Bagian 15 : Apa Maunya?

85 14 4
                                    


Suara keras timbul dari arah luar kamar yang Naomi tempati--tepatnya, kamar milik Tetsurou. Gadis remaja itu mengernyit sekaligus merasakan ketegangan dalam dirinya bertambah.

Jelas suara itu Tetsurou yang membuatnya. Dia mulai berspekulasi hal mengerikan yang menjadi penyebab pria itu naik darah. Apalagi tak butuh waktu lama, langkah kaki terdengar mendekati pintu kamar.

Bulir-bulir keringat bercucuran membasahi dahi Naomi, jantungnya sejak tadi terus berpacu cepat tak dibiarkan berdetak normal. Benar apa yang dia takutkan. Tetsurou kembali menghampirinya memperlihatkan raut amarah terpendam.

"Toilet, lepaskan saya dan biarkan saya ke toilet."

"Alasan klise untuk melarikan diri."

Naomi mengetatkan rahang, setia menatap manik hazel tanpa mengalihkan pandang. Itu bukanlah tipuan, dia benar-benar ingin ke toilet sekarang. Apa orang ini sungguh berpikir aku bisa melarikan diri dalam keadaan seperti ini? Pikirnya setengah menggerutu.

"Tapi aku tahu kau tidak bermaksud menipuku. Aku juga tahu kau tidak bisa melarikan diri karena kondisi kakimu." Sang informan duduk di pinggir ranjang dengan tangan menyentuh kaki Naomi yang diperban, memberi sentuhan sensual.

"Lalu untuk apa Anda mengira saya hanya beralasan? Apa Anda merasa kurang jika tidak mempermainkan saya lebih dulu?!"

"Kau bisa anggap begitu." Tetsurou mendekatkan wajahnya pada wajah Naomi. Sejak tadi, pria itu belum menunjukkan senyum seperti dia sebelumnya yang seolah terlahir selalu menaikkan sudut bibir ke atas. Itu sedikit membuat Naomi penasaran. Tapi dia langsung tegang kala berpikir bahwa Tetsurou tak lagi bercanda dan sok ramah, karena siap mengirimnya ke alam baka.

Gadis itu mengatup rapat bibir agar Tetsurou tak melihat gemetar dan gemelatuk antara giginya. Namun dalam keheningan, bibirnya masih menciptakan pergerakan yang tak luput dari manik hazel.

Informan tampan menggerakkan tangan disambut kerjap takut Naomi. Gadis cantik itu lantas membuka mata menampakkan raut terkejut saat merasakan kedua tangannya terbebas dari tali.

Yang mengejutkan belum selesai di situ, karena ketika Naomi bengong, Tetsurou menyentaknya dengan kedua tangan menyelip di bawah tubuh Naomi lalu mengangkatnya. Menggendong gaya bridal.

"Ap--apa yang Anda lakukan?!!" Dia menjadi marah sekaligus heran.

"Kau mau ke toilet 'kan?"

"Saya bisa sen--" Naomi menghentikan ucapan ketika melihat kondisi kakinya. "Walaupun begitu Anda tidak perlu melakukan ini." Tetsurou berhenti dari langkahnya menuju kursi roda, menatap Naomi. Padahal gadis itu sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Tetsurou, tapi masih bisa bilang Tetsurou tidak perlu melakukan 'ini'.

"Mau kujatuhkan?"

Tubuh Naomi bergidik disusul kedua tangannya yang semakin mengeratkan pegangan pada Tetsurou. Gadis itu kemudian tersadar hal gila apa yang dilakukan. Tapi dia mengaku tidak berani melepas tangannya lantaran takut dijatuhkan.

Dalam diam Tetsurou meletakkannya di kursi roda. Mata onyx tak bisa lepas dari tindakan informan tersebut. Bahkan ketika empunya membenahi baju yang sedikit tersingkap, Naomi pikir pria itu hendak mengeluarkan pistol dan menembaknya mati.

"Baiklah. Toilet ada di sebelah sana." Tetsurou menunjuk sebuah pintu tertutup yang ada di dalam kamarnya. Memilih menuntun Naomi ke tempat tujuan yang paling dekat daripada ke toilet di luar kamar. "Kau bisa dorong sendiri kursi rodanya 'kan?"

Lirikan tajam menjadi balasan untuk Tetsurou. Naomi merasa ucapan itu merendahkan dirinya. Ia segera mendorong roda menggunakan dua tangan meski sedikit mendesis perih karena luka di sana. Sementara sang informan hanya diam tanpa ekspresi melihat itu.

Call You MineWhere stories live. Discover now