Sweetiest

2.5K 373 23
                                    



"Jangan menangis lagi," Naruto menarik sebuah tissue lalu menyeka air mata Hinata yang ada di pelupuk matanya. Ia tersenyum begitu teduh hingga Hinata tidak yakin Naruto tengah berbuat sebegini manisnya. "Maafkan aku, aku akan berusaha untuk menjadi kekasih yang lebih baik. Makan ini." Berikutnya Naruto memotongkan brownies itu pada Hinata, menyodorkannya sambil menenbar senyum yang tak akan Hinata lupa, senyuman Naruto yang paling tulus yang pernah dilihat oleh gadis itu.

Semua terlalu tiba-tiba hingga Hinata tidak dapat menafsirkannya dengan baik. "Naruto...." Hinata berucap lalu semakin heran kala potongan brownies itu sudah berada di depan mulutnya, Naruto menyuapi dirinya.

"Makanlah, makanan manis akan membuat perasaanmu menjadi lebih baik." Ujar Naruto lagi.

Haru melingkupi dada Hinata, ia tidak menyangka Naruto akan berbuat semanis ini, tanpa perasaan ragu ia melahap brownies yang Naruto suapkan. Keduanya tersenyum, lalu tertawa ringan, kebahagiaan melingkupi mereka di sore yang begitu cerah ini.

Di dalam hatinya Naruto berjanji, ia akan mulai belajar untuk menjadi kekasih yang bisa Hinata andalkan. Biar saja, kali ini ia mencoba melupakan hal itu, bolehkah ia berharap kisahnya dan Hinata tidak sama seperti sebuah kisah yang membekaskan trauma di dalam hatinya?

......

Day by Day

A NaruHina Fanfiction

Story by Cleorain

......

Hari-hari berjalan begitu baik untuk hubungan Naruto dan Hinata pasca kejadian sore hari itu, gunung es yang ada pada Naruto mencair seiring dengan hangatnya romansa yang terjalin antara dirinya dan Hinata. Terkadang, Naruto senang berpikir mengapa Hinata tak hadir lebih awal di dalam hidupnya? Hidup memang penuh misteri, dan Naruto tidak peduli dengan misteri itu, asal saat ini dia dan Hinata bisa saling menggenggam tangan dan melawan setiap rasa takut yang ia rasakan, Naruto rasa hal tersebut sudah lebih dari cukup.

"Naruto, aku tidak paham dengan bagian tiga." Hinata mengerucutkan bibirnya, matematika adalah musuh baginya, mengapa Iruka-sensei begitu tega memberikan soal latihan matematika sebanyak ini?

Tawa ringan keluar dari bibir Naruto, ia tersenyum lalu mulai menarikan penanya di atas selembar kertas. "Caranya mudah, gunakan persamaan x dan y untung menemukan jawabannya." Ucap Naruto sambil mengerjakan soal yang Hinata keluhkan. "Lihat ini, mudah bukan?" Pamernya dengan sebuah senyum geli.

"Sebenarnya apa yang kau makan? Kenapa kau pintar sekali?" Hinata merasa dunia begitu tidak adil, saat dirinya hampir setiap hari belajar dan Naruto setiap harinya hanya bermain-main dengan novelnya- kenapa Naruto lebih cerdas?

"Berlebihan, ini hanya soal mudah, kau saja yang bodoh."

"Sialan, kau hanya beruntung karena diberkati dengan otak yang lebih pintar. Tapi aku tidak bodoh! Jika aku bodoh, mana mungkin seorang Uzumaki Naruto akan bertekuk lutut seperti ini." Jawab Hinata sambil menikmati susu kemasan yang Naruto belikan untuknya. "Ngomong-ngomong, hari ini aku sendirian di rumah. Kau mau mampir? Kita bisa membahas buku yang Neji-niisan bawakan dari Paris." Tawar Hinata pada kekasihnya itu.

"Tidak, aku sudah sering mendengar berita tentang Ayah anak perempuan yang membunuh anak lelaki yang ada di kamar anak perempuannya."

Tawa Hinata pecah saat mendengar kalimat Naruto barusan, gadis itu tertawa terpingkal-pingkal hingga sudut matanya berair. Ia menggenggam perutnya lalu menatap wajah Naruto yang cemberut, oh sepertinya kekasihnya itu marah. "Ayolah Naru, ini hanya bertamu, kau hanya datang ke rumah teman sekolah yang merangkap sebagai pacarmu!"

