S A T U

11 0 0
                                    

S A T U

"Seperti biasa, aku hanya bisa diam. Membisu" --Cassi

Hari ini seperti biasa, Cassi akan pergi ke sekolah naik sepeda, seterusnya.

"Pagi ma, pa, Lula" Sapanya dengan senyum tipis

"Sudah berapa kali saya bilang, jangan panggil saya dengan sebutan mama"

"Kau hanya anak pungut" Sarkas wanita paruh baya itu.

Cassi tersenyum kecut, benar bahwa ia bukan anak kandung Sonya, wanita didepannya ini. Tak lama, merekah kembali senyum itu.

"Hehe, iya, kalau gitu Cassi duluan" Ucapnya pamit tanpa sarapan. Seperti ini selalu, pergi tanpa sarapan.

"Hm"

"Jangan lupa setrika baju nanti" Ucap Lula tiba-tiba.

"Besok hari Jumat, aku mau tampil cantik" Lanjutnya. Lagi-lagi Cassi tersenyum simpul.

"Siap, nanti kakak setrika ya baju barunya" Ucapnya

Cassi melangkah keluar, lalu menghirup udara pagi ini.

'Terimakasih Tuhan, setidaknya mereka tidak mengusirku' Batinnya tetap bersyukur.

Cassi menaiki sepedanya lalu mengayuhnya seraya bersenandung kecil. Suaranya merdu, seperti Snow White kala bernyanyi ditengah hutan. Menyambut perhatian makhluk lain.

Cassi dikenal ramah oleh beberapa tetangga. Bahkan beberapa tau masalah Cassi, Cassi termasuk orang pendiam, tapi jika di sudah memercayaimu, jangan hancurkan kepercayaannya.

Cassi akan melakukan segalanya dalam diam. Senang ia diam, sedih ia diam, marah pun juga dia diam.

Mencintai juga dalam diam.

Menurutnya perasaan hanya lah urusan ia dan Tuhan yang tau.

Angkasa Andromeda

Sekolah yang mencakupi tingkat SD, SMP, SMA. Lengkap bukan?

Ia memakirkan sepedanya lalu masuk kedalam lorong. Banyak yang menyapanya, ia hanya tanggapi dengan senyuman dan terkadang menyapa balik. Ekskul Journal menjunjung tinggi namanya. Karyanya selalu diterima sekolah, membuat namanya yang di madding sekolah, tersebar luas.

"Hai Lyn" Sapanya pada teman sekaligus sahabatnya.

"Eh, Cass, hai juga. Lo tau ga? Tadi gue ketemu Samudera di lorong, ih seneng banget. Semoga jodohn ya!" Harap Madelyn. Ia sudah jatuh cinta pada Samudera sejak kapan tau. Terobsesi hingga Cassi berpikir mungkin Madelyn bisa gila hanya karna Samudera.

"Haha, iya semoga ya" Balas Cassi tertawa sumbang. Ia juga jatuh cinta pada Samudera, sama dengan Madelyn. Bedanya, ia mencintai dalam diam.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Bu Santi, guru kesayangan Cassi. Cassi itu pintar, sayangnya ia suka sengaja memilih asal jawaban agar nilainya tidak menjadi sorotan.

"Sinopsis semester ini ada yang sudah mau mengumpulkan? Saya ingatkan kembali kalian akan lulus setengah tahun lagi. Tema sinopsis bebas." Jelasnya. Kelas mendadak hening, karena memang belum ada yang membuat. Toh dikumpul saat mendekati kelulusan. Sans.

"Baiklah, mulai materi hari ini" Pelajaran berlangsung seperti biasa, membosankan. Dengan Cassi yang mencatat, dan Madelyn yang diam-diam mencat kukunya.

KRINGGG

Helaan nafas lega terdengar hampir dari seluruh siswa. Cassi tersenyum tipis dan merapikan buku-bukunya.

"Baiklah anak-anak pelajaran Bahasa Indonesia sampai disini, sampai berjumpa di peretemuan selanjutnya"

Murid berhamburan keluar. Tersisa Cassi dan Bu Santi yang masih rapi-rapi.

CASSIWhere stories live. Discover now