Perubahan Yang Absurd

2.7K 227 25
                                    

Happy reading!

Tap

Tap

Tap

'Apa sih yang sedang terjadi disini? Semuanya tak masuk akal sama sekali. Aku bebas dari penjara? Setelah akan di eksekusi? Benar-benar lelucon'

Saat ini itulah yang sedari tadi dipikirkan Athanasia.

Gadis itu benar-benar dalam keadaan linglung. Ia berjalan dengan kepala menunduk  karena saking bingungnya dengan situasi yang dihadapi.

Saat ini ia dan kesatria yang menjemputnya tadi sedang dalam perjalanan menuju ruang kerja Sang Raja, banyak para maid dan kesatria yang berpapasan atau tak sengaja saling menatap menunduk hormat padanya.

'Huh, padahal mereka tak pernah seperti ini dulu. Apa karena aku dibebaskan, makanya sikap mereka? Kalo ia, mereka benar-benar munafik.'

"Kita sudah sampai tuan putri."

Mendengar suara sang kesatria membuat Athanasia sedikit berjingat dan kembali dari alam pikirannya.

Berdehem, "Ah terimakasih sudah mengantar."
Athanasia pun memberikam senyuman sopan padanya.

Ia melihat ada dua penjaga yang menjaga pintu istana Garnet.

Jujur saja, ini adalah pertama kalinya ia kemari, sejak setahun yang lalu sang ayah mengusirnya secara kasar dan memberi perintah agar ia tidak pernah datang lagi kemari.

'Aku tak percaya, aku menginjakkan kakiku disini lagi atas perintahnya. Rasanya seperti dia menjilat ludahnya sendiri.' pikirnya sinis.

"Tuan putri, Baginda sudah menunggu. Silahkan." ucap kesatria penjaga, bersamaan dengan ia mendorong pintu terbuka.

KRIETTTT

Athanasia hanya mengangguk dan masuk kedalam. Terlihat sosok pria berambut pirang duduk di kursi kerjanya dan sibuk menulis, dan sesosok pria berambut merah -Felix Rovein- kesatria sekaligus tangan kanan sang raja berdiri dibelakang Claude seraya tersenyum ramah saat melihat dirinya masuk.

"Selamat pagi tuan putri."

Mendengar suara Felix, Claude pun mendongakkan kepala dan melihat Athanasia hanya berdiri mematung didepan pintu ruang kerjanya.

"Ah sudah datang ya? Duduklah." Claude berdiri dan berjalan menuju sofa dan meja yang kini berisi berbagai manisan diatasnya.

"..."

Claude yang melihat Athanasia tak bergerak sama sekali, lantas membuka suaranya kembali. "Ada apa? Kau tak lelah berdiri terus seperti itu? "

"Ah, maafkan saya Baginda." Athanasia menunduk takut.

"Keturunan kaisar Obelia anti menundukkan kepalanya. Tak peduli siapa yang dia hadapi. Angkat kepalamu. Dan panggil aku ayah."

"..."

'Gila! Apa yang salah sih sebenarnya? Dari tadi terjadi berbagai serangkaian absurd yang membuatku kehilangan kata-kata.' Athanasia kini tengah berpikir keras. Ia bingung. Sungguh, pria didepannya ini seperti memiliki sirkuit otak yang rusak.

'Apa dia lupa ingatan kalo menyuruhku untuk tak lagi memanggilnya ayah? Bahkan jika kau kaisar pun, kau tak boleh seenaknya begini!' pikirnya kesal.

"Ma-maafkan saya Baginda, tapi sepertinya tidak sopan jika seorang tahanan seperti sa-saya memanggil anda selancang itu."

Mendengar ucapan Athanasia, sontak dua pria disana tersentak. Raut wajah mereka berubah, Claude dengan wajah menahan amarah, serta Felix yang kini hanya bisa menatap miris sang putri.

Un Autre FuturWhere stories live. Discover now