Bagian 17 : Musuh

68 11 2
                                    


"Orang itu.., orang yang menyuruh saya.., orang yang saya inginkan berbalik mencintai saya..,"
.
.
.
.
.
.
.

"Dia.."

"Siapa?" Desak Tetsurou tak sabar.

"Anda sungguh akan melakukan apa yang Anda ucapkan?" Daripada meneruskan ucapan, Naomi memberi tegasan sebab dirinya masih ragu. Mengundang decak kesal Tetsurou.

"Yang mana? Memperkosamu? Melindungimu? Kalau tanya dua-duanya, semua benar."

Bungkam sudah Naomi dibuatnya. Pancaran manik hazel menyorot dalam menatapnya tajam.

"Dia..., ayah saya."

Sontak manik Tetsurou membulat sempurna. Jawaban itu jauh diluar ekspektasinya. Ternyata sejak tadi dia cemburu dan murka karena cinta Naomi untuk ayahnya.

"Yang benar saja..., ayahmu?" Masih menolak percaya, Tetsurou mencari sepercik kebohongan dari sorot yang Naomi tampilkan. Tetapi layaknya gadis itu tak bersandiwara.

Naomi menunduk dalam ketimbang meyakinkan Tetsurou ucapannya bukanlah kebohongan. Pria itu tak percaya ya sudah, toh dia sudah mejawab pertanyaannya. Lagipula Naomi mulai mengkhawatirkan sang ibu mengingat tentang keadaan wanita itu serta apa yang kini ia lakukan dan resikonya nanti.

"Bukan..pada saya...berikan saja perlindungan penuh pada ibu. Kalau saya tidak kembali dalam waktu cukup lama, saya khawatir ibu terancam," Berhenti sejenak, Naomi menarik nafas sebelum kemudian menunjukkan kebulatan tekadnya dari sorot mata. "Bersumpahlah memberi perlindungan penuh pada ibu dan saya akan beritahu semua hal yang Anda inginkan."

Sesungguhnya Naomi takut Tetsurou tidak menepati ucapan. Namun ia memilih bertaruh pada pria itu dan siap menanggung masalah bagaimanapun peliknya nanti.

"Tidak mau."

"Heh??"

"Temanmu, keluarga, ibu, dan entah siapapun yang menurutmu penting, tidak lebih penting dari dirimu sendiri. Aku menawarkan kesepakatan padamu, bukan pada ibumu. Aku bilang akan memberimu perlindungan penuh, sampai akhir harus tetap begitu."

"Tapi-- Tapi keadaan ibu jauh lebih berbahaya!"

"Aku tidak peduli. Ibumu mau mati, sekarat, diincar pembunuh, yang berurusan denganku bukan dia. Aku bilang memberimu perlindungan, berarti keselamatanmu tanggung jawabku. Bukan orang lain, dan tidak bisa digantikan oleh orang lain."

Naomi mendengus. Lalu berkata, "Apa susahnya melakukan itu? Tidak ada bedanya juga. Yang harus Anda lindungi tetap satu orang, bukannya bertambah satu orang."

"Tidak bisa. Aku diuntungkan, kau juga harus diuntungkan, itulah yang namanya kesepakatan."

"Saya tetap akan diuntungkan kalau Anda menjaga ibu saya."

"Lalu kalau kau mati..?" Naomi merapatkan bibir, terbungkam menatap manik hazel yang menyiratkan tak mau mendapat bantahan. Dengus pelan terlontar dari bibir Tetsurou kemudian. "Kalau ingin menyelamatkan ibumu, selamatkan sendiri. Terserah kau mau melakukan apa, aku yang akan melindungi setiap pergerakanmu dari bahaya."

"Anda tidak keberatan seperti itu?"

"Itu memang merepotkan tapi, ya, itu lebih baik daripada aku melindungi ibumu."

Yang sebenarnya, Tetsurou tidak mau Naomi dalam bahaya. Semua yang dia ucapkan hanya alasan agar Naomi tetap berada dalam perlindungannya. Bukan orang yang Naomi sayangi yang harus dia lindungi, karena Tetsurou satu mili persen pun tak peduli dan persetan dengan orang tersebut. Ibu Naomi dalam bahaya, tidak akan membuatnya panik walau Naomi tentu bisa saja bertindak gegabah menyelamatkannya. Namun jika ibu gadis itu membuat Naomi melakukan tindakan ceroboh dan bahaya, Tetsurou siap menyeretnya keluar dari bahaya itu. Daripada harus melihat ibu Naomi selamat, dia lebih ingin Naomi tidak terbunuh.

Call You MineWhere stories live. Discover now