10 ; ANOTHER BLACK HAIR

14.9K 4.6K 1.9K
                                    

"Sampai kapan kita harus jalan?" Keluh Jaeho, badannya banjir keringat tapi Sunghoon melarang siapapun menggunakan kekuatan esnya.

Andaikan boleh, pasti udara jadi sejuk dan mereka tidak akan kelelahan begini.

"Sampai kamu mati di tangan saya," jawab Sunghoon datar, sampai tidak bisa dibedakan antara bercanda atau sungguhan.

"Hah, aku kangen Niki!" Erang Jaeho meluapkan uneg-unegnya.

Youngbin geleng-geleng kepala seraya menurunkan Jungwon dari punggungnya. Iya, sejak di Ice tadi Youngbin terus menggendong Jungwon, tidak bergantian pada siapapun.

"Makasih banyak, kak," ucap Jungwon disertai senyuman manisnya, membuat lesungnya terlihat lucu.

"Sama-sama, kalau capek bilang ya, nanti kugendong lagi," celetuk Youngbin seraya mengusak surai alice blue pemuda yang lebih muda darinya itu.

Geonu gemas sendiri melihat interaksi keduanya. "Kalian berdua lucu banget sih, aku sempet lupa kalau kita lagi jalanin misi."

"Hehe, lupain aja soal misi, kak," kata Jungwon. "Kita santai aja, mati pun gak masalah. Kak Sunghoon juga yang bakal rugi kalau kita dibunuh sama dia, betul kan, Kak Euijoo?"

Euijoo reflek menahan tawa, lalu mengangguk. "Iya, tapi jangan berlebihan ngomongnya. Nanti Sunghoon marah dibunuh beneran, haha."

Jungwon, Youngbin, dan Geonu ikut tertawa. Jaeho mendelik, mereka berani menertawakan orang yang saat ini melirik mereka dengan tajam. Apa mereka benar-benar tidak takut? Hiih, Jaeho sih belum mau mati, bertemu jodoh saja belum.

"Dasar orang-orang aneh," gumam Sunghoon. Tawa mereka terdengar menyebalkan di telinganya, sungguh.

Tapi, suasana berubah sedikit lebih hidup dan ceria dibanding sebelumnya. Dan entah kenapa, Sunghoon sedikit lega dan senang melihat mereka tertawa lepas seperti itu.

Apa dia harus bersikap sedikit lebih bersahabat agar mereka bisa tersenyum?





























































"Aw!"

"Kak Heeseung, kamu gak apa-apa, kan?!"

Jake segera membantu Heeseung berdiri dari jatuhnya, supaya orang-orang tidak berlama-lama memusatkan perhatian pada mereka.

Orang yang menabrak Heeseung barusan pun segera berdiri, lalu membungkukkan badannya berkali-kali seraya melontarkan kata maaf.

"Maaf kak, aku gak lihat kalau ada orang di depan."

Heeseung meringis. "Shh, gak apa-apa kok. Lain kali hati-hati, ya."

Orang itu mengangguk, tapi dari raut wajahnya dia terlihat merasa bersalah.

"Kamu dari Ice?" Tanya Jake tiba-tiba, orang itu membulatkan kedua matanya.

"Ehh? Aku baru sadar kamu juga dari Ice, kak. Dan ya, aku dari Ice. Lebih tepatnya, aku ada disini karena dibawa paksa sama orang," jawab orang itu.

"Dibawa paksa?"

"Iya, aku gak bisa pulang karena gak tau jalan. Untungnya ada yang berbaik hati kasih aku tempat tinggal dan pekerjaan."

"Dibawa sama siapa?" Tanya Heeseung ikut bertanya.

"Sama yang namanya... ah gak mau kasih tau, nanti aku dibunuh!" Seru orang itu mendadak panik.

"Oh, ya udah," balas Jake cuek. "Kita mau pergi, duluan ya."

"M-mau kemana?"

"Kamu gak boleh ikut, bahaya," larang Heeseung.

IERE | I-LAND ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora