37. Must Be Strong

4.5K 731 163
                                    

Rose memandang gundukan tanah di depannya dalam diam, air matanya sudah terlalu kering untuk kembali ditumpahkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rose memandang gundukan tanah di depannya dalam diam, air matanya sudah terlalu kering untuk kembali ditumpahkan. Matanya bengkak dan bibirnya agak bergetar karena menahan isakkan.

Ayah yang berada di sampingnya memeluk Rose erat. Mengelus kepala putrinya itu dengan lembut. Bekas aliran sungai kecil di pipinya masih jelas terlihat. Hatinya sakit luar biasa ketika mengetahui bahwa istri yang begitu dicintainya kini telah tiada. Istri keduanya sedari tadi berusaha untuk menenangkannya, namun tidak bisa. Berbagai rasa bersalah sudah terlanjur berkecamuk di dalam hatinya. Apalagi saat melihat Rose yang sebegitu hancurnya saat ini.

Rose mengambil nafas panjang, sudah ia putuskan mulai sekarang. Tidak akan ada lagi air matanya yang akan keluar setetespun setelah ini. Hatinya sudah terlanjur sakit luar biasa karena ditinggalkan orang terkasih. Ia berjanji ini adalah terakhir kalinya ia kehilangan orang yang begitu dicintainya.

Rose melepas pelukan ayahnya, lalu memaksakan senyum di bibirnya. Ayah Rose menatap putrinya dengan pandangan sendu. "Maafkan ayah," gumannya.

Rose melebarkan senyumnya. "Ayah gak salah, sudah takdirnya harus seperti ini." kata Rose.

Bu Nata menggenggam tangan suaminya, lalu menarik ayah Rose untuk meninggalkan area pemakaman. Hal tersebut sontak membuat beberapa media pemberitaan yang turut hadir di acara pemakaman dengan sigap mengambil gambar sambil bertanya-tanya, siapakah gerangan wanita muda yang selalu berada di samping Heriyanto Gunawan selama pemakaman Anna Cellina?

"Mas, kita pulang sekarang saja ya? Biar mas istirahat di rumah dan menenangkan diri." kata bu Nata dengan lembut, jujur hatinya berdecak gembira saat ini. Ia tahu ia memang jahat karena bahagia di atas rasa kesedihan dan kehilangan orang lain. Tapi ia tak memungkiri, bahwa hal ini akan membawa banyak keuntungan untuknya nanti.

"Rose, kamu pulang ke rumah sekarang ya" kata ayah Rose.

Rose menggeleng. "Aku mau pulang sama teman-teman aja yah," kata Rose sambil melirik pada teman-temannya yang tengah berdiri di depannya.

Ayah Rose mengangguk lalu menggandeng tangan bu Nata untuk menjauh dari area makam. Diikuti beberapa wartawan dari berbagai stasiun televisi yang terus-menerus mengajukan berbagai pertanyaan. Bahkan Rose masih bisa mendengar dengan jelas saat salah satu wartawan bertanya tentang siapa bu Nata sebenarnya?

"Pak Heri, apakah wanita disamping bapak adalah wanita pengganti bu Anna?"

"Kalau boleh tau siapa nama mbak ini? Dan apa hubungan mbak dengan pak Heri?"

"Pak Heri, kenapa kepergian bu Anna begitu mendadak dan tanpa kabar sakit sebelumnya? Sebenarnya bu Anna meninggal dunia karena apa?"

Tentu semua pertanyaan tersebut tidak ada satupun yang dijawab oleh ayah Rose maupun bu Nata. Mereka hanya terus berjalan menerobos kerumunan wartawan, dibantu oleh beberapa bodyguard. Hingga akhirnya berhasil masuk ke dalam mobil.

Keeping Up With The TeensWhere stories live. Discover now