Part 6. Shopping

181 39 4
                                    

"Lama banget deh? Main dukun lo?"

Reynand mendumal di depan kamar Deryl karena sudah menunggu selama dan tadi jam karena gadis itu berkata akan bersiap-siap untuk pergi berbelanja.

"Sabar, Nyet! Bentar lagi."

"Ah keburu gue dapet bini kedua ini mah."

Pletak!

"Bina bini bina bini, bacot banget lu ya masih ingusan juga."

"Enak aje lu!" Reynand mengusap kepalanya yang dikeplak Deryl. "Gue tambah tolol dah dikeplakin terus sama lo!"

"Ya emang udah tolol mau di gimanain tetep tolol."

Reynand tak membalas melainkan pergi meninggalkan Deryl. Sedangkan Deryl hanya mengangkat bahunya cuek.

"Naik mobil?" tanya Deryl saat melihat Reynand mengambil kunci mobil miliknya, bukan motor besar milik lelaki itu. "Lo pake rok mini banget begini, yakali naik motor Nyet?"

Deryl tersenyum lalu menggandeng tangan. "Makasih suamiku, udah pengertian banget sama istrinya." Deryl mengecup pipi Reynand.

Reynand berdecih namun membiarkan Deryl menggandeng tangannya. Mereka berdua berjalan dengan bergandengan keluar dari apartemen. Saat mereka menutup pintu, bertepatan dengan pintu unit sebelah kiri yang terbuka dan muncullah Darren dengan setelan rumahnya.

Darren menaikkan alis melihat Deryl yang kini terlihat memakai rok mini bewarna putih gading dan baju kaos bewarna putih, ia tengah menggandeng lelaki yang Darren ketahui bernama Reynand karena lelaki itu juga satu sekolah bersamanya.

Melihat tatapan aneh Darren, Deryl segera berdeham lalu melepas tangannya dari tangan Reynand. Reynand melayangkan tatapan protes pada Deryl yang diabaikan oleh gadis itu.

"E-eh, sayang. Mau kemana?" Deryl berangsur mendekati Darren. Reynand semakin mengerutkan keningnya, "Tadi gue lo panggil sayang. Sekarang dia juga?"

"Sssttt diem!" desis Deryl lalu kembali tersenyum menatap Darren. "Mau kemana?"

"Belanja."

"Wah!" Reynend sudah merasakan perasaan tidak enak. "Bareng gue aja yuk, gue juga mau belanja."

"Bertiga gitu?" sinis Reynand. Deryl menggeleng lalu memegang dua lengan atas Reynand dari arah belakang dan mendorong lelaki itu agar kembali masuk ke dalam unit apartemennya. "Lo dirumah aja oke? Biar badan lo makin pulih, ya! Yuk masuk yuk!"

Reynand semakin kesal pada perilaku Deryl. "Kan kita juga mau belanja Nyet? Gimana sih masa suaminya ditinggal?"

Darren hanya memerhatikan kedua manusia itu dalam diam. "Udah bawel lo ah!"

Reynand akhirnya mengalah lalu masuk ke dalam apartemen gadis itu. Deryl kini tersenyum manis pada Darren. "Yuk bareng!"

Darren mengerutkan alis, "Siapa yang mau bareng sama lo?"

Bahu Deryl seketika merosot. "Yah, tadinya gue mau bareng lo. Kasian si Reynand masih sakit di punggungnya."

Mendengar ucapan melas Deryl, Darren menghela napas lalu berujar, "Ganti bawahan lo."

"Hah?" Deryl menatap Darren, Darren balik menatap gadis itu dengan mata memicing.

Seakan mengerti, Deryl dengan cepat mengangguk dan terburu-buru memasuki pintu apartemennya kembali.

Merasa ada yang masuk secara tiba-tiba, Reynand yang sedang memasang perlengkapan PS di ruang tamu itu menoleh ke arah Deryl yang terlihat terburu-buru melepas sepatunya. "Gak jadi kan lo? Mampus! Gue mager ya kalo lo ajak lagi, ogah."

Deryl masuk ke dalam kamarnya lalu berganti pakaiannya dengan jeans bewarna putih gading. Ya, pakaiannya kebanyakan bewarna putih atau putih gading karena gadis itu menyukai dua warna tersebut.

