You and Me

2.5K 375 19
                                    


"Kita pernah saling membahagiakan, bahkan banyak yang mengatakan kita tidak terpishakan. Tapi, kenapa sekarang kita berlomba-lomba saling melupa?"

.......

Ada yang berbeda untuk Naruto di pagi hari ini, lelaki itu dibuat cukup terkejut dengan kehadiran ayahnya di meja makan, selama ini Naruto telah terbiasa untuk menghabiskan sarapannya sendiri, dan untuk Naruto ketika dia menemukan ayah dan ibunya ada di meja makan maka jelas hal tersebut patut untuk dicurigai.

"Naruto, selamat pagi." Mei berujar sambil menuangkan susu ke gelasnya, dari raut wajah yang Mei tunjukkan Naruto tau bahwa wanita itu menjalani peran sebagai ibu sambung yang tulus.

"Nikmati sarapanmu, ayah ingin berbicara." Minato menuturkan seraya memotong roti lapisnya.

"Bicara saja," Naruto menjawab dengan tak acuh, ia menikmati susu yang Mei seduhkan dengan enggan- jika dia tau ayanya ada di meja makan, Naruto memilih untuk tidak sarapan sama sekali. "Apa yang ingin ayah katakan?"

"Bibi Mito ingin kau mengunjungi keluarga ibumu di London. Dan ayah sudah mempersiapkan kepindahanmu, satu tahun terakhir kau akan bersekolah di sekolah menengah milik keluarga Uzumaki, lalu berkuliah di Oxford untuk mewujudkan cita-cita ibu." Ujar Minato dengan hati-hati, pria ini tau anak tunggalnya memiliki kontrol emosi yang cukup buruk.

"Oh begitu?"

Minato dan Mei rasanya tidak mempercayai indera pendengaran mereka kala Naruto merespon dengan baik pembicaraan mereka, Minato berdehem lalu meneguk habis sisa kopinya. "Bagaimana? Kau setuju?"

"Setuju, tapi aku memiliki syarat," Naruto menikmati sarapannya dengan tenang, meskipun emosinya tersulut saat ini. "Aku ingin pacarku ikut."

"Yang benar saja," Minato meletakkan garpu dan pisaunya lalu mendengkus, ia benar-benar tidak paham dengan pola pikir anaknya itu. "Kau pikir semudah itu, hem?"

"Kenapa aku harus pindah? Apa wanita ini mengandung? Oh menggelikan sekali, aku punya adik yang berusia delapan belas tahun lebih muda dariku."

Di tempat duduknya Mei terhenyak, wanita itu mendongak dan mendapati Naruto masih menikmati sarapannya dengan tenang. Mei harus mengakui, Naruto benar-benar melukai hatinya saat ini. "Naruto, demi tuhan ini keputusan ayahmu dan aku sama sekali tidak terlibat, dan aku juga sedang tidak mengandung."

"Semoga saja kau mengatakan hal yang jujur," Naru berdiri dan menatap orang tuanya bergantian. "Aku tidak akan pindah, kecuali ayah menuruti syarat yang aku ajukan." Berikutnya remaja itu menarik tas sekolahnya dan kemudian berjalan pergi.

"Astaga anak itu, aku kehilangan selara makan." Minato ikut berdiri dan berikutnya menjauh dari meja makan meninggalkan Mei yang mematung dengan wajah lelah.

........

Seperti biasanya, saat sampai di sekolah Naruto mendapati Hinata menunggunya di loker. Gadis itu selalu menunjukan wajah yang berseri-beri, sampai-sampai Naruto dibuat heran kenapa Hinata bisa bersikap seperti itu? Tidak adakah beban yang mengganggunya?

"Pacarku yang tampan!" Gadis itu berteriak, lalu bergelayutan manja di lengan Naruto, mengabaikan tatapan orang-orang yang memandang heran pada mereka. "Aku membuatkan bento untukmu."

"Terima kasih," Naruto mengucapkannya sambil mengganti sepatu sekolahnya, di dalam pikiran lelaki itu masih terngiang akan ucapan ayahnya tadi pagi. Ia baru tersadar, jika ia pindah ke London berarti dirinya dan Hinata harus berpisah kan? "Kau sudah sarapan?" Tanya Naruto dengan lembut seraya mengusap helaian indigo milik Hinata.

Day by DayWhere stories live. Discover now