Day 10

13 5 1
                                    

Kalopsia

I don't know if delusion is more beautiful than reality

Day 10 || TENTANG Hujan

The Last day:"

|| 777 words ||

ヾ(*'▽'*) Happy reading (^0^)ノ

.
.

( ・∀・)・・・--------☆

Malam itu sempurna hujan turun. Kembali membasahi bumi Yogyakarta. Orang-orang yang semula menggelar terpal yang dijadikan wadah dagangan segera menutup gerainya.

Pelancong-pelancong juga sibuk berteduh atau mengembangkan payungnya. Atau malah penduduk yang mulai beranjak tidur, mengingat malam mulai larut.

Arba masih ada di asrama Zizi malam itu. Berbincang ringan dengan Pamong asrama. Sementara Isa dan Johan masih sibuk belajar atau bermain bersama santri-santri yang begadang.

Bahkan Irbah menasehati agar anak-anak menghormati orang tua mereka. Membuat Isa agak termenung sejenak dengan apa yang dia lakukan.

Arba menceritakan apa yang terjadi padanya seharian ini pada Arma dan Hima, setidaknya dia bisa meluapkannya pada seseorang. Tidak menahannya sendiri.

Aroma hujan menaungi percakapan mereka. Menambah syahdu suasananya.

"Kamu mungkin perlu tempat untuk menenangkan sendiri sejenak, nak." Arma menepuk bahu Arba pelan. Hima-istrinya-mengangguk. "Apa kamu memiliki keluarga? Sanak saudara?" Hima bertanya.

Arba menggeleng. Hanya istrinya yang dia punya sebelum semua berakhir. Arma bergumam pelan.

"Kamu tahu, aku ada rumah di Surakarta, itu dulu rumah lamaku, ada didekat pondok pesantren. Mungkin kamu bisa kesana, kamu bisa menenangkan dirimu. Bersama anak-anak pondok." Arma menyarankan.

Arba menatap sepasang kekasih itu lamat-lamat. Sementara satu anaknya sibuk menjilati es krim di tangannya, duduk kalem di tempat.

"Zizi bisa memesankan tiketnya, dia memegang penuh sistem tiket di seluruh maskapai." Tutur Hima menjelaskan. Warisan Zizi dari orang tuanya memang sangat besar.

"Minuman datang." Zizi datang membawa tiga gelas berisi air putih hangat dan satu gelas susu. Dia lalu ikut duduk di kursi. Mencoba menyimak sambil menatap ponselnya sejenak. Ada pesan dari Ape. Aku sudah sampai, terimakasih banyak.

Hima tersenyum.

"Zizi juga bisa menemanimu di sana, Arba." Hima menambahkan. Zizi tersedak kaget-tatapannya terlepas dari ponselnya. Menemani apa? Arma tertawa pelan.

"Kuharap kamu mau menemani Arba ke Surakarta, Zizi, bukankah itu dulu tempat ibumu bekerja? Akan kuurus soal cutimu sebagai ustadzah, kamu juga bisa bebas dari santri-santri." Arma menawarkan.

Zizi menelan ludah. Teringat kejadian itu. Saat gerombolan massa itu membakar pondok tempat ibunya bekerja sebagai ustadzah. Sebelum Abi Arma mengadopsinya, menyekolahkannya di sini, dan menjadi ustadzah di sini.

"Kalau merepotkan, ustadzah tak perlu repot-repot." Arba tersenyum kikuk. Zizi menatap Arba lamat-lamat.

"Hei, kuharap kamu tidak macam-macam jika aku mengantarkanmu." Zizi tersenyum. Arma tertawa pelan. Hima di sebelahnya menghela napas lega.

"Kak Arba, jangan lupa mengundang kami di acara pernikahan kakak dengan ustadzah Zizi!" Irbah berseru kencang diikuti seruan santri lain. Sebelum akhirnya Zizi menjitak kepala mereka satu persatu. Tapi asal kalian tahu, ada rona merah di pipi Arba dan Zizi.

Sementara hujan masih mengguyur menjadi saksi bisu kejadian itu.

***

Emma masih di geladak kapal sampai matahari sudah sepenggalah. Kakaknya sudah pergi duluan hendak sarapan di dapur. Berbincang ringan dengan chefnya. Emma menatap ponselnya lamat-lamat, dia ingin sekali menelpon Ape, tapi dia sendiri tak tahu nomornya.

Nada panggilan tiba-tiba muncul. Nomor tak dikenal. Profilnya pun hanya putih kosong. Emma cepat-cepat mengangkatnya. Berharap orang ini adalah Ape.

"Pizza porsi besar siap di kirim, kakak." Orang di seberang telepon itu berseru. Emma menggeram gemas. Jelas-jelas itu suara Ape, khas sekali. Emma mengusap matanya sejenak.

"Lama sekali!" Emma berseru kalut. Ape tertawa di sana.

"Hei, jangan menangis, kamu tahu, polisi itu ingin menangkapku karena mereka nge-fans sama aku." Ape berseru apa adanya.
Emma tersenyum.

"Lagi dimana?" Emma mengganti topik.

"Mau tahu sesuatu nggak?" Ape malah ganti bertanya. Tak menjawab pertanyaan Emma barusan.

"Mau."

"Hujan di Jogja ini, membuat suaramu seperti kehangatan yang menyelimutiku."



Thanks for reading
ヽ(>∀<☆)ノ

Terimakasih sudah mau membaca semua cerpen saya

Semoga bisa nyambung ya

Akhir kata maaf dari saya

Jika kalian suka jan lupa vote ya

yah sajaknya lumayan:"

Hope u like it \(^ヮ^)/

The Last day ' ')/
Makasih yang udah setia baca cerpen saya:)

#Challenge10daywriteAR
#AR_Rainbow
#SiapMenulisSiapBerkarya
#Day10
#TentangHujan

AR_Rainbow

(ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧

Kalopsia: 10 day writing challenge AR Rainbow Where stories live. Discover now