Tentu Hinata mengerti maksud Naruto, namun perlu Hinata jelaskan, keluarganya bukanlah sosok keluarga Asia yang menjunjung tinggi nilai moral. Bukan bermaksud mengatakan keluarganya tidak memiliki moral, hanya saja keluarganya telah lama menetap di Paris sebelum akhirnya kembali ke Jepang saat kelahiran Hanabi, jadi wajar saja jika gaya hidup ala barat adalah gaya hidup yang dianut oleh keluarganya.

"Kau tidak boleh menolak, paham?" Mata Hinata yang berbinar dengan sebuah senyum penuh rayu membuat Naruto tidak memiliki kuasa untuk menolak, lelaki itu mengangkat kedua bahunya seolah mengiyakan ajakan kekasihnya itu.

..........

Awalnya Naruto mengira kediaman Hinata merupakan rumah modern bergaya Amerika, namun saat ia tiba di pekarangan rumah keluarga tersebut Naruto harus mengakui ia menyukai rumah Hinata. Rumah bergaya Jepang klasik yang teduh bahkan memiliki pohon sakura di pekarangannya.

"Tadaima....." Suara Hinata memecah keheningan diantara keduanya. Setelah keduanya melepaskan alas kaki di genkan Naruto dan Hinata berjalan beriringan di koridor. "Ayo ke kamarku."

"Yang benar saja," Naruto mungkin saja masih berwajah datar, namun ajakan Hinata barusan terlampau berani hingga Naruto merasakan jantungnya berdebat beberapa kali lebih kencang. "Jangan konyol."

"Ayolah, bukannya ini hal biasa? Kau juga harus melakukan hal yang sama nantinya, menunjukan kamarmu padaku juga." Pinta Hinata, tangan putihnya menarik tangan Naruto menaiki satu per satu anak tangga yang akan mengantarkan mereka ke kamarnya.

Naruto masih bergeming, kala Hinata mulai membuka pintu berwarna coklat dengan sebuh hiasan bertulisan Hinata Room, dia benar-benar tidak paham cara berpikir Hinata yang sangat berani itu. "Nah ini kamarku." Gadis itu mengatakannya dengan bangga, dan Naruto memahaminya kamar Hinata begitu rapih dan terkesan sangat girly. "Tunggu disini, aku akan mengambil kukis buatan ibuku." Titah Hinata sebelum meninggalkan Naruto sendirian di kamarnya.

Sepeninggal Hinata, yang Naruto lakukan hanyalah memperhatikan sekelilingnya, menatapi setiap inchi dari sudut kamar Hinata dan dia tersenyum, jadi disini kekasihnya yang berisik itu tidur? Naruto berjalan ke arah meja kecil dekat ranjang Hinata, dan menatap pigura foto kekasihnya itu, dan ia tersadar betapa Hinata begitu cantik.

"Hei jangan lihat foto itu! Memalukan sekali!" Hinata datang dan cepat merebut pigura yang ada di tangan Naruto. Wajahnya tertekuk, dia cukup malu Naruto menemukan foto saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Tidak memalukan, kau justru sangat cantik." Ucap Naruto lalu pria itu bersandar di dinding berwarna violet itu dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau bilang ada buku yang ingin kita bahas, mana bukunya?"

Hinata tersenyum canggung, dia hanya berbohonh mengenai buku yang Neji bawakan, fakta sebenarnya dia hanya ingin Naruto menemaninya di hari ini. "Hem bagaimana jika kita menonton film dulu? Aku punya banyak film yang bagus." Gadis itu berjalan ke arah kotak di sudut ruangan, di dalam kotak sana ia meletakan koleksi dvd film yang ia miliki. "Naruto kau lebih suka genre thriller atau comedy?" Tanyanya sambil memilih beberapa film yang menurutnya bagus.

Naruto masih tetap tenang dalam posisinya, sampai saat Hinata menyibak helaian indigonya hingga mempertontonkan leher jenjangnya. Lelaki itu menarik napas, kemudian berjalan mendekati Hinata hingga ikut menyamakan posisinya dengan Hinata lalu berbisik tepat di telinga gadis itu. "Bagaimana jika dengan film erotis? Apa kau punya?"

Tbc

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang