Day 5

17 6 1
                                    

Kalopsia

I don't know if delusion is more beautiful than reality

Day 5 || Jarak

|| 548 words ||

ヾ(*'▽'*) Happy reading (^0^)ノ

.
.

( ・∀・)・・・--------☆

Saat matahari tengah terbang sepenggalah. Menyapa awan-awan yang juga tengah bermain. Memandangi hiruk pikuk lautan manusia macam semut-semut kelaparan.

Atau pelancong-pelancong yang sibuk berfoto di tempat yang orang kenal titik nol Malioboro. Delman-delman juga sudah terparkir rapi, menunggu pelanggan menghampiri mereka.

Zizi memainkan ponselnya sembari memangkul ransel ringannya. Tak peduli desakan orang-orang yang ikut menunggu TransJogja merapat. Matanya sibuk bermain di dunianya sendiri.

"Ahmad Dahlan, PKU..." Penjaga halte berseru keras-keras. Mata Zizi segera lepas dari layar ponselnya. Sejenak menatap sebagian orang juga bersiap naik TransJogja. Zizi menghembuskan napas sebal. Ramai sekali yang mau masuk.

Zizi cepat-cepat melenting dari halte masuk ke dalam TransJogja. Melompat kecil sembari berdesakan. Biasa, jam pulang kerja selalu saja begini. Seharusnya dia pulang lebih awal atau seharusnya dia jalan kaki saja, tapi tenaganya terlampau kecil untuk berjalan kaki.

Tangannya menggenggam logam dingin lingkaran yang tersedia. Berdiri berdesakan. Kembali fokus pada layar ponselnya.

***

Seseorang lelaki menangkap dompet merah muda itu. Menatap kerumunan orang belomba masuk ke dalam TransJogja. Dia menelan salivanya. Siapa pemilik dompet ini?

Matanya jeli menangkap pola yang sama pada ransel seseorang. Sama-sama warna merah muda seperti dompet yang dia bawa, dengan resleting terbuka tanpa ada orang yang peduli padanya. Lelaki itu berseru hendak menghentikannya. Tapi pintu TransJogja lebih dulu tertutup sebelum suara lelaki itu keluar.

Dia cepat-cepat keluar halte TransJogja. Mencegat siapapun yang mau mengantarkannya. Mata lelaki itu masih terpaku pada TransJogja yang sudah mulai berbelok di kelokan. Menuju halte selanjutnya yang tak jauh dari situ.

Seseorang berbaik hati memberi tumpangan pada lelaki itu-iba dengannya. Lelaki itu berterimaksih banyak-banyak pada ibu setengah baya yang memberinya tumpangan.

"Halte di sebelah Suronatan, buk." Ujar lelaki itu cepat-cepat sembari melenting duduk di boncengan. Memasang helm yang diberikan ibu itu. Ibu itu mengangguk.

"Untungnya searah, nak. Pegangan." Ibu itu bersiap. Menghidupkan motornya.

Lelaki itu tersentak pelan. Mengurungkan prasangka buruknya kalau ibu ini akan menjalankan motornya dengan lamban. Layaknya pembalap profesional beliau menyetir. 70 km/jam. Cepat sekali.

Hingga tak terasa mereka berdua, sudah sejajar dengan TransJogja yang akan merapat. Lelaki itu tertawa pelan, berharap seseorang beransel merah muda itu benar-benar akan turun di halte Suronatan. Kalau memang tidak, setidaknya dia bisa menghentikan TransJogja itu di halte.

***

Zizi segera keluar halte cepat-cepat. Berharap gerbang asrama belum ditutup. Dia lupa membawa kunci. Berjalan cepat menuju Gang Suronatan itu.

"Hey," seseorang menghentikan langkahnya. Zizi berseru tertahan. Menatap sosok lelaki di hadapannya. "Ini milikmu, bukan?"

Zizi menelan ludah. Sejak kapan?

***

Eits, ini bukan tentang Dompet jatuh.

Kita ulang.

Zizi berangkat naik TransJogja menuju halte Suronatan. Berangkat dengan kecepatan normal.

Lelaki itu menyusul lima menit kemudian. Dengan kecepatan 70 km/jam.

Lalu mereka dapat bertemu di TransJogja bersamaan.

Jadi, berapakah jarak antara Halte sebelumnya hingga Halte Suronatan?

Ini pertanyaan matematika seputar Jarak. Jangan kalian kira ini cerpen romance. Bukan.



Thanks for reading
ヽ(>∀<☆)ノ

Terimakasih sudah mau membaca soal cerita matematika

Kisah Zizi yang raib dompetnya

Yang untung ada lelaki siap tanggap dengannya

yah sajaknya agak aneh ya:"

Hope u like it \(^ヮ^)/

Sampai jumpa besok ' ')/
Krisar boleh banget soalnya azzah adalah penulis yang belum masak

#Challenge10daywriteAR
#AR_Rainbow
#SiapMenulisSiapBerkarya
#Day5
#Jarak

AR_Rainbow

(ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧

Kalopsia: 10 day writing challenge AR Rainbow Where stories live. Discover now