Seumur - umur, aku hanya pernah dua kali berpacaran. Pertama saat semester tiga kuliah, yang hanya berjalan selama satu tahun. Kedua saat aku baru lulus kuliah, yang malah hanya enam bulan saja. Entah, lagipula itu semua terasa hambar.

Aku tidak merasakan cinta seperti layaknya di novel - novel, yang membuat seseorang merasakan hati yang berbunga - bunga.

Seringkali aku meringis. Apa karena aku memang tidak cantik? Hampir tidak pernah aku mendengar orang mengatakan seperti itu, bahkan di umurku yang sudah ke-25. Sepertinya image yang melekat padaku adalah smart, kreatif, bertanggung jawab, dan sebagainya... Terdengar lebih seperti kriteria seorang rekan bisnis daripada pacar, bukan?

Aku pernah mendengar kalau laki - laki justru lebih memilih perempuan yang tidak terlalu pintar. Karena para lelaki ingin menguasai dan mengapalai rumah tangga. Terkadang aku menyesal dilahirkan seperti ini.

Sedikit berbanding terbalik dengan dulu saat sekolah, justru sekarang temanku sangatlah banyak baik perempuan maupun laki - laki. Dulu aku bermimpi untuk memiliki banyak teman supaya bisa mendapatkan karier yang baik dan jodoh. Tetapi ternyata aku hanya mendapatkan salah satunya.

Orang tuaku sendiri sudah sering memaksa. Untuk aku membawa laki - laki dan memperkenalkannya kepada mereka. Tetapi mau bagaimana lagi kalau takdir belum mempertemukanku dengan sosok itu?

Dengan iseng aku mengecek handphoneku. Sekedar membuka social media ataupun games yang mungkin bisa menghapus rasa suntukku.

Lalu kemudian, sebuah email menarik perhatianku.

Dear pumpkin,

Oh, it's been a while! :) I just wanna say, I'm going to Jakarta next Wednesday. Wanna pick me up on 5 p.m.?

P.S. I miss youuuu! x

Love,
Andrew

Ya ampun! Mendadak jantungku berdegub begitu kencang, saking senangnya. Aku begitu rindu dengannya, dan Tuhan seolah langsung memberiku jawaban. Sudah setahun kami benar - benar lost contact, dan sekarang ia akan kembali ke sini! Sambil tersenyum sendiri, aku mengetik jawaban.

Sure! I'll arrange my schedule :)

P.S. Miss you more! x

Love,
Your pumpkin

***

Aku menatap jam tanganku. Pukul lima kurang sepuluh menit.

Tadi saking antusiasnya, aku mengosongkan jadwal bahkan sejak pukul satu siang. Supaya aku bisa bersiap - siap dan berdandan dengan rapi.

Sudah lewat tujuh tahun, bagaimana ya ia sekarang? Masih tetap kekanakan, kah? Masih cerewet, kah? Aku terkikik kecil membayangkan ia yang langsung menubrukku nanti begitu kami bertemu. Lalu berbicara tiada henti di sepanjang perjalanan dengan aku yang sesekali menimpal, sama seperti masa - masa dulu.

Turun dari mobil, senyumku bahkan merekah lebih lebar lagi. Aku tidak tahu mengapa aku begitu bahagia. Rasanya menginjak kaki di sini dan hanya dalam beberapa puluh langkah lagi, aku akan bertemu dengannya dan melepas rindu sangat membuatku senang.

“......kin.”

Sekilas aku mendengar panggilan yang tidak asing. Aku mendongak untuk mencari - cari namun semua hanyalah orang asing yang tidak kukenal. Kemudian aku memutuskan kalau itu hanyalah halusinasi saja.

“Permisi.”

Jantungku nyaris saja copot karena ada sebuah tangan yang menyentuh pundakku. Aku terlalu konsentrasi dengan Andrew, sampai - sampai semua gerakan membuatku sensitif.

Our Love JourneyWhere stories live. Discover now