Saat melewati ruang tamu, Deryl menoel kepala Reynand sebentar. "Siapa juga yang mau bareng lo, Nyet!" Deryl memeletkan lidahnya kepada Reynand yang menatap dirinya dengan kesal.

Sampainya diluar, Deryl masih mendapati Darren berdiri di tempatnya tadi dan hal tersebut membuat senyum di wajah gadis itu kian merekah. "Yuk?" Deryl menggandeng tangan Darren sambil berjalan namun tak ada pergerakan dari lelaki itu membuat Deryl menoleh ke arah Darren yang menatap tangan mereka yang saling bersentuhan.

"Em, maaf."

***

"Reynand gak suka daging."

"Ah, Reynand alergi kacang."

"Dih ngapain gue beli ginian, nanti diledek si kutu kupret Reynand."

Darren hanya mengerutkan keningnya mendengar Deryl menyebut beberapa kali nama Reynand.

"Tempat beli cumi dimana ya, Dar?"

Darren kembali mengernyitkan dahinya, Deryl kan alergi cumi?

"Ah, padahal gue alergi cumi tapi si kunyuk Reynand suka banget sama cumi." Deryl memanyunkan bibir bawahnya sambil menatap sekeliling seperti orang yang mencari sesuatu. "Ah itu dia! Ayo kesana Dar!"

Darren hanya diam dan diam menyimak apa saja yang Deryl katakan, namun ada yang aneh kali ini karena gadis itu terus menyebut nama Reynand.

"Mahal banget sekilo segini ah."

Deryl kembali cemberut lalu terlihat merogoh ponsel dalam kantung celana jeansnya. "Heh, kunyuk!"

"Apaan?"

"Cumi yang lo pesen nih mahal banget sekilonya."

"Ambil aja dua kilo."

Mata Deryl terlihat memicing. "Lo yang bayar ya?"

"Semua belanjaan lo gue ganti nanti. Asal jangan lupa cumi."

"Oke, dua kali lipat."

"Anj—"

Tut-

Deryl mematikan begitu saja panggilannya bersama Reynand, dengan senyum sumringah gadis itu mengambil dua kilo cumi. "Hm, beli apa lagi ya? Eh Dar, lo mau beli apa? Kok daritadi diem aja?"

Darren hanya menunjukkan dua sabun cuci muka lelaki ke arah Deryl. "Hah? Itu doang? Katanya belanja?"

"Emang bukan?"

Deryl meringis, "Maaf ya."

"Ya."

Deryl menggumamkan kata sudah biasa lalu menatap sekeliling. "Kayaknya udah deh, yuk? Lo masih ada yang mau dibeli?" Darren menggeleng.

Keduanya lalu berjalan ke arah kasir lalu mulai mengantre disana. Saat mendapat gilirannya dan mendapati sang kasir yang curi-curi pandang menatap Darren yang cuek, Deryl berdeham lalu menggandeng tangan Darren yang bebas tak memegang apa-apa.

"Sayang, abis ini kamu mau kemana?" Deryl sengaja membesarkan suaranya. Darren menatap gadis ini dengan aneh lalu bergerak supaya dilepaskan tangannya. Deryl tak mau kalah, ia semakin erat memeluk lengan Darren. "Sayang," desis Deryl.

Darren menghela napas lalu membayar semua total belanjaan. "Sabun cuci muka tolong pakai plastik kecil."

Si kasir yang terlihat gugup itu mengangguk dan menyebutkan total belanjaan mereka, Deryl tak sadar jika Darren kini merogoh kantung celananya dan mengeluarkan kartu kreditnya.

Gadis itu tersadar saat Darren terasa ingin beranjak dari tempatnya semula, lelaki itu menbawa belanjaan lalu terpaksa Deryl terseret.

Seakan tersadar, Deryl menoleh panik, "E-eh, gue belum bayar Dar!"

"Udah."

"Hah?"

Darren menghela napas, Deryl memang lola.

***

yuk. jangan lupa share ke temen-temen lo semua. cerita ini gak kalah seru loh. JANGAN LUPA KOMENNN YAAAAAA❤️

love u.

Stuck With You (On Hold)Where stories live. Discover now