Bab 21. The Great Black Dane

Mulai dari awal
                                    

"Sedang ditangani oleh para dokter," gerutu Luciano pelan. Ia mendudukkan diri di lantai dan membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya yang terkena darah Danielle dan juga darahnya sendiri. Rahangnya semakin mengeras dan matanya terasa panas. Entah emosi apa yang dirasakannya saat ini, namun Luciano tidak mau merasakannya lagi. Rasanya begitu sakit dan menyesakkan bahkan hingga Luciano merasakan sesak nafas. "Apa kau sudah menyelidiki apa yang terjadi?" Tanya Luciano datar. Ia sama sekali tidak mau menatap Luciana, karena bagi Luciano adiknya juga turut andil dalam kecelakaan ini. Jika saja aidk perempuannya itu tidak mengajak dirinya berdebat, maka Luciano bisa menjaga Danielle dan menghindarkan wanita itu dari hal-hal seperti ini.

"Masih diselidiki Capo, kejadian yang tertangkap cctv menunjukkan bahwa ada orang yang sengaja melakukan ini pada Donna."

Luciano langsung menegakkan punggungnya dan menatap Stephano dengan tatapan membunuh. "Apa maksudmu?"

Stephano melirik sekilas ke arah Luciana dan melanjutkan, "sepasang tangan mendorong Donna dari atas tangga. Kami tidak bisa melihat jelas siapa pelakunya karena orang itu pintar dalam menyembunyikan identitasnya dari kamera cctv."

"Seolah dia tahu letak cctv berada," tambah Luciana dengan pelan. Stephano mengangguk singkat dan menatap sang kakak yang merangkap sebagai Bossnya. Ia bisa melihat kobaran api amarah telah mengisi manik abu yang selama ini sarat akan emosi. Stephano tidak tahu apa yang akan dilakukan Luciano jika sampai pelakunya tertangkap, tapi siapapun itu bagi Stephano orang tersebut sedang mencari mati karena mengusik Ratu dari sang Capo.

Luciano menoleh ke arah pintu yang tertutup dan berkata tajam, "temukan siapapun dia, dan seret orang itu ke ruang penyiksaan. Aku ingin dia hidup, aku tidak peduli bagaimana cara kalian menangkapnya. Dia harus mati di tanganku."

Stephano mengangguk dan memberikan tanda pada Luciana untuk meninggalkan sang kakak sendiri.

Luciano menghela keras dan menyenderkan punggungnya kembali ke dinding. Matanya terpejam dan bau anyir masih melingkupi tubuhnya, tapi Ia sama sekali tidak berniat untuk beranjak membersihkan diri karena sesuatu bisa saja terjadi pada bambolinanya jika Ia pergi walaupun hanya untuk mencuci tangan.

Selama menunggu, Luciano lebih memilih menatap kosong ke dinding. Ia tidak menghiraukan siapapun, bahkan ketika ayahnya datang untuk menceramahi dirinya yang absen dari sarapan. Luciano sudah tidak menghadiri acara yang diadakan associate dari Gambino Mafia karena Ia tidak bisa meninggalkan Danielle sendiri di Dungeon. Mengingat itu Luciano mau tidak mau menarik sudut bibirnya membentuk senyum kecil, walaupun hanya untuk beberapa saat. Berdiri selama berjam-jam di depan dungeon memang sukses membuat kakinya pegal, tapi Luciano sama sekali tidak peduli karena Ia tidak bisa jauh dari Danielle.

Ia menarik nafas panjang. Ayahnya sudah tidak suka pada Danielle karena Luciano banyak mengabaikan tugasnya sebagai Capo, sekarang ditambah dengan ini pasti sudah membuat kekecewaan sang ayah semakin bertambah besar begitupun ketidaksukaannya pada Danielle, tapi tentunya Luciano tidak peduli. Ia tidak berniat untuk menyenangkan hati sang ayah dan sampai kapanpun akan begitu.

Luciano membuang napasnya lelah. Tubuhnya yang penuh akan ketakutan membuatnya tidak nyaman. Ia tidak tahu akan nasib bambolinanya dan itu membuatnya takut serta frustasi. Jadi ketika pintu keluar dan Dokter Lucien keluar diikuti seorang asistennya, Luciano segera berdiri dan berjalan menghampiri. "Bagaimana dokter? Aku ingin berita baik mengenai istriku."

Sang dokter tentu saja ragu, karena yang akan Ia beritahukan adalah berita buruk, namun tentu saja Ia harus tetap memberitahukan keadaan Donna pada sang Capo. Dokter Lucien menarik napas dan mulai menjelaskan keadaan dari sang Donna. "Capo mengenai keadaan Donna Danielle, dia mengalami benturan yang cukup keras di kepala dan beberapa luka di tubuh. Saya sudah melakukan CT scan dan beruntung lukanya tidak mengakibatkan hal yang fatal. Untuk luka di tubuh, juga sudah saya dan tim saya tangani dengan baik." Luciano menaikkan sebelah alis matanya, karena Ia tahu kalau dokter yang sudah mengabdi padanya bertahun-tahun lamanya, belum sepenuhnya menjelaskan perihal keadaan bambolinanya. "Namun ada satu hal yang harus saya beritahukan dan ini adalah berita buruk."

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang