tiba-tiba memasang wajah bak anak puber jatuh cinta. Ingin bertanya tapi juga enggan, ia tidak tahu siapa gerangan.

Akhirnya Tetsurou memilih mengabaikannya, mungkin juga perkiraannya salah.

Namun, semakin lama, Tetsurou jadi sering mendapati gadis itu ada di cafe favoritnya di jam ia selalu berkunjung. Bukankah itu artinya gadis itu sengaja berada di sana agar bisa bertemu dengannya?

Sekali lagi, Tetsurou berusaha menampik apa yang ia pikirkan. Dipikir lagi, apa alasan gadis itu menyukai orang asing sepertinya? Apa karena wajah? Yah, walau Tetsurou percaya dia memang keren tapi tentunya tidak sampai dicintai banyak perempuan bak pria populer biasanya.

Akhirnya hari ini, Tetsurou memutuskan untuk mendekatinya saja. Dia ingin melihat bagaimana respon gadis itu padanya. Apakah akan mengajaknya berkenalan? Atau sekedar basa-basi layaknya orang asing pada umumnya seperti menyapa, "selamat pagi.", "hari ini cerah ya." Begitu.

Kenyataannya ia tidak bicara apapun, Tetsurou jadi semakin penasaran. Naomi terus menunduk tidak berani menatapnya, dari situ Tetsurou tahu gadis itu pendiam dan pemalu, maka sangat kecil kemungkinan gadis itu memberanikan diri bicara dengannya.

Tetsurou melirik gadis itu. Tengah menyeruput strawberry latte. Masih berusaha meredakan rasa malunya dan berharap penuh Tetsurou tak mendengar ucapannya tadi.

"Kau.." Walau Naomi berjengit, ia kali ini tidak akan menoleh atau berucap. Kejadian tadi masih menjadi trauma. Lagipula ia yakin Tetsurou tidak bicara padanya lagi.

"Hey,"

"Hey,"

"Hey aku bicara padamu."

Berkali-kali Tetsurou berujar agar gadis itu menoleh ke arahnya yang tengah bicara. Tapi nihil, gadis itu tetap menyeruput minuman yang sebenarnya telah habis sampai terdengar bunyi sedotan yang tak menyedot apapun.

Tetsurou berinisatif pindah tepat di sebelahnya, meletakkan minumannya dekat lengan gadis itu sampai sang empu bergidik, lalu duduk di sampingnya.

"Apa mungkin kau sebenarnya hantu? Makanya kau mengira aku bicara dengan orang lain dan berpura-pura tidak mendengarku?"

"Saya..bukan hantu." Akhirnya Naomi menyahut, Tetsurou tertegun mendengar suara lirihnya. Walau gadis itu memalingkan wajah, Tetsurou tahu semerah apa wajahnya sekarang.

Naomi menarik nafas beberapa kali, berusaha menenangkan detak jantung dan keadaan batin. Kemudian menoleh setelah tenang, walau masih sedikit malu.

 Kemudian menoleh setelah tenang, walau masih sedikit malu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"A-ada apa?"

Menunjukkan wajah yang begitu menggemaskan pada Tetsurou merupakan tindakan curang. Sejenak Tetsurou sampai terpaku pada kecantikannya. Benar, sejenak. Selanjutnya malah mengulas seringai membuat Naomi meneguk ludah.

"Kau tidak mengatakan sesuatu?"

"Iya?"

Seringai Tetsurou semakin lebar mendengarnya, "Kau tahu tapi pura-pura tidak tahu?"

Naomi kini memiringkan kepalanya polos, dia benar-benar tidak tahu apa maksudnya. Tetsurou tetap saja diam membiarkan gadis itu mengira-ngira sendiri. Sampai akhirnya Naomi mengerti, cukup memakan waktu juga yang membuat Tetsurou tahu bahwa gadis itu lemot. Wajah Naomi berganti pucat pasi diiringi kursi yang didorong menjauh.

"I-itu.., itu,"

"Ah, kau benar mengatakan sesuatu? Kau pikir tadi aku bicara denganmu?" Tetsurou kembali tersenyum menggodanya. Rasa panas langsung menjalar ke wajah dan telinga gadis itu.

"Maaf, saya minta maaf." Ucapnya memberanikan diri. Sebenarnya ingin beranjak dari tempat, tapi kakinya enggan melangkah. Karena siapa lagi kalau bukan Tetsurou?

Ini pertama kalinya Tetsurou mengajaknya bicara. Hari sebelumnya saja ia tidak pernah berpikiran bisa berbincang dengan Tetsurou, karena Naomi bukan gadis pemberani yang tidak ada angin atau hujan tiba-tiba mengajak bicara orang asing. Walaupun ia sangat menyukai orang asing tersebut.

Tapi tetap saja, kenapa awal perbincangannya dengan Tetsurou karena kejadian memalukan yang dia perbuat?

Call You MineWhere stories live. Discover now