Hyoji mendengarnya, suara parau yang frustrasi sebelum lelaki itu terlelap saking lelahnya karena tidak tertidur selama genap tujuh hari ini. Maka Hyoji membuka mata, menatap paras sayu dan mendengarkan embus napasnya yang pelan. Melihatnya begini, justru membuat hatinya malah semakin sakit. Kenapa ia harus menghukum seseorang yang tak tahu dan tak melakukan apapun cuma karena orang itu bagian dari keluarga yang menghancurkan hidupnya? Mengapa ia melampiaskan semuanya pada lelaki yang bahkan telah menjaga dan tak meninggalkannya saat tahu istrinya telah dihancurkan orang lain?

Jemarinya bergerak ingin menyentuh permukaan wajah, ia mengulum bibir dan mengurungkan niatnya. Akhirnya ia cuma memandangi seraya menenangkan diri, mencoba untuk menerima dan memaafkan. Meski rasanya masih sangat menyayat hati, tetapi dengan ia bersikap begini, bukankah malah akan membuat semuanya terluka dan semakin rumit? Toh, ia juga tak yakin bisa andai berpisah dengan lelaki ini, sebab sama seperti Jungkook, Hyoji juga telah jatuh dan tenggelam dalam dasar hatinya.

Pada fajar yang telah menjumpainya, Hyoji berpura-pura memejamkan mata tatkala Jungkook terbangun dan segera bangkit dari sana. Masih sama seperti pagi yang retak, lelaki itu mengumpulkan pakaian kotor lantas mencucinya. Menyapu dan mengepel lantai secepat kilat. Membereskan kamarnya dan mengganti pengharum ruangan.

Setiap pagi lelakinya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat dengan baik dirinya yang nyaris gila pun tak tahu diri. Suaranya tak pernah meninggi, melainkan rendah dan begitu lembut. Tak pernah marah melainkan sarat akan kesabaran. Hyoji yakin lelaki itu bahkan melupakan asupan makannya. Ia baru tersentuh dan sadar bahwa cintanya memang benar-benar ada. Bahwa kalimat aku di sini dan tak akan pergi bukan cuma wacana.

Bel rumahnya berdenting, rungunya menangkap suara seorang wanita yang bertanya tentang kabar lelakinya. "Kenapa tidak datang ke tempatku saja?" lirih sekali, tetapi Hyoji mampu mendengarnya dengan baik. Sementara ia tak mampu menangkap respons Jungkook karena vokal lelaki itu mendadak pelan. Lalu langkah keduanya terdengar sinkron memasuki rumahnya. Tak lama suara Jungkook kembali terdengar jelas. "Apa aku harus melepas kaosku? Istriku biasanya melepas pakaianku saat melakukannya."

Iris Hyoji melebar serta degup jantung yang menghentak-hentak cepat. Tidak, kan? Tidak mungkin lelakinya membawa wanita lain dan berbuat macam-macam di saat istrinya sedang kacau. Kalau memang Jungkook mencintainya, ia tidak akan tega melakukan itu, kan?

Perasaannya jadi berantakan dan tak terkendali, ia bangkit dan melangkah pelan untuk melihatnya. Rasanya persis ketika dirimu sedang menapak di atas remukan kaca menuju tepi rooftop lalu terjun ke bawah. Hyoji bahkan tengah berpikir akan melompat dari lantai atas dan mati di hadapan Jungkook juga siapapun wanita itu, jika memang benar Jungkook menyakitinya lagi, jika memang tak ada cinta yang singgah di hati. Aku serius akan mengakhirinya di hadapanmu, Jung, ringisnya dalam batin.

Meremat pegangan tangannya dan nyaris meloloskan air mata lagi saat Jungkook sudah kembali mengenakan kaosnya dan wanita itu menaruh stetoskop dalam tas. Wanita itu seorang dokter, dan Jungkook tampaknya sakit. Hyoji sudah berpikir yang tidak-tidak. Pantas Jungkook berani membawa dokter wanita ke dalam rumahnya. Toh, usia beliau juga tampaknya sudah memasuki kepala empat.

"Kau ini kelelahan dan biar kutebak pasti tidak makan dengan baik, ya? Jangan seperti anak kecil, dong, yang makan harus disuruh-suruh. Sudah mau menjadi seorang ayah masa makan harus menunggu disuapi istrinya? Hei, istrimu pasti akan memarahimu habis-habisan kalau dia tahu kamu terkena mag," kata dokter itu saat membuatkan obat untuk Jungkook. "Kau bilang tidak mampu mencerna pil, kan? Jadi biar aku racikkan saja dan diminum sehari tiga kali. Dihabiskan, lho. Tetapi di mana istrimu? Kenapa tidak minta diperiksa istrimu saja? Oh iya, takut kena marah, ya?"

Jungkook lantas tertawa pelan. "Istriku sedang istirahat, agak tidak enak badan juga jadi aku tidak mau membuatnya cemas kalau tahu aku sakit. Apalagi sedang mengandung."

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Where stories live. Discover now